Why’s so Serious?

19 Mar

Hah dammit, gw terpaksa nulis ini karena kesabaran orang ada limitnya, ya tho? Entahlah, gw sebenernya bukan tipe orang yang terlalu ambil pusing cuma gara-gara orang nggak suka sama sesuatu yang gw suka (get it?). Gw males aja terlibat sama yang namanya fanwar, twitwar, atau apalah itu namanya. Makanya gw nggak pernah anggep terlalu serius kata-kata orang yang like looking down, atau ngatain, atau underestimate sesuatu yang gw suka. Contohnya gw suka sama salah satu club sepak bola, dan lo harus tau gimana rasanya kalo tim lo habis kalah trus fans tim lain ngata-ngatain tim lo kaya apaan tau. Screw that! Gw anggap itu wajar lah ya (Lo harus ngrasain kalo indonesia lagi lawan malaysia trus indonesia kalah HA!). Atau gimana rasanya denger orang bilang kalo breaking dawn itu porn movie?!Rasanya udah pengen nampol tuh orang, tapi okelah tiap orang punya pendapat sendiri-sendiri kan. Gw masih bisa handle lah.

 

Wait, kenapa gw jadi curhat disini? Itu tidak lain karena si taeny yang habis pergi ke disneyland. Ah sialnya insomnia gw bikin gw iseng-iseng nge-googling mereka dan tada ada  jetidal-surfer-whatever yang bikin gw emosi. Gw heran nge-ship OTP di SNSD bisa sampe begitu ya. Dia bilang locksmith terlalu delusional, annoying, ga bisa bedain mana khayalan mana beneran, apalah apalah bla bla bla. Nah yang bikin gw sampe nulis ini adalah ada satu komen yang bilang kalo locksmith (sama apa itu namanya taengsic-shipper?) itu penuh sama orang-orang lebay. Trus nge-praise jetidal-surfer-whatever itu full sama cool people, yang nggak pernah complain, yang selalu menerima relationship jeti apa adanya? Duh, trus apa motivasi dia nge-post itu? Bukannya dia sama aja complain, like “when the hell will jeti come out?” ah taulah. Bete gw. Gw bukannya nggak suka sama jeti atau couple lain, tapi yaudah sih ya kalo emang banyak taeny moment, gw sebagai locksmith seneng-seneng aja liat mereka jalan berdua, mau beneran dating apa nggak ya bodo amat(tapi kalo beneran sih, double seneng deh gw haha). Mereka juga seneng kan pasi kalo liat jeti jalan berdua, atau shippernya yulsic juga pasti seneng liat yulsic moment. Gitu aja sih. Just take it simple as that. Yang penting SNSD bahagia lah, gw juga ikut seneng liatnya. Mau ntar Tae sama maknae, yuri sama soo, yoona sama manager oppa, apa ppany sama si khun sekalian juga nggak masalah kan, toh mereka juga punya kehidupan sendiri-sendiri. As long as they’re happy, I’ll always support them no matter what.

 

Gw dulu suka mikir gimana bisa sesama fans SNSD berantem? Kaya dulu kasusnya K-Sone v I-Sone, toh kita sama-sama Sone. Tapi ini bener-bener deh, harus sampe segininya ya nge-ship couple? Kenapa dianggap serius?  Ya gw tau sih rasanya, gw dulu juga galau berkepanjangan pas R-pattinson sama K-stewart putus hahahaha. Tapi seriously, nggak usah sampe segitunya ngatain juga sih. Puncak emosi gw pas dia bilang locksmith itu full sama orang-orang lebay. Sial emang gw baca pas emosi gw lagi labil(sekarang udah lumayan berkurang tapi).

 

Ah, yasudahlah. Bisa panjang kalo gw curhat masalah beginian. Belom kalo gw cerita para fans management sebelah yang kalo ngatain artis SM udah kayak gw kalo ngatain ceribelek. (Ps: di twitter gw cuma nge-follow satu orang yang, apa sih sebutannya itu fansnya ‘yege ent’?, dan kalo itu anak udah nge RT, wih TL gw langsung full of praising artis-artis sebelah dan bashing artis SM. Hanjiiiiiiiirrrrr, haters gonna hate an it’s trueeeee.

 

Well, sekian curhatan gw. Since temen-temen deket gw nggak ada yang suka SNSD. Catat, nggak ada satupun! Duh. Jangankan SNSD, k-pop aja nggak ada yang ngerti mereka -__- jadi cuma ini satu-satunya tempat gw berkeluh kesah. Sekian dan terima kasih 😉

Soccer Love (Chapter 11)

15 Mar

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

Keesokan harinya..

“Taetae!” Panggil Tiffany saat melihat Taeyeon sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

“Fany? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Taeyeon setengah terkejut melihat Tiffany datang ke lapangan tempat dirinya baru saja selesai berlatih.

“Yah Tae, kau amnesia? Bukankahkah sudah kubilang kemarin kalau aku akan datang menemui hari ini?!” Jawab Tiffany yang kemudian memasang wajah cemberutnya, membuat Taeyeon menahan tawanya.

“Ah iya iya aku ingat. Bagaimana kau tau tempat latihanku?”

“Bukan hal yang sulit untuk mencari tau, Tae,” Kata Tiffany acuh. Ia kemudian melihat jam ditangannya. “Nah, ayo kita pergi sekarang!” Tiffany langsung menarik tangan Taeyeon tanpa melihat Taeyeon yang sedang mengikat tali sepatunya.

“Hais tunggu sebentar, Fany-ah!” Taeyeon langsung menyelesaikan mengikat sepatunya. “Lagipula kita akan pergi kemana? Kenapa terburu-buru sekali?”

“Ke rumahku. Kau sudah berjanji akan membantuku, kan?” Tiffany kembali mengingatkan janji Taeyeon.

“Yeah, aku ingat itu.”

“Kajja!” Tiffany kembali menarik tangan Taeyeon.

 

Beberapa saat kemudian..

“Emm. Tiffany,” Panggil Taeyeon ragu-ragu saat keduanya tengah menaiki sebuah bus menuju rumah Tiffany. “Fany-ah,” Panggil Taeyeon sekali lagi saat mendapati Tiffany yang sedang memandang ke luar jendela sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

“Ah ya?” Tiffany akhirnya menanggapi Taeyeon.

“Sebenarnya apa yang harus kulakukan?” Tanya Taeyeon kemudian. “Emm. Dirumahmu,” Sambung Taeyeon dengan suara pelan. Wajahnya sedikit memerah saat memikirkan ia akan pergi ke rumah Tiffany.

“Yaah, ada apa dengan wajahmu?” Tiffany menahan tawanya saat melihat perubahan warna di wajah Taeyeon. Tiffany kemudian menyentuh dahi Taeyeon, membuat wajah Taeyeon semakin merah. “Kau aneh sekali, Tae,” Kata Tiffany diiringi tawanya.

“Kau belum menjawab pertanyaanku,” Balas Taeyeon yang menghindari tatapan Tiffany, berusaha menahan rasa malunya.

“Well, aku ingin kau kerumahku untuk bertemu dengan adikku. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, dan dia sangat mengidolakanmu, dan dia sangat ingin bertemu denganmu, dan yah aku hanya ingin memberinya kejutan. Sederhana kan?” Jawab Tiffany sambil tersenyum bangga dengan rencananya.

“Kau..,”

“Aku tau, aku memang unnie yang baik,” Potong Tiffany dengan percaya diri yang tinggi. Taeyeon hanya bisa terbengong beberapa saat melihat yeoja ‘aneh’ yang ada disampingnya itu.

“Ngomong-ngomong, apa adikmu itu bernama Miyoung?” Tanya Taeyeon penasaran, membuat Tiffany kaget mendengarnya.

“Yah! Bagaimana kau tau nama itu?!” Tiffany balik bertanya dengan nada suara yang sedikit panik. Ia benar-benar kaget Taeyeon mengetahui namanya.

“Aku mendengar Mr. Hwang menyebut namanya beberapa hari yang lalu,” Jawab Taeyeon polos. “Beliau juga bilang kalo putrinya sangat mengidolakanku, aku yakin putrinya yang dimaksud itu bukanlah dirimu, jadi kemungkinan Miyoung adalah adikmu, benarkan? Atau kau masih punya saudari yang lain?”

“Issh! Adikku bernama Seohyun, dan aku tidak punya saudara yang lain. Kakakku sudah pergi 3 tahun yang lalu,”

“Wah, apa itu berarti,” Taeyeon membelalakan matanya memandang Tiffany. “Miyoung itu kau?” Tanya Taeyeon sambil menahan tawanya.

“Yah Kim Taeyeon! Tidak baik menertawakan orang seperti itu!” Kata Tiffany dengan wajah kesal tergambar jelas di wajahnya.

“Mian mian,” Taeyeon langsung menghentikan tawanya. Keheningan melanda keduanya untuk beberapa saat. “Hmm. Tiffany,” Taeyeon akhirnya memecah keheningan tersebut.

“Hmm?” Tiffany merespon dengan tidak bersemangat.

“Kau tadi bilang kakakmu sudah pergi, apa maksudmu dia..,”

“Ya, dia meninggal 3 tahun yang lalu. Karena kecelakaan mobil,” Terang Tiffany sebelum Taeyeon sempat bertanya lebih lanjut. “Kau tau, aku ada disana bersamanya saat itu. Aku melihatnya. Aku melihat semuanya. Tubuhnya berlumuran darah. Dia benar-benar tidak berdaya dan aku hanya  bisa menangis melihatnya seperti itu,” Tiffany mulai berkaca-kaca.

“Fany-ah,” Taeyeon merasa bersalah sudah membuat Tiffany mengenang masa lalunya. Tiffany hanya menggelengkan kepalanya.

“Kau tau apa yang dikatakannya saat itu? ‘Miyoung-ah, jangan pernah menangis lagi. Kau tidak boleh takut, oppa ada disini, oppa akan selalu melindungimu. Kau harus kuat, arraso?’ Dia bahkan masih bisa tersenyum saat mengatakan itu padaku. Aku tidak pernah tau kalau itu adalah kata-kata terakhirnya,” Tiffany akhirnya tidak kuasa menahan air matanya.

“Tiffany,” Taeyeon langsung memeluk Tiffany yang sedang memperlihatkan sisi rapuh dari dirinya itu. Tiffany hanya bisa menangis didalam pelukan Taeyeon, mengeluarkan semua perasaan yang selalu dipendamnya selama bertahun-tahun itu. Tiffany tidak pernah menangisi kematian kakaknya, bahkan dihadapan keluarga dan teman-teman dekatnya sekalipun. Kata-kata terakhir oppanya itu selalu tertanam jelas diotaknya, bahwa ia harus kuat dan tidak boleh lagi menangis. Namun sekarang seolah semuanya tidak berarti lagi. Didalam pelukan Taeyeon ia merasa bisa mengeluarkan semuanya, membagi kesedihannya, memperlihatnya sisi lemah dari dirinya. Entah mengapa ia merasa nyaman bersama dengan orang yang bahkan baru saja dikenalnya itu.

“Maafkan aku, Tae,” Tiffany tiba-tiba melepas pelukan Taeyeon setelah beberapa saat menyadari ia baru saja menangis dipelukan taeyeon. “Aku tidak seharusnya seperti ini,” Kata Tiffany sambil menghapus air matanya.

“Maafkan aku. Sudah membuatmu menangis,” Balas Taeyeon pelan.

“Kurasa Donghae oppa tidak akan memaafkanmu jika dia tau kau sudah membuatku menangis, Tae,” Tiffany tertawa kecil, berusaha mengembalikan kembali mood nya.

“Heh?” Taeyeon memandang Tiffany dengan ekspresi kaget. Tiffany menganggukkan kepalanya.

“Oppa tidak pernah membiarkanku dan Seohyunie menangis. Dia bahkan pernah memarahi teman Hyunnie yang membuatnya menangis pada waktu TK. Kurasa dia akan mendatangimu nanti malam, Tae,” Bisik Tiffany membuat Taeyeon menahan nafasnya. Tiffany tersenyum lebar melihat ekspresi wajah Taeyeon. “Yah! Apa kau takut?!” Tanya Tiffany yang kali ini tidak bisa menahan tawanya.

“Tidak!”

“Kau takut, Tae!”

“Tidak! Hais, dengarkan aku. Aku tidak akan membuatku menangis lagi, arraso?!” Kata Taeyeon memandang kedalam mata Tiffany.

“Tae,” Tiffany tiba-tiba kehilangan kata-katanya.

“Aku berjanji, Fany-ah. Aku berjanji padamu dan Donghae hyung, aku tidak akan membiarkanmu menangis lagi,” Kata Taeyeon dengan nada serius. Tiffany masih terdiam memandang Taeyeon. “Hais, kau harus percaya padaku, Tiffany. Bukankah kita sudah berteman sekarang?” Taeyeon tersenyum pada Tiffany sambil menunjukkan jari kelingkingnya. Tiffany menganggukan kepalanya dan membalas senyuman Taeyeon.

“Yeah, kita memang berteman, Kim Taeyeon,” Tiffany mengaitkan jari kelingkingnya pada kelingking Taeyeon. Mereka tersenyum memandang satu sama lain. “Tapi, Tae,” Tiffany mendekatkan kepalanya pada telinga Taeyeon.

“Eh?”

“Tetap saja nanti malam kau harus bersiap-siap bertemu oppa,” Bisik Tiffany masih berusaha menakuti Taeyeon.

“Yah!” Teriak Taeyeon yang langsung menjauhkan kepala Tiffany.

“Kau takut, Tae!” Tiffany tertawa puas melihat reaksi Taeyeon.

“Aku tidak takut!”

“Kau takut!”

“Tidak!”

“Takut takut takut!”

“Tidak tidak tidak!”

“Takut!”

“Tidak!”

Mereka terus beradu argumentasi sepanjang sisa perjalanan ke rumah Tiffany.

*Flashback – End*

 

Taeyeon bersandar pada tembok, memikirkan semua yang telah dilakukannya pada Tiffany. Tak lama kemudian ia mengambil dompet disakunya dan menarik sebuah foto didalamnya. “Mianhe,” Taeyeon berbicara pada foto tersebut, foto Tiffany sedang tersenyum memperlihatkan eye-smile nya dan disamping Tiffany terdapat Hyunsung sedang mencium pipi ummanya itu. “Tersenyum seperti itu, Fany-ah,” Gumam Taeyeon. Setetes air mata tiba-tiba jatuh dari matanya membayangkan Tiffany menangis karena pertengkarannya dengannya tadi. “Aku melanggarnya lagi, huh? Janjiku sendiri,” Taeyeon masih berbicara pada foto yang sedang dipegangnya. Kemudian ia kembali memejamkan matanya untuk beberapa saat. “Tiffany mianhe. Kuharap kau memaafkanku,” Taeyeon langsung bangkit berdiri dan segera meninggalkan rumah Yuri untuk kembali ke rumahnya. Ia bertekad untuk meminta maaf dan mendengarkan semua penjelasan dari Tiffany.

 

Sementara itu di rumah Taeyeon, Tiffany, dan Hyunsung..

“Unnie, lebih baik kau istirahat dulu. Kau terlihat sangat capek,” Jiyeon berusaha membujuk Tiffany untuk yang kesekian kalinya. Namun ia selalu mendapatkan jawaban yang sama.

“Aku sedang menunggu Taeyeon,” Jawab Tiffany hampir tanpa ekspresi.

“Unnie,” Jiyeon, seolah tidak tega melihat kondisi Tiffany saat ini, langsung memeluk Tiffany.

“Istirahatlah, Jiyeonnie. Aku baik-baik saja. Aku tau Tae pasti akan kembali, aku akan terus menunggunya,” Kata Tiffany kemudian.

“Unnie.”

“Percayalah padaku. Kau lebih baik tidur sekarang. Dan terima kasih sudah menemaniku dan Sungie malam ini,” Tiffany mencoba tersenyum pada Jiyeon.

“Baiklah unnie. Aku akan memeriksa Sungie terlebih dahulu. Jika kau butuh sesuatu langsung bangunkan aku, ok?” Jiyeon masih terlihat khawatir. Tiffany menganggukan kepalanya. “Istirahatlah secepatnya, unnie,” Tambah Jiyeon yang kemudian pergi meninggalkan Tiffany seorang diri di ruang tamu. Sudah beberapa jam semenjak Taeyeon mengusirnya dan ia sama sekali tidak beranjak dari sofa di ruang tamu keluarganya, menunggu Taeyeon pulang ke rumah mereka. Dan tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan di pintu rumahnya.

“Tae!” Gumam Tiffany senang. Senyuman akhirnya terlukis di wajahnya. Ia sangat yakin Taeyeon yang sedang berada didepan pintu, dan tanpa pikir panjang Tiffany langsung membuka pintu dan memeluk namja yang sedang berdiri dihadapannya itu. “Tae,” Tiffany tersenyum dan mempererat pelukannya. Namun sedetik kemudian senyumannya langsung menghilang, digantikan oleh wajah panik dan ketakutan. Tangannya menyusuri wajah namja tersebut. “K-kau, bukan Tae!” Tiffany melangkah mundur dengan langkah ketakutan. Ia baru menyadari, Taeyeon tidak pernah mengetuk pintu rumah mereka jika ia pulang. Taeyeon selalu membawa kunci rumah mereka.

“Tiff,” Suara namja itu semakin membuat Tiffany kalut.

“Pergi! Pergi! Pergi!” Tiffany mulai histeris. Namun namja itu malah semakin mendekati dirinya, membuat Tiffany semakin merasa tidak aman. Rasa trauma kembali menghinggapi dirinya. Air mata ketakutan mulai keluar dari matanya.

“Tiffany,” Namja itu mencoba meraih tangan Tiffany, namun Tiffany langsung menampiknya.

“Jangan! Jangan sentuh!” Tiffany terus berjalan mundur menghindari namja tersebut, tubuhnya bergetar karena ketakutan. “Jangan dekati aku!” Tiffany terus menjaga jarak hingga akhirnya ia terjatuh karena menabrak meja. “Pergi pergi pergi,” Tiffany terus memohon. Namun tiba-tiba namja tersebut memeluk tubuhnya, membuat Tiffany semakin berteriak histeris.

“Tiff. Tiffany. Hey, ini aku Siwon,” Kata Siwon dengan lembut.

“O-oppa,” Tiffany akhirnya mulai tenang setelah mengetahui orang itu adalah Siwon. “Oppa,” Tiffany langsung memeluk Siwon dan menangis dalam pelukan Siwon, melepas semua ketakutan yang baru saja dirasakannya. Siwon mempererat pelukannya, menepuk-nepuk punggung Tiffany, mencoba menenangkannya. “Aku takut, oppa,” Tiffany terus menangis membayangkan hal buruk itu kembali menimpa dirinya.

“Ssst, jangan takut, Tiffany. Ini aku disini,” Siwon terus melakukan yang bisa dilakukannya untuk membuat Tiffany benar-benar tenang. Mereka terus berpelukan seperti itu saat Taeyeon tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu  rumahnya yang sudah terbuka itu. Taeyeon berdiri kaku melihat pemandangan didepannya.

“Pabo,” Taeyeon berkata pada dirinya sendiri. Ia tersenyum lemah, mengasihani dirinya sendiri.

 

– To Be Continued –

 

*Bonus Scene*

 

“Mwo?! Jangan bilang kau juga suka dengannya, Seohyunnie?” Yoona memandang lekat wajah sahabatnya itu.

“Tentu saja. Semua orang menyukainya, oppa. Kau harus melihat bagaimana jika dia bermain dilapangan, benar-benar berkharisma,” Kata Seohyun sambil membayangkan idola barunya itu.

“Aku sudah sering melihatnya bermain, jadi berhenti memujinya, Hyunnie!” Yoona memperlihatkan wajah kesalnya yang justru terlihat imut dimata Seohyun.

“Aigooo, apa kau cemburu, oppa?” Goda Seohyun yang tersenyum lebar dihadapan Yoona.

“Sangat. Bukankah sudah kubilang kau hanya boleh memuji permainanku. Apa kau lupa untuk siapa aku bermain bola?” Yoona mendekatkan wajahnya pada wajah Seohyun, balik menggoda sahabatnya. Ia pun menahan tawanya saat melihat wajah Seohyun yang menjadi merah padam akibat wajahnya yang hanya berjarak satu sentimeter dari wajah Yoona.

“O-oppa,”

“Nah, Tapi kau benar, Hyunnie,” Yoona langsung menarik kembali wajahnya dari hadapan Seohyun sebelum sahabatnya itu sempat berbicara. Ia tersenyum penuh kemenangan melihat Seohyun yang masih menahan rasa malu setelah ia dengan sukses menggodanya. “Harus kuakui, Taeyeon hyung memang memiliki skill yang sangat bagus,”

“Dan wajah yang sangat imut!” Sambar Seohyun yang tiba-tiba kembali ‘normal’ setelah mendengar nama Taeyeon. Yoona memandang Seohyun tidak percaya. “Tidakkah kau merasa dia memiliki baby-face, oppa?” Seohyun kali ini memperlihatkan senyum kemenangannya.

“Isshhhh, Hyunnie-ah!” Yoona memandang tajam wajah Seohyun yang balik memandangnya dengan senyum lebar diwajahnya.

 

Beberapa hari kemudian..

“Happy birthday, Hyunnie!” Yoona memperlihatkan senyumnya saat Seohyun membuka pintu rumahnya untuk Yoona yang langsung memberikan satu buket bunga yang ada ditangannya.

“Wah, terima kasih, oppa,” Respon Seohyun dengan wajah berseri-seri.

“Dan ini untukmu,” Yoona memberikan sebuah kotak yang langsung dibuka oleh Seohyun.

“Ah oppa, ini,” Seohyun mengambil selembar kanvas berukuran sedang dari dalam kotak tersebut.

“Yeah, aku melukisnya sendiri. Aku ingin kau ingat jika suatu saat nanti aku pasti akan mewujudkan impianku menjadi pesepakbola yang hebat dan membuatmu bangga,” Yoona memandang lukisan yang sedang dipegang Seohyun itu. Lukisan itu menggambarkan sosok dirinya dan seohyun sedang tersenyum bahagia dimana tangan kiri dan tangan kanan Seohyun sedang mengangkat sebuah piala.

“Oppa, ini hebat sekali,” Seohyun langsung memeluk Yoona. “Terima kasih, oppa,” Kata Seohyun dengan mata berkaca-kaca. Yoona membalas pelukan Seohyun, namun dengan segera ia melepaskannya.

“Dan ada satu lukisan lagi untukmu. Aku tau kau sangat mengidolakannya saat ini, jadi yeah,” Yoona mengambil satu lembar lagi kanvas yang berukuran lebih kecil dari dalam kotak dengan tidak bersemangat, lalu memberikannya pada Seohyun.

“Kim Taeyeon?” Seohyun memperhatikan lukisan yang ada ditangannya. Dan beberapa detik kemudian ia tertawa melihatnya. “Ada apa denganmu, oppa? Kenapa kau membuatnya untukku?”

“Agar kau berhenti membicarakannya! Issh, lagipula kau bilang sangat ingin bertemu dengannya, maafkan aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu saat ini. Aku belum bisa bertemu dengannya,” Kata Yoona dengan nada menyesal.

“Tidak masalah, oppa. Lagipula aku lebih suka bertemu denganmu daripada dengannya,” Kata Seohyun tulus.

“Benarkah?” Tanya Yoona dengan mata berbinar-binar. Dan tepat saat itu juga Tiffany datang.

“Seohyunnie!” Panggil Tiffany dengan semangat.

“Unnie,” Seohyun segera memeluk kakak perempuannya itu.

“Happy birthday!” Tiffany tersenyum lebar pada Seohyun. “Dan tebak siapa yang kubawa untukmu?”

“Kim Taeyeon?!” Seohyun membelalakkan matanya saat melihat Taeyeon berjalan masuk kedalam rumahnya. Taeyeon tersenyum melihat Seohyun.

“Seohyun?” Tanya Taeyeon pada Tiffany, memastikan ia tidak salah orang. Tiffany menganggukkan kepalanya. “Oh. Happy birthday, Seohyun,” Taeyeon memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Seohyun yang hanya bisa mematung melihat Taeyeon berdiri hanya beberapa centimeter dari hadapannya, sama sekali tidak bisa berkata-kata.

“Hm. Terimakasih hyung,” Yoona menggantikan Seohyun mengucapkan terima kasih.

“Dan kau? Yoona?” Tanya Taeyeon memastikan.

“Kau masih ingat denganku, hyung!”

“Tentu saja,”

“Kalian saling kenal?” Tanya Tiffany penasaran.

“Kami bermain di club yang sama, noona. Hyung bermain untuk team U-21, sedangkan aku masih bermain untuk U-18,” Jelas Yoona.

“Oh arraso,” Tiffany menganggukan kepalanya. “Kalau begitu lebih baik kita masuk sekarang, kurasa makan malam sudah siap,” Kata Tiffany yang langsung menarik tangan Taeyeon menuju ruang makan.

“Yah, Hyunnie! Ayo masuk!” Yoona menarik tangan Seohyun dengan sedikit kesal karena sahabatnya itu sama sekali tidak berkedip saat memandang Taeyeon.

 

Beberapa jam kemudian..

“Terima kasih, oppa, sudah mau datang ke rumahku. Sampai jumpa lagi,” Seohyun mengucapkan selamat tinggal pada Taeyeon dengan malu-malu.

“Sampai jumpa lagi, Seohyun,” Pamit Taeyeon kemudian.

“Hyunnie, aku akan segera kembali,” Kata Tiffany yang kemudian berjalan keluar rumah bersama Taeyeon.

“Aku pulang sekarang,” Pamit Yoona datar.

“Oppa, kenapa terburu-buru? Rumahmu hanya berjarak 1 meter dari sini, tinggallah sebentar lagi,” Pinta Seohyun.

“1 menit,” Kata Yoona tanpa melihat ke arah Seohyun.

“Kau marah padaku, oppa?”

“Tidak.”

“Heeiii, kau marah padaku kan?” Kata Seohyun sambil menarik-narik kemeja Yoona.

“Isssh. Kau baru sadar, huh? Itu akibatnya kalau kau tidak mempedulikanku dan terlalu sibuk memperhatikan Taeyeon hyung sepanjang makan malam tadi. Sudah kubilang kau tidak boleh melihat pria lain selain aku! Dan ini, untuk apa kau membawa-bawa lukisannya?! Haiss, kau benar-benar,” Yoona tidak bisa berkata-kata lagi saat matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Seohyun.

“Apa kau sudah selesai berbicara, oppa? Wah, kau benar-benar cemburuan, oppa,” Seohyun menahan tawanya melihat kelakuan Yoona. “Dan lukisan ini? Aku akan memberikannya pada Tiffany unnie, oppa. Aku tidak bisa menyimpan ‘wajah’ orang lain lagi, semua tempat sudah penuh dengan wajahmu, oppa,” Jelas Seohyun, membuat Yoona menyunggingkan senyumnya.

“Benarkah?”

“Oppa, kau tidak percaya padaku? Aku hanya mengagumi Taeyeon oppa, kau tau itu.”

“Yeah aku tau Hyunnie. Kau berjanji padaku untuk menungguku, kan? Kuharap kau tidak melupakan itu, Hyunnie. Aku akan berusaha menembus tim utama, dan jika saat itu datang kau harus langsung menerimaku, ok?”

“Saat itu pasti akan datang, oppa. Aku akan terus menunggumu,” Seohyun tersenyum pada Yoona yang langsung membalas senyumannya.

“Aku percaya padamu, Hyunnie,” Balas Yoona sambil membelai rambut Seohyun.

 

3 tahun kemudian..

“Apa?! Noona, kau berbohong kan?!” Yoona menyentuh kedua pundak Tiffany dan melihat kedalam matanya. Tidak ada kebohongan sama sekali. Tiffany menggelengkan kepalanya.

“Dia sudah pergi semalam, Yoong. Untuk apa aku berbohong padamu?” Tiffany menaikan alisnya melihat Yoona yang sekarang berdiri mematung dihadapannya. “Yoong?” Tiffany melambaikan kedua tangannya didepan wajah Yoona. “Kau baik-baik saja kan?”

“Noona. Terima kasih,” Kata Yoona dengan tatapan kosong.

“Oh iya, dia menitipkan ini untukmu, sebentar,” Tiffany mengambil sebuah surat dari kantong belakang celananya. Yoona menerima surat tersebut dan tanpa berkata-kata ia pun berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Tiffany yang sedikit shock dengan reaksi Yoona setelah mengetahui Seohyun pergi meninggalkannya. Tiffany memiringkan kepalanya mencoba berpikir. “Apa mereka berpacaran?” Ia memiringkan kepalanya ke arah lainnya. “Ah kurasa tidak,” Ia masih mencoba mencari jawaban atas pertanyaan sendiri. “Tapi kenapa dia seperti itu?” Tiffany terlihat semakin penasaran. “Issh, lebih baik kutanya langsung pada Hyunnie,” Katanya kemudian sambil menutup pintu dan masuk ke dalam rumahnya.

Kepergian Seohyun membuat Yoona tidak lagi bersemangat melakukan semua kegiatannya. Didalam suratnya, Seohyun hanya meminta Yoona untuk terus mengejar impiannya. Namun kenyataannya adalah sebaliknya. Yoona seolah membuang begitu saja usaha yang sedang dilakukannya. Ia sering sekali tidak datang latihan dan jikapun datang, ia hampir tidak mau melakukan apapun dan bermain buruk, membuatnya tidak pernah lagi dipanggil oleh tim U-21 yang sekarang sedang diperkuatnya.

“Yah, Yoong, kudengar ada trial untuk bermain di club di Jerman. Kau tertarik?” Tanya Taeyeon saat keduanya bertemu didepan rumah Seohyun. Taeyeon baru saja mengantarkan Tiffany pulang ke rumahnya saat ia tidak sengaja melihat Yoona berjalan tanpa semangat menuju rumahnya yang berada tidak jauh dari rumah Tiffany dan Seohyun.

“Jerman?” Yoona terdengar sedikit tertarik saat mendengar nama negara itu, negara dimana Seohyun berada sekarang untuk melanjutkan pendidikannya. Taeyeon tersenyum melihat respon dari Yoona.

“Yeah. Club akan mengirimkan beberapa pemain kita untuk mengikuti trial disana. Kupikir kau tau tentang ini?” Tanya Taeyeon walaupun ia sebenarnya sudah tau keadaan Yoona saat ini. Yoona menggelengkan kepalanya. “Ah, tentu saja. Kudengar kau jarang sekali datang latihan akhir-akhir ini. Mungkin karena itulah kau tidak tau tentang trial ini,” Taeyeon masih tersenyum penuh arti pada Yoona.

“Aku hanya merasa sedikit tidak mood untuk bermain, hyung,” Yoona berusaha membalas senyuman Taeyeon, walaupun tampak dipaksakan. “Tapi, kau tidak berbohong kan, hyung? Trial di Jeman?” Tanya Yoona memastikan. Ia terlihat bersemangat sekarang.

“Ish, untuk apa aku berbohong. Jadi apa kau ingin mencobanya?” Tanya Taeyeon penasaran. Yoona menganggukkan kepalanya dengan mantap. “Berusahalah kalau begitu! Kau masih memiliki waktu beberapa bulan untuk membuktikan kepada pelatih dan club bahwa kau layak untuk dikirim kesana, ok? Mulailah berlatih rutin lagi,” Taeyeon memberikan saran pada Yoona yang hanya menganggukan kepalanya. Wajahnya terlihat sedikit lebih cerah, harapan untuk bertemu dengan Seohyun kembali muncul didirinya.

“Aku akan berusaha, hyung!”

“Bagus, memang seperti itulah seharusnya,” Taeyeon menepuk nepuk pundak Yoona. “Baiklah kalau begitu, aku pergi sekarang,” Kata Taeyeon lalu masuk kedalam mobilnya lalu menyalakan mesin mobilnya. Ia kemudian membuka kaca mobil dan menatap Yoona. “Yah Yoong, jangan buang waktumu seperti ini lagi, ok? Buktikan padanya kalau kau bisa mencapai semua yang ingin kau capai dan jika kau tidak mau menunggunya, kejarlah dia. Sederhana, kan?” Taeyeon kembali tersenyum. “Sampai jumpa,” Katanya kemudian sambil melambaikan tangannya lalu pergi meninggalkan Yoona yang masih berdiri sibuk dengan pikirannya.

“Bagaimana hyung itu bisa tau semuanya?” Tanya Yoona pada dirinya sendiri. “Ah! Tiffany noona!Issh,” Yoona menggelengkan kepalanya lalu kembali berjalan menuju rumahnya.

 

Epilogue of YoonHyun..

Yoona akhirnya kembali berlatih dengan keras dan berhasil mengikuti trial di Jerman. Disana akhirnya ia bertemu lagi dengan Seohyun yang mengatakan padanya bahwa ia tidak akan kembali ke Korea dalam waktu dekat. Seohyun akan membantu perusahaan appa nya yang akan melakukan ekspansi bisnisnya di Jerman. Hal itu mematahkan semangat Yoona untuk kedua kalinya, namun ia tidak membiarkan dirinya berlarut-larut dalam kekecewakan. Yonna teringat kata-kata Taeyeon padanya, “Jika kau tidak mau menunggunya, kejarlah dia”. Oleh karena itu ia akhirnya memutuskan untuk bermain untuk sebuah club di liga Jerman saat tawaran untuk bermain disana datang kepadanya setahun kemudian.

Yoona bermain dan menetap disana selama 3 tahun sesuai kontrak yang sudah disepakati sebelumnya. Hubungannya dengan Seohyun semakin membaik dan sesuai janji mereka, Seohyun akan menerima Yoona saat akhirnya Yoona berhasil menjadi pemain profesional. Mereka akhirnya bersama dan tidak ada masalah selama masa periode tersebut. Dan tepat saat kontraknya hampir berakhir, Yoona dan Seohyun memutuskan untuk menikah dan kembali ke Korea, karena Yoona memutuskan untuk kembali dan menandatangani kontrak untuk bermain di club lamanya, SMFC. Namun tepat saat itu juga, Seohyun memutuskan untuk meneruskan kuliahnya mengambil program pasca sarjana selama 1.5 tahun. Dan itulah yang terjadi hingga saat ini, Yoona berada di Korea dan Seohyun masih berada di Jerman. Yoona tidak memperbolehkan Seohyun kembali ke Korea dan menyuruhnya fokus pada sekolahnya, ia lah yang selalu mengunjungi Seohyun jika ada waktu luang. Sampai saat ini, tinggal menunggu hitungan minggu hingga akhirnya Seohyun dan Yoona akan kembali berkumpul bersama.

 

*Bonus Scene – END*

 

 

 

Ps: Holaaaa 🙂 Sebelumnya terima kasih yang mendalam buat yang udah komen dan ngasi saran di chapter sebelumnya. Oleh karena itulah gw memutuskan buat nge-split flashbacknya, jadi mungkin flashback taeny bakal masih ada di beberapa chapter kedepan, tapi nggak bakal full flashback kok.

Nah sesuai yang gw bilang sebelumnya, gw masukin bonus scene yang terinspirasi dari love story salah satu pemain sepak bola asal uruguay 😀 Nah sayangnya kisahnya itu nggak cocok buat yulsic(kebanyakan minta yulsic), jadilah gw bikin buat yoonhyun hehehe Ntar kalo ada ide lagi gw bikin deh line story buat yulsic sama soosun, yang jelas cerita mereka harus relate sama taeny hehehe. Trus kenapa ada epilogue yoonhyun nya? Itu karena gw udah males bikin dialogue haha nggak papa lah ya yang penting gw jelasin akhir kisah mereka ;p

So, how’s this chapter overall? Comment please and see you guys very very very soon 😉 Thank you and Love ya! *big hug*

Soccer Love (Chapter 10)

4 Mar

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

*Flashback – 9 tahun yang lalu*

“Ah berat sekali!” Tiffany meletakkan tumpukkan kardus berisi file dilantai lalu dengan sengaja menendang kardus-kardus tersebut. “Aaah!” teriaknya kemudian, merasa kesakitan akibat perbuatan bodohnya sendiri. “Appa tega sekali!” Tiffany terus mengomel dan merutuki ‘pekerjaan’ yang diberikan appanya kepadanya.

“Kau baik-baik saja?” Tiba-tiba seorang namja sudah berdiri dihadapannya. Tiffany memandang namja tersebut dan menyunggingkan senyuman yang langsung memperlihatkan eye-smile nya. Namja itu tampak membeku melihat Tiffany, lebih tepatnya terpesona oleh eye-smile yang diperlihatkan Tiffany. Namun sedetik kemudian, Tiffany langsung merubah ekspresi wajahnya yang terlihat terganggu dengan pertanyaan namja tersebut.

“Apa aku terlihat baik-baik saja?! Kau tidak melihat ini semua?” Tiffany dengan sewot menunjuk tumpukkan kardus yang ada dihadapannya itu.

“K-kau perlu bantuan?” Namja itu dengan ragu-ragu menawarkan bantuannya. Tiffany pun langsung tersenyum senang, kembali memperlihatkan eye-smile nya, mendengar tawaran bantuan dari namja asing tersebut. Sedangkan namja itu kembali dibuat terpesona oleh eye-smile Tiffany.

“Wah, kau baik sekali, Taeyeon-ssi,” Puji Tiffany masih dengan eye-smile nya. “Ini, kau bisa membantuku membawa ini, kan?” Tiffany menunjuk 2 kardus yang berada ditumpukkan paling atas.

“Eh, bagaimana kau tau namaku?” Tanya Taeyeon bingung sambil mengangkat kardus-kardus yang ditunjuk Tiffany.

“Tidak ada yang tidak mengenalmu, Mr. Kim Taeyeon!” Tiffany memutar bola matanya melihat ekpresi bodoh yang diperlihatkan Taeyeon karena tidak menyadari kepopulerannya saat ini. Nama Kim Taeyeon langsung terkenal di dunia olah raga Korea karena penampilan mengesankannya pada saat pertama kali ikut membela tim nasional U-21 Korea di ajang Asian games yang baru saja berakhir sebulan yang lalu itu. “Pabo,” Gumam Tiffany sambil mengangkat satu kardus yang tersisa. Ia pun berjalan menuju lift diikuti Taeyeon. “Ngomong-ngomong kau mau kemana, Taeyeon-ssi?” Tanya Tiffany begitu mereka memasuki lift. Tiffany memencet tombol angka 18.

“Lantai yang sama,” Jawab Taeyeon sambil berusaha tersenyum se-natural mungkin. Tiffany hanya menganggukkan kepalanya, kemudian sibuk melihat-lihat file yang ada didalam kardus yang dibawanya. Taeyeon hanya bisa menahan senyumnya memandang Tiffany disepanjang perjalanan mereka ke lantai 18.

“Jadi, kau mau bertemu siapa, Taeyeon-ssi?” Tanya Tiffany saat mereka berjalan keluar lift.

“Mr. Hwang. Hmm. Mr. Hwang Soo.. Won?” Jawab Taeyeon sedikit tidak yakin dengan nama orang yang akan ditemuinya.

“Hwang Soowon?” Tiffany sedikit terkejut mendengar nama appanya.

“Kurasa begitu. Kau tau dimana ruangannya?” Tanya Taeyeon.

“Ah ya. Ruangannya tepat berada diujung lorong itu,” Tiffany menunjukkan arah menuju ruangan appanya. “Emm. Kau bisa meletakkan itu disini,” Kata Tiffany sambil meletakkan kardus yang dibawanya di atas meja receptionist. Taeyeon pun segera ikut meletakkan kardus-kardus yang dibawanya. “Terima kasih, Taeyeon-ssi,” Tiffany kembali tersenyum memandang Taeyeon.

“S-sama-sama, emm..,”

“Tiffany,” Tiffany menyebutkan namanya. “Emm, Tiffany Lee,” Jawab Tiffany kali ini memaksakan senyumnya.

“Ah ya Tiffany-ssi. Sampai jumpa,” Taeyeon menyunggingkan senyumnya lalu melangkahkan kakinya berjalan ke ruangan Mr. Hwang.

“Hais, apa yang kulakukan? Kenapa aku harus berbohong padanya?” Tiffany memukul kepalanya sendiri setelah Taeyeon pergi meninggalkannya.

 

1 jam kemudian, di ruangan Mr. Hwang..

“Senang sekali kau tertarik dengan penawaran ini, Taeyeon,” Mr. Hwang tersenyum puas akhirnya Taeyeon menyetujui penawaran perusahaannya untuk menjadikannya model sepatu sepak bola edisi terbaru yang akan diluncurkannya beberapa bulan kedepan. “Secara pribadi aku sangat menginginkanmu menjadi icon perusahaan kami, itulah mengapa aku merasa harus berbicara denganmu langsung,” Lanjut Mr. Hwang.

“Lain kali anda tidak perlu repot-repot seperti ini, Mr. Hwang. Anda tidak perlu khawatir karena saya memang sudah tertarik dengan proposal yang diberikan pada saya tempo hari. Disamping itu, saya juga tidak ingin mengganggu waktu anda,” Kata Taeyeon dengan sopan.

“Tidak mengganggu sama sekali, Taeyeon. Lagipula aku memang ingin bertemu denganmu. Kau tau putriku sangat mengidolakanmu.”

“Oh. Terima kasih,” Taeyeon tersenyum malu mendengar langsung ada seseorang yang mangaguminya.

“Kuharap kau mau bertemu dengannya nanti,” Lanjut Mr. Hwang.

“Dengan senang hati, Mr. Hwang,” Jawab Taeyeon.

*tok tok tok*

“Masuk,” Mr. Hwang mempersilakan karyawannya memasuki ruangannya.

“Ini kontraknya, Mr. Hwang,” Kata karyawan tersebut.

“Terima kasih,” Balas Mr. Hwang. “Oh Kangin, tolong kau panggil Miyoung kemari,” Pinta Mr. Hwang sebelum karyawannya itu pergi keluar ruangannya.

“Baik, Mr. Hwang,” Jawab Kangin lalu membungkukkan badannya dan keluar ruangan.

“Ini. Kau baca dulu kontraknya baik-baik,” Mr. Hwang menyodorkan kontrak yang sudah dipersiapkannya itu. Taeyeon pun mulai membaca kontrak yang ada ditangannya. Beberapa menit kemudian telpon diruangan Mr. Hwang berbunyi. “Halo? Miyoung-ah! Mana file-file yang appa minta untuk dibawa ke ruangan appa? Kuliah? Kau bilang kau libur hari ini? Baiklah kalau begitu, jangan pulang malam-malam, ok?” Mr. Hwang mengakhiri percakapannya dengan putrinya, Tiffany.

 

Beberapa saat setelah keluar dari ruangan Mr. Hwang..

“Permisi, boleh saya tau Tiffany Lee berada di divisi apa?” Tanya Taeyeon pada receptionist lantai 18.

“Tiffany Lee?” Sang receptionist mengangkat satu alisnya lalu memandang teman yang berada disebelahnya. “Kau pernah mendengar nama Tiffany Lee?” Tanyanya kemudian. Temannya pun hanya menggeleng, sama bingungnya.

“Benarkah? Apa kau ingat wanita yang tadi meletakkan file disini? Yang tadi bersamaku? Bukankah dia bekerja disini? Tiffany? Tiffany Lee?” Taeyeon tampak sangat penasaran dengan Tiffany.

“Oooh. Nona Tiffany yang tadi maksudmu? Dia memang bekerja disini, tapi dia karyawan khusus,” Jelas si reseptionist tersenyum penuh arti.

“Maksudnya?” Tanya Taeyeon semakin bingung.

“Dia adalah putri dari direktur kami, Tiffany Hwang,” Jawab sang receptionist sambil tersenyum.

“Mwo? Kau yakin?” Tanya Taeyeon, terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Kedua receptionist itu pun hanya mengangguk. “Baiklah. Terima kasih,” Taeyeon tersenyum lemah, lalu pergi menuju lift.

 

Beberapa hari kemudian..

“Taeyeon-ssi!” Panggil Tiffany saat melihat Taeyeon berjalan di lobi kantor appanya. Taeyeon hanya melirik ke arah Tiffany, lalu pura-pura tidak mendengarnya. Tiffany yang mengetahui Taeyeon berpura-pura tidak mendengarnya itu pun langsung kesal dan berlari menghampiri Taeyeon.

“Oh, hai Tiffany-ssi,” Sapa Taeyeon saat Tiffany berada dihadapannya.

“Ish, kenapa kau menghindariku?” Tanya Tiffany tanpa basa-basi.

“A-aku tidak mendengarmu tadi,” Jawab Taeyeon mencari alasan. Tiffany memandang Taeyeon tajam. Ia sama sekali tidak percaya dengan jawaban Taeyeon yang terus menghindari tatapannya. “Ah, aku sedang buru-buru. Selamat tinggal, Tiffany-ssi,” Pamit Taeyeon tanpa memandang ke arah Tiffany dan langsung melangkahkan kakinya keluar gedung kantor.

“Ish, ada apa dengannya?!” Kata Tiffany kesal yang langsung menelpon sopirnya untuk menjemputnya didepan lobby kantor.

Taeyeon terus berjalan menuju halte bus yang berada di ujung jalan. Butuh waktu sekitar 10 menit hingga akhirnya ia sampai di halte dan langsung duduk termenung menunggu bus yang akan dinaikinya. Taeyeon tidak menghiraukan beberapa orang yang berbisik satu sama lain ketika melihat dirinya. Pikirannya terus tertuju pada satu orang, Tiffany. *DING DING* Tiba-tiba suara klakson mobil membuyarkan pikiran Taeyeon yang langsung melihat ke arah sebuah mobil mewah yang sudah berhenti di depannya. Taeyeon memincingkan matanya untuk mencari tau siapa orang yang sedang membuka kaca mobilnya itu dan ia pun terkejut ketika mendapati Tiffany yang berada didalamnya.

“Taeyeon-ssi! Masuklah!” Pinta Tiffany yang lebih terdengar seperti perintah. Taeyeon langsung membelalakkan matanya melihat Tiffany menyuruhnya masuk ke dalam mobilnya. Ia hanya menatap ke arah Tiffany dan langsung naik ke dalam bus yang datang tidak lama kemudian.

“Yah! Kim Taeyeon!” Teriak Tiffany dari dalam mobilnya saat melihat Taeyeon sama sekali tidak mempedulikan permintaannya. “Ahjussi, ikuti bus itu,” Perintah Tiffany pada sopirnya itu. Tiffany terus mengikuti Taeyeon hingga sampailah ia didepan rumah Taeyeon. Ia cepat-cepat turun dari mobilnya sebelum Taeyeon masuk ke dalam rumahnya. “Taeyeon-ssi!” Sapa Tiffany mengagetkan Taeyeon yang sedang membuka pintu pagar rumahnya.

“Wuoh! Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Taeyeon memandang Tiffany tidak percaya.

“Mengikutimu,” Jawab Tiffany polos memperlihatkan eye-smile nya. Taeyeon pun langsung reflek mengalihkan pandangannya dari ‘serangan’ eye-smile Tiffany.

“Emm. Bukankan kau harus bekerja saat ini?” Tanya Taeyeon sarkastik sambil kembali membuka pintu gerbang rumahnya.

“Ah iya. Aku emm. Sudah mendapatkan ijin untuk keluar hari ini,” Jawab Tiffany beralasan. “Jadi ini rumahmu?” Tanya Tiffany untuk mengalihkan pembicaraan dan kemudian memandang kearah rumah Taeyeon.

“Bukankah sudah jelas?” Jawab Taeyeon sedikit kesal pada Tiffany yang sedang ‘menginspeksi’ rumahnya itu. “Kenapa? Kau takjub melihat rumahku yang kecil ini?”

“Ani,” Tiffany kembali tersenyum memandang Taeyeon. “Ayo masuk!” Tiffany langsung menarik Taeyeon masuk kedalam rumahnya sendiri.

“Kenapa dia yang menyuruhku masuk kedalam rumahku sendiri?!” Gumam Taeyeon bingung dengan kelakuan aneh Tiffany.

“Baiklah Taeyeon-ssi, karena kau terus menghindariku hari ini, jadi aku akan langsung berterus terang mengatakan padamu maksud dan tujuanku mencarimu,” Kata Tiffany tanpa berbasa-basi sesaat setelah ia dan Taeyeon duduk di kursi ruang tamu rumah Taeyeon.

“Katakan,” Balas Taeyeon tidak tertarik.

“Aku ingin berteman denganmu,” Jawab Tiffany singkat. Ia pun menyunggingkan senyumnya berharap Taeyeon merespon keinginannya.

“Tiffany-ssi..,” Kata-kata Taeyeon langsung terhenti saat ia kembali melihat eye-smile yang terlukis jelas diwajah Tiffany. Taeyeon seolah terhipnotis oleh senyuman Tiffany selama beberapa detik, namun dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dan kembali ke realita. Ia berdehem untuk memastikan ia masih bisa bersuara setelah terhipnotis oleh yeoja yang ada disampingnya itu. “Begini Tiffany-ssi, kita baru bertemu dua kali dan kau tiba-tiba memintaku untuk menjadi temanmu. Kau benar-benar aneh, aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali,” Kata Taeyeon tanpa memandang ke arah Tiffany.

“Yah Taeyeon-ssi, apa kau baru saja mengatakan aku aneh?” Protes Tiffany.

“Itulah yang kau dengar, Tiffany-ssi. Oh siapa namamu lagi? Tiffany Lee? Atau mungkin Tiffany.. Hwang?” Tanya Taeyeon yang kali ini memandang tajam wajah Tiffany yang langsung membelakkan matanya mendengar Taeyeon menyebutkan namanya.

“Ah, bagaimana kau bisa tau namaku yang sebenarnya?” Tanya Tiffany dengan nada yang dibuat setenang mungkin. Taeyeon menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya dengan reaksi tenang Tiffany.

“Tiffany-ssi, bagaimana kau bisa menganggap remeh hal seperti ini? Kau baru saja berbohong padaku dan kau memintaku menjadi temanmu? Bagaimana mungkin kita bisa berteman jika BAHKAN sebelum kita berteman saja kau sudah berbohong padaku?” Taeyeon memandang lekat Tiffany yang tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya itu. “Baiklah, kalau sudah tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi, kurasa kau bisa pergi sekarang,” Taeyeon bangkit berdiri dan hendak berjalan ke arah pintu rumahnya sebelum Tiffany menarik pergelangan tangannya.

“Ok ok. Aku minta maaf, ok? Tapi kumohon dengarkan aku dulu,” Pinta Tiffany dengan wajah memelas. Taeyeon memandang Tiffany sejenak lalu memutuskan kembali duduk disamping Tiffany.

“Bicaralah,” Kata Taeyeon kemudian.

“Pertama aku minta maaf karena sudah berbohong padamu. Aku tidak mengatakan yang sebenarnya padamu karena aku takut. Emm. Kau tau apa reaksi orang-orang jika mereka tau aku adalah putri dari direktur Hwang?” Tiffany memandang Taeyeon yang hanya menggelengkan kepalanya. “Hanya ada 2 hal. Mereka menghindariku atau mereka memanfaatkanku,” Tiffany tersenyum lesu setelah mengatakan kalimat terakhir. “Aku hanya ingin berteman denganmu, Taeyeon-ssi,” Rengek Tiffany dengan nada putus asa.

“Baiklah. Dan alasan kau ingin berteman denganku?”

“Apa maksudmu?”

“Oh come on Fany-ah, aku tau ada yang kau inginkan dariku,”

“Fany-ah?” Tiffany tersenyum lebar mendengar Taeyeon memanggilnya seperti itu. “Apa itu artinya kau sudah menerimaku sebagai temanmu?” Tanya Tiffany bersemangat.

“Aish bukan seperti, itu hanya..,”

“Aku tau kau juga ingin menjadi temanku, Taetae,”

“Taetae?” Taeyeon memandang Tiffany bingung.

“Itu panggilanmu dariku karena kita sudah berteman sekarang,” Jawab Tiffany dengan senyum lebar diwajahnya.

“Sejak kapan aku setuju menjadi temanmu?” Tanya Taeyeon ‘takjub’ dengan personality Tiffany.

“Sejak satu menit yang lalu,” Jawab Tiffany dengan polosnya. “Dan. Kau benar sekali, Taetae. Aku menginginkan sesuatu darimu,” Tiffany tersenyum penuh arti.

“Sudah kuduga,” Komentar Taeyeon sedikit kecewa. “Katakan padaku,” Lanjutnya.

“Kau harus membantuku, Tae. Sekali lagi, H-A-R-U-S. Harus!” Kata Tiffany tegas. Taeyeon hanya bisa menghela nafasnya.

“Kau arogan sekali,” Gumam Taeyeon pelan.

“Apa kau bilang?”

“Tidak ada,” Jawab Taeyeon panik. “Apa yang bisa kubantu kalau begitu?”

“Tapi kau harus berjanji padaku, kau akan membantuku, ok?”

“Baiklah baiklah,” Taeyeon terlihat pasrah mendengar Tiffany memohon padanya. Ia sendiri tidak tau kenapa ia dengan mudahnya memenuhi keinginan Tiffany. “Jadi apa yang harus kulakukan untukmu?”

“Hmm. Akan kuberitahu besok. Aku harus pergi sekarang. Kita bertemu di kantor appa besok?” Tanya Tiffany meminta konfirmasi.

“Aku tidak bisa, aku ada latihan besok,” Jawab Taeyeon.

“Baiklah, aku yang akan datang ke tempat latihanmu besok,”

“Mwo? Tidak perlu, aku bisa menemuimu setelahnya,” Kata Taeyeon sedikit panik.

“Ish, kau cerewet sekali, Taetae. Ah, aku bisa terlambat kuliah gara-gara kau. Aku harus pergi sekarang,” Tiffany bangkit berdiri dan melayangkan kecupan dipipi Taeyeon. “Sampai jumpa besok,” Tiffany tersenyum sekilas lalu segera pergi keluar rumah Taeyeon, meninggalkan teman barunya itu yang masih diam mematung sambil memegang pipinya.

“Yeah, kita bisa berteman sekarang, Tiffany Hwang,” Gumam Taeyeon masih memegang pipinya, belum tersadar kembali ke realita.

 

– To Be Continued –

 

Ps: Hola mi amigos, como estas? ;p Seriously, how’s this chapter? Kenapa gw merasa ceritanya sedikit twist ya gara-gara gw masukin flashback nya Taeny, mana nggak kelar 1 chapter lagi flashback nya T.T Ottokae?Menurut kalian mendingan cepetan kelarin flashback nya atau biarkan mengalir aja?soalnya tadinya gw mau bikin kisah mereka sampe mereka nikah. I really need your comment on this, guys 🙂

Oh ya satu lagi nih. Gw habis baca artikel tentang how to write a good ff trus disitu ada quote kaya gini, “You may love your protagonist, but read some minor character fanfiction to remind yourself that other people may love the protagonist’s third-cousin who only has one line” (Michael Ann Dobbs). Dari situ gw sadar, karna gw locksmith jadilah gw pasti fokus ke taeny dong ceritanya. Nah maka dari itu menilik quote yang sudah disebutkan sebelumnya, gw berencana bikin line story (mungkin semacam bonus scene gitu tapi yah) buat cast yang lain. Gimana menurut kalian, perlu atau nggak? Trus siapa yang harus dibikin scene nya, Yulsic, Yoonhyun, atau Soosun? Comment yaah.

Muchas gracias! 😀 See you guys soon 😉

Soccer Love (Chapter 9)

26 Feb

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

“Jawab aku!! WHAT THE HELL DID YOU HIDE FROM ME, TIFFANY KIM?!!” Taeyeon mencapai puncak amarahnya. Tiffany semakin tidak bisa membendung air matanya mendengar Taeyeon berteriak seperti itu padanya. Taeyeon terus memandang marah Tiffany yang tidak bisa berkata-kata itu. Tiffany hanya mendekap mulutnya, air mata mengalir deras dipipinya. “Fine,” Taeyeon memandang tajam Tiffany lalu segera pergi meninggalkan istrinya itu sedetik kemudian.

 

Beberapa jam kemudian..

“Mianhe,” Kata Siwon dengan nada suara bersalah pada Tiffany yang duduk disampingnya di ruang management. Tiffany hanya menggelengkan kepalanya.

“Ini bukan salahmu, oppa,” Jawab Tiffany pasrah.

“Aku tau pasti akan seperti ini jadinya. Kita seharusnya tidak menyetujui permintaan mereka. Akulah yang harus bertanggung jawab dari awal, Tiff. Ini semua adalah kesalahanku,” Siwon masih meratapi kesalahannya.

“Aku sudah memaafkanmu, oppa. Kau jangan pernah menyalahkan dirimu lagi,” Kata Tiffany tulus. Keheningan melanda keduanya. Siwon sibuk memandang wajah Tiffany yang terlihat sangat sedih itu, pandangannya berhenti pada kedua mata Tiffany.

“Maafkan aku,” Siwon kemudian memberanikan diri menyentuh pipi Tiffany menggunakan kedua tangannya, membuat Tiffany ‘memandang’ wajahnya. “Maafkan aku sudah membuatmu seperti ini, Tiffany,” Kata Siwon sambil menatap lekat wajah Tiffany.

“Oppa..,”

“Aku akan berusaha semampuku, Tiff. Akan kulakukan apapun untuk membuatmu bisa melihat lagi,” Lanjut Siwon, membuat Tiffany berkaca-kaca. Bukan karena Tiffany terharu mendengar perkataan Siwon, namun karena kata-kata Siwon mengingatkannya pada Taeyeon. Itu adalah kata-kata yang sama yang pernah dikatakan Taeyeon padanya. Tiffany tidak kuasa lagi membendung air matanya. Lalu dengan sigap Siwon pun menyeka air mata Tiffany menggunakan kedua tangannya.

“Maaf oppa, aku..,” Belum sempat Tiffany menyelesaikan kata-katanya, Siwon tiba-tiba menarik Tiffany dalam pelukannya. “Oppa, apa yang..,”

“Aku memang bodoh, Tiff. Tidak seharusnya aku menyerah bahkan sebelum aku memperjuangkannya. Kau tau betapa aku menyesali itu sampai sekarang,” Kata Siwon semakin mempererat pelukannya.

 

*Flashback – 7 tahun yang lalu*

“Aku tidak bisa, oppa. Maafkan aku,” Tiffany menundukkan kepalanya, menghindari menatap wajah Siwon yang baru saja mengungkapkan perasaan cintanya pada Tiffany. Siwon pun memaksakan senyumnya mendengar jawaban Tiffany.

“It’s ok, Tiff,” Siwon masih berusaha tersenyum menyembunyikan kekecewaannya. Tiffany masih menundukkan kepalanya, tidak bisa berkata-kata lagi. “Apa kau menyukai orang lain?” Tanya Siwon kemudian. Tidak ada jawaban dari Tiffany. “Aku tau kau menyukainya,” Siwon akhirnya menjawab pertanyaannya sendiri. “Aku akan mendukungmu kalau begitu, kau harus lebih berusaha untuk mendapatkannya kurasa,” Lanjut Siwon, membuat Tiffany akhirnya memandang wajahnya.

“Apa maksudmu, oppa?” Tanya Tiffany penasaran dengan kalimat terakhir yang diucapkan Siwon.

“Jadi aku benarkan? Kau menyukainya?” Siwon tersenyum geli melihat perubahan ekspresi Tiffany. “Kim Taeyeon?” Siwon menggoda Tiffany yang wajahnya langsung bersemu merah mendengar nama Taeyeon. “Yah, aku yakin dia juga menyukaimu. Kalian terlihat sangat dekat,” Kata Siwon kemudian.

“Tapi dia tidak pernah mengatakannya padaku, oppa,” Tiffany menanggapi pendapat Siwon dengan nada kecewa.

“Belum, Tiff. Dia pasti akan mengatakannya padamu suatu saat nanti,” Hibur Siwon. “Hmm. Atau kau ingin mengatakannya terlebih dahulu?” Siwon kembali menggoda Tiffany.

“Tidak akan! Aku tidak akan pernah mengungkapkan perasaanku terlebih dahulu!” Tolak Tiffany.

“Baiklah. Aku hanya khawatir, bagaimana kalau dia baru mengatakannya 10 tahun lagi?” Tanya Siwon sambil menahan tawanya.

“Oppa!” Tiffany memukul lengan Siwon.

“Mian mian,” Siwon berpura-pura kesakitan. “Aku akan membantumu, tenang saja,” Kata Siwon kembali memperlihatkan senyumnya.

“Thank you, oppa,” Tiffany pun memeluk Siwon, pelukan antar teman. Siwon membalas pelukan Tiffany, kepedihan akibat patah hati akhirnya tampak di wajahnya.

“Saranghae, Tiffany,” Siwon mengatakan kata-kata itu tanpa bersuara, matanya tampak sedikit berkaca-kaca.

*Flasback – end*

 

“Lepaskan aku, oppa,” Tiffany berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Siwon, membuat Siwon menyadari apa yang baru saja diperbuatnya dan langsung melepas pelukannya.

“Maafkan aku, Tiff,” Kata Siwon salah tingkah.

“Aku tidak menyangka kau masih berharap, oppa. Move on, oppa. Aku tidak ingin menyakitimu. Aku mencintai Taeyeon, dan sampai kapanpun akan terus seperti itu. Cintaku hanya untuknya,” Jawab Tiffany tegas.

“Aku tau, Mianhe,” Balas Siwon pelan. Keheningan kembali melanda keduanya, hingga akhirnya direktur Lee, pelatih Cho, beberapa staff, Jungwoon, Sooyoung, dan beberapa pemain masuk ke dalam ruangan.

“Aku sudah mendengar apa yang baru saja terjadi,” Direktur Lee membuka percakapan. “Biar bagaimanapun kita semua sudah terlibat disini, jadi club juga akan ikut bertanggung jawab,” Kata direktur Lee dengan nada bijaksana. Dan mereka semua pun melanjutkan ‘rapat’ untuk memperbaiki keadaan.

 

Malam harinya..

“Taeng?” yuri terkejut saat mengetahui Taeyeon lah yang sedang berdiri didepan rumahnya.

“Boleh aku masuk?” Tanya Taeyeon.

“Tentu saja,” Yuri mempersilakan Taeyeon untuk masuk ke rumahnya. Mereka pun langsung menuju mini bar milik yang berada di rumah Yuri. Taeyeon tampak berantakan, wajahnya terlihat pucat. “Kau baik-baik saja, Taeng?” Tanya Yuri beberapa saat setelah ia menemui Jessica di kamarnya. Taeyeon hanya menganggukkan kepalanya sambil memandang kosong segelas bir yang ada dihadapannya. “Tanganmu, Taeng,” Yuri memperhatikan luka yang sudah mengering di tangan Taeyeon akibat aksinya memukul tembok di ruang ganti tadi sore. “Sebentar, aku ambil kotak obat dulu,” Yuri hendak bergegas mengambil kotak obat, namun Taeyeon segera menghentikannya.

“Biarkan saja, Yul,” Kata Taeyeon dingin, membuat Yuri terdiam dan menuruti keinginan Taeyeon.

“Tiffany tau kau kesini?” Yuri memandang temannya itu. Taeyeon tidak menjawab pertanyaan Yuri. “Dia menanyakan keberadaanmu, Taeng. Dia pasti sedang mencarimu sekarang. Dia sangat khawatir, kau tau,”

“Jangan katakan aku ada disini. Aku sedang tidak ingin melihatnya saat ini,” Potong Taeyeon datar. Pandangannya masih tertuju pada gelas bir yang sama sekali belum disentuhnya. “Katakan padaku, Yul. Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Taeyeon kemudian.

“Tidak ada yang perlu kukatakan, Taeng. Aku tidak ingin semuanya menjadi lebih buruk,” Yuri akhirnya duduk dikursi sebelah Taeyeon.

“Aku seperti orang bodoh, kan?” Taeyeon menertawakan dirinya sendiri.

“Yah, kenapa kau berbicara seperti itu? Tidak ada yang menganggapmu bodoh, Taeng!” Balas Yuri memandang prihatin kondisi Taeyeon yang tampak kacau itu.

 “Lima bulan aku mencari kebenaran, Yul. Aku berusaha mencari keadilan untuknya, tapi sekarang seakan dia sendiri yang menusukku dari belakang. Benar-benar sulit dipercaya, bagaimana mungkin dia tega menyembunyikan semua ini dariku?” Taeyeon mulai berkaca-kaca dan mulai meminum gelas kecil bir nya untuk menahan air mata yang hampir keluar dari matanya itu.

“Kau tidak bisa menuduh istrimu seperti itu, Taeng. Paling tidak beri dia kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Asal kau tau, Tiffany adalah yang paling menderita disini. Dialah yang berkorban untuk kebaikan semua orang,”

“Ck. Bahkan kalian semua tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku pasti benar-benar bodoh hingga bisa dipermainkan seperti ini,” Taeyeon kembali menertawakan dirinya sendiri. “Ceritakan semuanya padaku, Yul. Kumohon,” Pinta Taeyeon kemudian.

“Kau harus mendengarnya sendiri dari Tiffany, Taeng. Aku tidak mau ikut campur lebih dalam lagi,” Jawab Yuri dengan nada menyesal.

“Baiklah. Aku tidak perlu mendengar penjelasan apapun darimu atau dari siapapun. Semuanya sudah cukup jelas bagiku,” Kata Taeyeon sambil menuangkan lagi bir ke gelas kecilnya.

“Ish. Kau benar-benar keras kepala. Kau harus mendengarkan istrimu, ok?!” Yuri menepuk pundak Taeyeon. “Hmm. Kau tunggu disini dulu, aku harus menemui Jessica di dalam,” Yuri melihat sepintas kedalam ruangan lain dirumahnya, kemudian pergi meninggalkan Taeyeon.

“Kau benar-benar suami yang bodoh, Kim Taeyeon,” Taeyeon berbicara pada dirinya sendiri lalu kembali menengguk segelas kecil bir yang ada dihadapannya.

15 menit kemudian, Yuri kembali menemui Taeyeon yang semakin terlihat tidak bersemangat itu. Jessica, Jungwoon, dan Tiffany tampak berjalan dibelakang Yuri. “Taeng. Kau harus berbicara dengan Tiffany,” Kata Yuri pada Taeyeon.

“Tidak ada yang perlu dibicarakan, Yul,” Taeyeon menolehkan kepalanya pada Yuri, lalu ia mendapati Tiffany, dibantu Jessica, sedang berjalan ke arahnya. “Bukankah sudah kubilang jangan memberitahunya!” Taeyeon memandang tajam Yuri yang sedang berdiri disampingnya. Yuri hanya menepuk-nepuk pundak Taeyeon, lalu pergi meninggalkan Taeyeon dan Tiffany, diikuti Jessica dan Jungwoon.

“Tae,” Panggil Tiffany pelan. Taeyeon sama sekali tidak menanggapi Tiffany, lagi-lagi pandangannya kosong ke arah botol bir yang ada dihadapannya. “Tae, please,” Tiffany mendekati Taeyeon yang sama sekali tidak bergeming itu. Tiffany mengulurkan tangannya untuk meraba wajah Taeyeon, namun sang suami langsung menampik tangan Tiffany.

“Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu,” Kata Taeyeon dingin, sangat dingin, membuat Tiffany membeku mendengar kata-kata yang baru saja diucapkannya.

“Tae,” Tiffany masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, air mata sudah siap mengalir dari matanya. “Jangan seperti ini, Tae. Kumohon,” Tiffany semakin mendekati Taeyeon. Air mata mengalir deras dipipinya. “Tae,” Tiffany kembali berusaha meraih wajah Taeyeon.

“Sudah kubilang, pergilah!!” Taeyeon dengan marah mendorong tubuh Tiffany saat istrinya itu berhasil menyentuh wajahnya, membuat Tiffany terjatuh dengan keras dilantai. Tiffany membungkam mulutnya sendiri, berusaha menahan tangisannya agar tidak pecah. Taeyeon sama sekali tidak mengalihkan pandangannya pada Tiffany. “Pergilah,” Kata Taeyeon pelan. Tangis Tiffany pun akhirnya pecah mendengar Taeyeon yang terus-terusan mengusirnya. “Dammit! Jangan menangis seperti itu didepanku, Tiffany Hwang!!” Taeyeon melempar gelas bir hingga pecah, meluapkan kekesalannya. Ia kesal pada dirinya sendiri, karena disatu sisi ia merasa bersalah sudah memperlakukan Tiffany dengan kasar, namun disisi lain kemarahan dan kekecewaannya pada Tiffany lebih mendominasi dirinya saat ini.

“Apa yang ter.. Oh my God, Tiffany!” Jessica langsung berlari membantu Tiffany yang masih terdiam dilantai, masih dengan isakan tangisnya, untuk bangkit berdiri. Yuri dan Jungwoon ikut terkejut melihat pemandangan yang ada didepan mereka.

“Apa yang kau lakukan, Kim Taeyeon?!” Jungwoon menatap Taeyeon dengan tatapan marah bercampur tidak percaya adiknya tega memperlakukan istrinya seperti itu. Taeyeon tidak bergeming. “Jawab aku, Taeyeon!” Bentak Jungwoon kemudian. Sekali lagi, Taeyeon sama sekali tidak bergeming. Jungwoon menghela nafasnya panjang, mencoba bersabar. “Minta maaf padanya,” Pinta Jungwoon dengan nada dibuat sesabar mungkin. Taeyeon akhirnya memandang wajah Jungwoon dan kemudian bangkit berdiri dihadapan kakaknya itu.

“Jangan ikut campur, hyung!” Kata Taeyeon dingin lalu melangkahkan kakinya hendak pergi dari hadapan Jungwoon.

“Yah! Kim Taeyeon!” Jungwoon menarik pergelangan tangan Taeyeon dan *PLAK* sebuah tamparan keras dari Jungwoon mendarat dipipi Taeyeon. “Minta maaf sekarang juga!”

“Kenapa kau menamparku, hah?!” Teriak Taeyeon tidak terima. Tiffany yang dari tadi terdiam mencerna suasana yang sedang terjadi pun akhirnya mengerti dan semakin tidak kuasa menahan isakan tangisnya.

“Cukup oppa, jangan perlakukan Tae seperti itu,” Tiffany berusaha berjalan mendekati Taeyeon. Jessica langsung membantu Tiffany berjalan ke arah Taeyeon. “Aku akan pergi, Tae. Aku akan pergi,” Kata Tiffany berurai air mata. “Mianhe, Tae,” Kata Tiffany disela-sela isakannya. “Aku dan Sungie akan menunggumu di rumah,” Tiffany kemudian meraba pipi Taeyeon yang kali ini hanya terdiam saat Tiffany menyentuhnya. Ia pun mendaratkan ciuman di pipi Taeyeon. “I love you, Tae,” Kata Tiffany pelan, lalu segera pergi meninggalkan Taeyeon. Jessica terus berada disamping Tiffany untuk membantunya. Jungwoon hanya menatap geram wajah Taeyeon dan kemudian mengikuti Tiffany pergi dari hadapan Taeyeon.

“Yul. Seobang, ayo keluar dari sini,” Perintah Jessica pada Yuri yang dari tadi hanya duduk di ujung ruangan, dengan santainya menyaksikan semua adegan yang baru saja terjadi sambil menikmati segelas juice yang masih dipegangnya itu. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan bangkit berdiri untuk berjalan keluar ruangan.

“Kapten kapten, hidupmu berat sekali,” Gumam Yuri sambil melihat sekilas ke arah Taeyeon yang masih berdiri kaku ditempatnya, kemudian kembali melangkahkan kakinya keluar meninggalkan Taeyeon seorang diri.

Beberapa saat setelah semua orang meninggalkannya sendiri, Taeyeon akhirnya berjalan lunglai ke tepi ruangan dan duduk menyandarkan tubuhnya di tembok. Ia tampak sedikit frustasi dengan keadaan yang baru saja dihadapinya. Taeyeon memeluk kedua lututnya dan berusaha untuk berpikir jernih. Ia mulai menginstropeksi dirinya sendiri, memikirkan kembali apa yang baru saja dilakukannya pada istrinya sendiri. Tak berapa lama kemudian, Taeyeon terlihat membenturkan-benturkan kepalanya pelan pada lututnya sendiri.

“Stupid, Kim Taeyeon,” Taeyeon mulai menyesali apa yang sudah dilakukannya. Ia kembali terdiam, kembali menginstropeksi dirinya sendiri. “Fany. Baby, saranghae,” Gumam Taeyeon. Pikirannya kembali ke masa-masa bersama Tiffany.

 

*Flashback – 9 tahun yang lalu*

 

– To Be Continued –

 

Ps: I’m back 🙂 Jadi next chapter bakalan full flashback nya taeny. Ok sekian. Gw lagi pusing to the max. So, see you guys soon!

Just for Fun Yooo

22 Feb

Annyeong Annyeong.

Gw barusan mampir aff dan dapet ini nih. Gw share aja yah, mungkin kalo ada yang pernah liat ya please kindly ignore this one hehehehe.

Gambar

(Source: http://www.asianfanfics.com/story/view/364263/85/snsd-macros-jessica-jeti-snsd-taeny-taeyeon-yoonyul-yulsic)

Dan what I did with SNSD? Gw: I had a duet with Sunny because I’m awesome ;p Gw emang awesome tapi gw rasa Sunny lebih awesome dari gw hahahaha.

Soooo, try this by your own! Have Fun 😀

Oh ya satu lagi masih dari source yang sama. Gw juga liat ini nih.

Gambar

Read that and take your pledge as a Sone! Hehehehehe. I don’t force you guys. Remember, it’s just for fun ;p

Ok. See you soon guys 😀

Soccer Love (Chapter 8)

12 Feb

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

1 minggu kemudian..

Tiffany, Hyunsung, Jungwoon, dan Jiyeon berjalan memasuki stadion. Hari ini adalah salah satu pertandingan yang ditunggu-tunggu, pertandingan yang mempertemukan SMFC dan YGFC. Pertandingan dengan intensitas tinggi dan sarat akan gengsi kedua kesebelasan. Taeyeon yang minggu lalu tidak memperbolehkan Hyunsung menonton secara langsung, akhirnya merubah pendiriannya setelah sebelumnya ia meminta maaf kepada Hyunsung karena telah membentaknya. Dan ini adalah syarat Hyunsung agar memaafkan Taeyeon; memperbolehkannya menonton langsung pertandingan kali ini di stadion.

“Aku ingin duduk di bangku penonton,” Kata Tiffany pada Jiyeon yang sedang menggandeng tangannya. Jiyeon sedianya akan membawa Tiffany ke ruang management, sedangkan Jungwoon dan Hyunsung sudah terlebih dahulu ke lapangan.

“Unnie, kau yakin?” Tanya Jiyeon sedikit terkejut dengan permintaan Tiffany yang langsung menjawab dengan anggukan kepalanya. “Baiklah kalau itu maumu, unnie,” Jiyeon tersenyum pada Tiffany lalu membawanya ke lapangan dan duduk di bangku penonton.

“Umma umma!” Hyunsung tampak lebih excited saat melihat Tiffany duduk disampingnya. Ia pun langsung melompat dari kursinya dan duduk dipangkuan Tiffany. Moment seperti inilah yang dirindukan Tiffany, saat ia belum kehilangan penglihatannya. Ia dan Hyunsung akan duduk bersama untuk mendukung Taeyeon setiap minggu, jika SMFC bermain dikandang sendiri.

Pertandingan babak pertama akan dimulai dimana para pemain dari kedua tim berjalan memasuki lapangan. Taeyeon berjalan memimpin teman-temannya dengan langkah percaya diri, tampak jelas jika ia sedang berada dalam kondisi yang bagus dan stabil. Ia menyunggingkan senyumnya saat sepintas ia melihat Tiffany duduk di bangku penonton, namun satu hal yang tidak diketahui Taeyeon, Siwon melakukan hal sama dengannya saat ia menemukan Tiffany duduk disela-sela kerumunan penonton.

 

*Flashback – 5 hari yang lalu*

“Halo,” Sapa Tiffany.

“Tiffany?” Tanya orang diseberang telpon.

“Ya ini Tiffany, Tiffany Kim,” Jawab Tiffany dengan polosnya. “Maaf, kalau boleh tau dengan siapa saya berbicara?” Tanya Tiffany sopan, karena memang ia tidak bisa melihat caller ID yang tertera di layar sebelumnya.

“Emm. Ini Siwon, Choi Siwon,” Jawab Siwon sedikit ragu. Raut wajah Tiffany sedikit berubah saat ia mendengar Siwon lah yang menelponnya, tampak jelas jika ia tidak mengharapkan telpon dari Siwon.

“Oppa,” Tiffany tidak tau harus seperti apa menanggapi Siwon.

“Aku tau aku seharusnya tidak menelponmu, Tiff. Aku sudah lama berjanji tidak akan mengganggumu. Tapi aku punya satu permintaan, bolehkah?” Jelas Siwon langsung ke maksud dan tujuannya menelpon Tiffany.

“Apa itu, oppa?” Tanya Tiffany penuh antisipasi.

“Datanglah ke pertandingan minggu ini, dan berada di antara penonton?” Pinta Siwon lebih seperti meminta persetujuan. Tiffany terdiam sejenak mendengar permintaan Siwon tersebut.

“Aku tidak..,”

“Please, Tiff? Kau tau betapa aku merasa bersalah padamu. Hanya ini salah satu cara meringankan perasaan bersalahku padamu,” Siwon terus memohon pada Tiffany.

“Aku tidak tau, oppa, apakah Tae memperbolehkanku datang. Aku akan duduk di bangku penonton jika memang memungkinkan, tapi kumohon kau tidak perlu merasa seperti itu padaku, oppa. Aku sudah melupakannya, kau tau itu,” Pinta Tiffany kemudian.

“Aku tau. Tapi kau tidak pernah tau bagaimana perasaanku selama ini,” Gumam Siwon yang masih bisa didengar oleh Tiffany.

“Oppa please, lupakan semuanya. Kau tidak bisa terus-terusan seperti ini,”

“Maaf, Tiff. Aku hanya..,” Siwon tidak bisa melanjutkan kata-katanya. “Issh, baiklah. Sampai ketemu nanti. Aku harap kau datang,” Siwon langsung mematikan sambungan telponnya.

“Oppa!” Tiffany hanya menghela nafasnya saat Siwon mematikan telponnya, ia lupa menanyakan maksud Siwon menyuruhnya datang ke stadion minggu ini, dan ia terlalu malas untuk menelpon balik Siwon, tidak peduli lebih tepatnya.

*Flashback – end*

 

Peluit pun dibunyikan tanda pertandingan dimulai. 30 menit pertama pertandingan berjalan seimbang. Agresivitas kedua tim tampak dengan saling serang dan beberapa peluang yang sama banyaknya dimiliki oleh kedua tim. Pertahanan kedua tim pun terlihat sama solidnya. Kerjasama tim yang diperlihatkan oleh keduanya pun cukup membuktikan keduanya sebagai tim papan atas di Korea. Namun mimpi buruk datang lebih awal bagi tim tuan rumah. Sang kapten tim tamu, Kwon Jiyong, berhasil membawa timnya unggul di menit ke 32. Tendangan melengkungnya dari sisi kiri kotak penalty berhasil menjebol gawang Sooyoung dan membuat YGFC memimpin sementara 1-0 atas tim tuan rumah.

Semua supporter tim tamu langsung bersorak dan membuat supporter tim tuan rumah bersorak lebih keras, memberi semangat timnya untuk bangkit. Chants dari kedua tim mulai terdengar lebih riuh, membuat tempo dan atmosfer pertandingan berjalan lebih panas dan keras. Semangat kuat yang dimiliki YGFC untuk menggandakan keunggulan terlihat sangat jelas, begitu juga dengan usaha SMFC untuk menyamakan kedudukan. Hingga akhirnya pada menit-menit terakhir babak pertama, usaha sang tuan rumah membuahkan hasil. Taeyeon yang berhasil keluar dari perangkap offside terus membawa bola hingga kotak pinalty dan berhadapan dengan penjaga gawang, Choi Seunghyun, namun dengan jeli Taeyeon mengoper bola kebelakang yang langsung disambar oleh Siwon dan tanpa kontrol langsung menendang bola dengan keras ke arah gawang Seunghyun yang sudah mati langkah terlebih dahulu.

Siwon pun langsung berlari ke tepi lapangan sesaat setelah mencetak gol yang membuat timnya menyamakan kedudukan di akhir babak pertama. Ia menarik naik jerseynya hingga ke dada dan memperlihatkan kaos putih bertuliskan kata “SORRY” yang sudah ia kenakan dibalik jerseynya. Siwon berhenti tepat di tempat dimana Tiffany duduk. Ia tersenyum melihat Tiffany yang bahkan tidak bisa melihat apa yang sedang dilakukannya. Tampak sekali Siwon sudah merencanakan ini semua dan ingin meminta maaf kepada Tiffany dihadapan semua orang yang sayangnya tidak tau kepada siapa kata “Sorry” itu ditujukan. Siwon segera berlari kembali ke lapangan, melewati Taeyeon yang hanya bisa diam mematung melihat apa yang baru saja dilakukan Siwon untuk selebrasi golnya. Semua orang mungkin tidak tau maksud Siwon, namun ia tau dengan jelas untuk apa dan siapa Siwon melakukan itu. Dan hal ini membuat Taeyeon mulai kehilangan konsentrasinya. Kemarahannya terhadap Siwon yang sudah susah payah ia lupakan sepanjang babak pertama muncul kembali. Ia tidak terima dengan apa yang baru saja dilakukan Siwon didepan matanya sendiri.

Pertandingan babak kedua baru saja dimulai, namun permainan keras langsung menghantui kedua tim. Taeyeon yang terjatuh akibat tekel keras dari Jiyong tidak terima dan langsung mendorong kapten tim lawan itu. Beruntung Minho, Jinki, dan Amber langsung menariknya. Kartu kuning pun dikeluarkan wasit untuk Jiyong akibat tackling kerasnya, menambah jumlah kartu kuning yang sebelumnya sudah dikeluarkan wasit dibabak pertama menjadi 9 kartu kuning. Taeyeon benar-benar terlihat tidak fokus di awal babak kedua, permainannya terlihat sangat berbeda dari apa yang diperlihatkannya dibabak pertama. Dan puncak permainan buruknya adalah saat ia diusir wasit keluar lapangan pada menit ke 61. Ia tertangkap penglihatan wasit saat dengan sengaja menyikut Jiyong di saat keduanya sedang berduel memperebutkan bola lambung dari sisi kanan lapangan. Wasit pun tanpa berpikir panjang mengeluarkan kartu merah untuk Taeyeon. Ini adalah kartu merah pertama yang diterima Taeyeon disepanjang karirnya hingga saat ini. Keputusan ini membuat semua orang terkejut, terutama para pemain SMFC dan pelatih Cho. Kekecewaan dan kemarahan tampak pada diri Taeyeon yang keluar lapangan dengan wajah tertunduk dan langsung berjalan menuju ruang ganti.

Pertandingan pun dilanjutkan. Bermain dengan hanya 10 pemain membuat tim tuan rumah harus bermain lebih bertahan, serangan mereka menjadi tidak se-aggresive saat mereka masih bermain full team tadi. Pergantian pemain pun dilakukan untuk menyesuaikan perubahan strategi. Tempo permainan pun menjadi sedikit lebih menurun. Tim tuan rumah benar-benar harus berusaha ekstra keras untuk meredam serangan-serangan tim tamu dan mencegah mereka mencetak gol. Usaha mereka pun kembali diuji saat tim mereka kembali mendapat kartu merah di menit-menit akhir pertandingan. Sooyoung harus diusir wasit di menit ke 85 karena menjatuhkan pemain lawan saat sedang 1 on 1. Sooyoung tampak menerima keputusan wasit dengan besar hati dan langsung keluar lapangan tanpa protes sedikit pun. Beruntung SMFC masih memiliki 1 kali pergantian pemain. Siwon pun “dikorbankan” keluar dan memasukkan Park Chanyeol untuk menggantikan Sooyoung. Chanyeol berhasil membuat penyelamatan saat Jiyong mengeksekusi penalti, namun ia harus kebobolan di masa injury time melalui tendangan keras Kang Daesung diluar kotak pinalty. Hingga pertandingan berakhir dengan kedudukan 2-1 untuk kemenangan tim tamu.

Para pemain SMFC pun memasuki ruang ganti dengan langkah yang berat. Pertandingan kali ini benar-benar memperlihatkan betapa sedang rapuh dan tidak stabilnya team mereka sekarang. Mereka dipermalukan didepan pendukung mereka sendiri dengan skor tipis 2-1 atas tim rival abadi mereka, tapi kalah tetap saja kalah. Permainan mereka sangatlah mengecewakan hari ini. 2 kartu merah yang dikeluarkan wasit untuk team mereka menambah daftar kelabu performance mereka kali ini, bahkan satu kartu merah itu ditujukan untuk kapten mereka sendiri. Itulah yang membuat mental mereka semakin terpuruk. Taeyeon sedang duduk diujung ruangan saat rekan-rekannya masuk ke ruang ganti. Ia memeluk kedua lututnya dan ‘mengubur’ wajahnya diatasnya. Sedangkan Sooyoung yang duduk tidak jauh dari Taeyeon tampak lebih ‘cerah’ daripada sang kapten. Ia terus memandang Taeyeon, tidak tau harus berbuat apa pada Taeyeon yang terlihat sangat terpuruk itu. Semua pemain pun akhirnya sudah berada di ruang ganti menunggu pelatih Cho memberikan review pertandingan. Taeyeon tetap tidak bergerak dari tempatnya, tidak ada kata-kata motivasi yang biasa diberikannya kali ini. Hampir semua pemain tidak menyadari perubahan ini, terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. Setelah itu, tidak ada satu pemain pun yang mengeluarkan suaranya saat pelatih Cho berbicara, menyesali performa mereka sendiri saat pertandingan tadi.

“Move on guys. Masih ada pertandingan lain yang harus kita hadapi,” Sooyoung akhirnya memecah keheningan setelah pelatih Cho meninggalkan ruang ganti, berusaha menyemangati teman-temannya. Hyoyeon memandang tajam Sooyoung. Seperti biasanya, Hyoyeon adalah orang yang paling tidak bisa menahan emosinya jika mereka sedang dalam keadaan seperti ini.

“Kau sendiri?! Kau bahkan tidak akan bisa bermain dipertandingan berikutnya!” Kata Hyoyeon kemudian. Sooyoung tidak bereaksi. “Setidaknya kita bisa seri tadi jika kau tidak melakukan pelanggaran bodohmu itu!” Hyoyeon menyinggung kartu merah yang didapatkan Sooyoung.

“Yah! Kau selalu menyalahkanku!” Sooyoung pun ikut tersulut amarahnya. “Aku juga tidak akan melakukan hal seperti itu jika kalian semua tidak terlambat menutup pertahanan! Kenapa harus aku yang disalahkan, hah?” Sooyoung berteriak marah, tidak terima dirinya dipersalahkan atas kekalahan timnya.

“Apa maksudmu, Soo? Jadi sekarang kau menyalahkan kami?” Yoona menjadi merasa disalahkan karena posisinya sebagai bek yang memang seharusnya menutup pertahanan. “Kenapa harus selalu kami yang disalahkan jika kita kebobolan? Sedangkan kalian semua harusnya juga mencetak gol, tapi apa?” Lanjut Yoona yang sedang tidak dalam keadaan mood yang bagus itu. Semua pemain pun akhirnya beradu mulut, saling menyalahkan satu sama lain. Hingga mereka sampai pada tahap menyalahkan Siwon yang dianggap tidak bisa meng-convert peluang-peluang menjadi gol, walaupun ia sendiri yang justru menyumbang 1 gol.

“Hebat! Kalian semua memojokkanku! Ingat, semenjak babak kedua kita bermain dengan 10 orang, apa yang bisa diharapkan, hah?!” Siwon berdiri memandang teman-temannya, emosinya akhirnya meledak. Taeyeon yang mendengar Siwon berbicara akhirnya ‘menampakkan’ dirinya. Mendengar suara Siwon hanya membuat suasana hatinya semakin buruk.

“Apa yang bisa diharapkan katamu? Harapan itu selalu ada jika kalian punya kemauan!” Taeyeon bangkit berdiri sambil menatap tajam ke arah Siwon. Semua pemain akhirnya terdiam setelah mendengar Taeyeon bersuara. “Dan satu hal lagi,” Taeyeon berjalan mendekati Siwon. “Belajarlah bertanggung jawab!” Kata Taeyeon dengan suara dingin. Ia masih memandang tajam Siwon yang berdiri dihadapannya itu. Siwon yang sama sekali tidak menyadari akan serangan personal Taeyeon itu semakin merasa dipojokkan.

“Kau sendiri mana tanggung jawabmu?! Kau kapten dan kau yang sendiri yang membuat kita kalah!” Siwon balik menyerang Taeyeon. Raut kemarahan tampak jelas di wajah Taeyeon mendengar kata-kata Siwon yang balik menuduhnya tidak bertanggung jawab. Semua pemain sekarang tampak fokus pada Siwon dan Taeyeon, bahkan sebagian sudah bersiap-siap menengahi keduanya.

“Fine,” Taeyeon akhirnya bisa kembali menguasai dirinya. Ia berjalan ke arah Sooyoung. “Kau kapten sekarang, Soo,” Taeyeon menepuk pundak Sooyoung.

“Apa maksudmu, Taeng?” Sooyoung tampak bingung. Taeyeon memandang teman-temannya yang juga tampak bingung dengan kata-katanya itu.

“Aku akan pergi dari club,” Kata Taeyeon mengumumkan keputusannya untuk pergi ke Inggris itu.

“Yah Taeng, kau bercanda kan?” Yuri memandang Taeyeon tidak percaya. Taeyeon menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak bisa bermain dengan orang yang tidak bisa kupercaya lagi!” Taeyeon kembali memandang tajam ke arah Siwon yang tampaknya sudah bisa mulai mencerna apa yang terjadi.  “Aku pergi sekarang,” Taeyeon pun melangkahkan kakinya hendak keluar ruangan.

“Yah, Taeng! Kita bisa bicarakan ini baik-baik,” Teriak Siwon menghentikkan Taeyeon.

“Aku tidak akan berbicara denganmu, hyung!” Taeyeon membalikkan badannya dan menatap marah wajah Siwon. “Dari awal seharusnya aku tau kaulah orangnya! Kuharap ini terakhir kalinya aku melihat wajahmu!” Taeyeon kembali membalikkan badannya dan berjalan keluar.

“Taeng,” Siwon segera menghentikkan Taeyeon dan menyentuh pundaknya.

“JANGAN PERNAH MENYENTUHKU!” Taeyeon berteriak marah dan mendorong tubuh Siwon hingga terjatuh. Amber dan Minho yang berada didekatnya reflek langsung membantu Siwon untuk berdiri.

“Ada apa denganmu, hah?!” Siwon membelalakkan matanya tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan Taeyeon. Begitu juga dengan semua orang yang berada di ruangan itu.

“Kuperingatkan kau, hyung. Jangan pernah kau menyentuhku dan keluargaku!” Kata Taeyeon masih dalam aura kemarahan.

“Taeng. Aku minta maaf, ok? Kita bisa menyelesaikan masalah ini baik-baik. Semua..,”

“MAAF KATAMU?!” Taeyeon menarik kerah jersey Siwon dan mendorongnya hingga ke tembok. “Apa yang bisa dilakukan oleh maafmu, hah? KATAKAN!” Amarah Taeyeon semakin tidak tebendung. Ia tidak mempedulikan Sooyoung dan Jungsoo yang berusaha menariknya.

“Aku bisa menjelaskannya,” Siwon langsung menutup matanya saat melihat Taeyeon sudah mengepalkan tangannya. Dan *buk* *buk* *buk* *buk* *buk*. Siwon membuka matanya perlahan dan menyadari Taeyeon sama sekali tidak memukulnya, tapi memukul tembok tepat disamping wajahnya. Taeyeon terus memukul tembok itu, mengeluarkan semua amarahnya.

“Tae!” Suara Tiffany akhirnya menghentikkan Taeyeon. Yuri menghubungi Tiffany untuk datang ke ruang ganti karena dari awal sudah memiliki firasat hal seperti ini kan terjadi.  Jungwoon pun langsung menuntun Tiffany berjalan ke arah Taeyeon. “Ayo keluar dari sini,” Tiffany menggandeng Taeyeon keluar dari ruangan. “Ada apa denganmu, Tae?” Tanya Tiffany begitu mereka keluar dari ruang ganti. “Kenapa kau memperlakukan Siwon oppa seperti itu?” Tiffany meraba kedua pipi Taeyeon.

“Jangan pernah menyebut namanya didepanku!” Bentak Taeyeon.

“Tae! Kenapa kau seperti ini? Kau kasar sekali, Tae!” Tiffany benar-benar tidak percaya dengan perubahan yang ditunjukkan Taeyeon.

“Lalu apa yang harus kulakukan?! Aku membencinya!” Kata Taeyeon dengan nada penuh amarah.

“Cukup, Tae! Kendalikan dirimu!” Tiffany mengelus-elus kedua lengan Taeyeon, mencoba meredam emosi suaminya itu.

“Katakan padaku, apa yang akan kau lakukan jika orang yang sudah menyebabkan istrimu menderita ada di depanmu?! Hah? Katakan!” Taeyeon semakin hilang kendali.

“A-apa maksudmu, Tae?” Tanya Tiffany bingung.

“Dialah orangnya! Dia yang sudah menabrakmu!! Apa aku harus diam sekarang?!” Taeyeon akhirnya mengungkapkan semuanya.

“Tae. Kumohon hentikkan semua ini. Kita bisa membicarakan ini dengan baik-baik. Kau tidak boleh seperti ini, Tae,” Tiffany tampak mulai berkaca-kaca.

“YAH! Bagaimana mungkin aku bisa..,” Taeyeon tiba-tiba menghentikkan kata-katanya. “Apa maksudmu? Bagaimana mungkin kau bisa setenang ini? Kau sudah mengetahui ini dari awal? Benarkah? Katakan padaku!” Taeyeon memandang Tiffany dengan tatapan tidak percaya. “Katakan padaku! Apa yang kau sembunyikan dariku?!” Taeyeon semakin tidak sabar dengan Tiffany yang hanya bisa mengeluarkan air matanya itu. “Jawab aku!! WHAT THE HELL DID YOU HIDE FROM ME, TIFFANY KIM?!!”

 

– To Be Continued –

 

Ps: ‘WHAT THE HELL DID YOU HIDE FROM ME, TIFFANY KIM?!’ hahahaha gw pengen banget nulis kata-kata ini -__-“ Ok, sebelumnya gw minta maaf karena kelamaan update(lagi). Ada sesuatu hal yang terjadi diluar kuasa gw, jadi ya gw nggak bisa update secepatnya. Jadi dilarang protes karna gw hanya manusia biasa hahaha. Buat next chapter gw nggak mau janji bisa cepet update, karna takutnya gw kelamaan lagi T.T just let it flow aja lah huehehehe.

Terus gw mau tanya. Itu kenapa gw bisa nulis sifany line story disitu????????ah, gw pasti khilaf hahahaha dan ke-khilafan gw berlanjut di next chapter, jadi jangan kaget kalo tiba-tiba siwon muncul jadi ‘figuran’ ;p gw juga ga tau kenapa gw pengen masukin siwon yang sebenernya dari awal cuma direncanakan jadi orang yang nabrak ppany doang hehehe O ya gw udah berusaha buat mengurangi scene-scene bola, tapi apa daya kok gw merasa masih panjang juga @.@

Okelah, akhir kata, enjoy this chapter, jangan lupa comment and don’t miss me ;p Gracias y adios amigos! See you guys soon 😀

Soccer Love (Chapter 7)

31 Jan

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

Beberapa saat kemudian..

Taeyeon tertunduk lesu saat berada di ruang ganti, wajahnya sama sekali tidak bersemangat. Beberapa kali ia memandang teman-temannya yang juga terlihat tidak puas itu. Taeyeon seperti ingin mengatakan sesuatu namun selalu mengurungkan niatnya itu. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya kali ini, membuat suasana ruang ganti menjadi sangat hening.

“Taeng. Aku tidak bermaksud menyalahkanmu, tapi kuharap kau bermain seperti biasanya di pertandingan berikutnya. Permainanmu sangat diluar dugaan hari ini,” Akhirnya Hyoyeon membuka suaranya, mengomentari permainan Taeyeon dan langsung membuat semua pemain mengalihkan perhatian mereka padanya dan Taeyeon. Hyoyeon tidak tampak emosi kali ini, dia selalu menaruh respect yang tinggi pada Taeyeon, ia hanya mengeluarkan semua yang ingin dikatakannya. Taeyeon tidak menjawab komentar Hyoyeon.

“Benar, Taeng,” Timpal Sooyoung. “Minggu depan kita akan bermain melawan YGFC, pertandingan yang sangat penting. Mereka sedang memimpin klasemen sekarang, dan paling tidak kita bisa memperkecil jarak poin jika kita menang minggu depan,” Lanjut Sooyoung.

“Guys. Ada yang ingin kukatakan,” Kata Taeyeon tepat saat Sooyoung berhenti berbicara, ia seperti tidak mendengarkan apa yang baru saja dikatakan Sooyoung. Semua pemain pun langsung terfokus memandang Taeyeon, menunggunya berbicara lebih lanjut.

“Emm,” Taeyeon kembali ragu. Ia memandang wajah teman-temannya. “Ah lupakan. Kita punya laga penting minggu depan,” Taeyeon sedikit memaksakan senyumnya. “Aku akan bermain lebih baik lagi minggu depan,” Lanjutnya dan kemudian langsung keluar meninggalkan ruang ganti, bahkan tanpa berpamitan seperti yang biasa ia lakukan jika ia pulang terlebih dahulu. Semua pemain hanya berpandangan satu sama lain, merasa ada yang aneh dengan kelakukan Taeyeon hari ini.

 

2 jam kemudian..

“Yuri?” Tiffany memastikan suara orang yang menelponnya adalah Yuri.

“Ya ini aku, Tiff,” jawab Yuri.

“Yuri-ah, tumben sekali kau menelponku,” Kata Tiffany sambil tersenyum. Hyunsung berada dipangkuannya, sedang membaca buku cerita. Belajar membaca lebih tepatnya. Mereka berdua berada di ruang tamu, menunggu Taeyeon yang mengatakan akan sampai di rumah sebentar lagi.

“Emm. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu,” Yuri terdiam sejenak. “Tentang Taeyeon,” Katanya kemudian.

“Tae? Terjadi sesuatu dengannya?” Tanya Tiffany.

“Itu yang ingin kutanyakan padamu, Tiff. Aku merasa dia aneh sekali hari ini. Tidak tidak, aku sudah merasa ada yang aneh dengannya dari minggu lalu,” Jawab Yuri. Tiffany sama sekali tidak berkomentar, tampak memikirkan sesuatu. “Tiff?” Yuri menyadari Tiffany yang tidak meresponnya.

“Ah maaf Yul,” Tiffany tersadar mendengar panggilan Yuri. “Hmm. Kurasa mungkin dia hanya capek,” Jawab Tiffany kemudian.

“Kau yakin?” Yuri masih sedikit ragu.

“Umma! Appa pulang,” Hyunsung menarik-narik tangan Tiffany dengan semangatnya setelah mendengar suara mobil Taeyeon memasuki garasi.

“Sebentar Sungie, umma sedang berbicara,” Tiffany mengelus-elus rambut Hyunsung. “Maaf Yul, tapi Taeyeon baru saja sampai. Kita bicara lagi lain waktu, ok?” Tiffany dengan sopan menyudahi percakapannya dengan Yuri. Beberapa menit kemudian Taeyeon pun masuk ke rumahnya.

“Appa appa!” Hyunsung melompat dari pangkuan Tiffany dan berlari ke arah Taeyeon yang langsung berjongkok melihat Hyunsung datang menghampirinya. Hyunsung reflek langsung mencium pipi Taeyeon yang juga membalas dengan memeluk tubuh Hyunsung erat.

“Sungie sudah makan?” Tanya Taeyeon sambil bangkit berdiri dan menggandeng tangan Hyunsung lalu berjalan menghampiri Tiffany yang masih duduk di sofa, tersenyum mendengar interaksi antara Hyunsung dan Taeyeon. Hyunsung menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Taeyeon. “Minum susu?” Tanya Taeyeon lagi. Hyunsung kembali menganggukkan kepalanya. “Gosok gigi?” Taeyeon berhenti untuk memandang Hyunsung yang langsung tersenyum memamerkan gigi-gigi kecilnya. Taeyeon tersenyum melihat tingkah Hyunsung. “Hai, baby,” Taeyeon mengecup bibir Tiffany setelah sampai didepan istrinya itu, lalu duduk disebelah Tiffany dan mengangkat Hyunsung untuk duduk dipangkuannya.

“Kau baik-baik saja, Tae?” Tiffany melingkarkan tangannya di lengan Taeyeon lalu mencium sekilas lengan suaminya itu.

“Apa maksudmu? Tentu saja aku baik-baik saja,” Taeyeon memandang Tiffany bingung.

“Apa benar kau kehilangan konsentrasimu dilapangan? Komentator-komentator itu mengkritik penampilanmu sepanjang pertandingan tadi,” Jelas Tiffany.

“Aku baik-baik saja, baby. Jangan dengarkan mereka. Aku sudah memberikan yang terbaik tadi,” Taeyeon tampak tidak nyaman membicarakan hal-hal yang terjadi dilapangan tadi.

“Appa, tadi Siwon ahjussi yang mencetak gol,” Celetuk Hyunsung dengan polosnya. Wajah Taeyeon langsung berubah saat Hyunsung menyebut nama Siwon.

“Appa tau, Sungie!” Kata Taeyeon sedikit lepas kontrol menanggapi celotehan Hyunsung.

“Tae!” Tiffany kaget mendengar nada suara Taeyeon yang sedikit keras itu.

“Maaf,” Taeyeon sudak tampak tidak bersemangat. “Ayo, Sungie harus tidur sekarang,” Kata Taeyeon untuk menyudahi pembicaraan. Ia pun menurunkan Hyunsung yang kemudian menggandeng tangan appa dan ummanya saat berjalan ke kamarnya.

“Appa. Sungie ingin ikut menonton appa di stadion minggu depan,” Pinta Hyunsung di tengah perjalanan mereka menuju kamar Hyunsung. Taeyeon terdiam sejenak mendengar pemintaan Hyunsung.

“Tidak,” Jawab Taeyeon singkat.

“Apppaaaaaaaa,” Hyunsung mulai merengek, berharap Taeyeon berubah pikiran.

“Tidak, Sungie-ah,” Taeyeon tetap pada pendiriannya.

“Appaaaaaaa,” Hyunsung masih merengek pada Taeyeon.

“No!” Taeyeon juga masih pada pendiriannya.

“Appa apppaaaaa!” Hyunsung masih berusaha, ia mulai menarik-narik tangan Taeyeon. Tiffany hanya terdiam, merasa memang ada yang aneh dengan Taeyeon.

“APPA BILANG TIDAK YA TIDAK, SUNGIE!!” Taeyeon akhirnya berteriak pada Hyunsung, merasa terganggu dengan permintaannya. Tiffany membelalakan matanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, Taeyeon berteriak pada Hyunsung. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan Taeyeon. Hyunsung mulai menangis dan memeluk tubuh Tiffany.

“Apa yang baru saja kau lakukan, Kim Taeyeon?! Kau berteriak pada putramu sendiri!” Tiffany pun berjongkok untuk memeluk dan menenangkan Hyunsung. “Ayo kita ke kamar, Sungie,” Katanya sambil membelai rambut Hyunsung yang masih menangis itu, lalu menggendongnya dan dengan hati-hati berjalan menuju kamar Hyunsung, meninggalkan Taeyeon yang masih diam mematung ditempatnya. Dia sendiri juga tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukannya.

 

Sementara itu di kamar Hyunsung..

“Sudah Sungie-ah, jangan menangis. Appa tidak sengaja tadi,” Tiffany memeluk dan mengelus punggung Hyunsung untuk menenangkan putranya yang masih menangis itu. Mereka berdua sudah berbaring di atas tempat tidur Hyunsung yang tampak masih shock dengan perlakuan appanya.

“Appa jahat,” Kata Hyunsung di sela-sela tangisannya.

“Sungie tidak boleh berkata seperti itu. Appa sayang Sungie,” Balas Tiffany kemudian. “Sungie sayang appa kan?” Tanya Tiffany. Hyunsung menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu, Sungie harus memaafkan appa, ok? Tidak boleh berkata appa jahat,” Kata Tiffany memberi nasehat.

“Ne,” Hyunsung kembali menganggukan kepalanya.

“Anak pintar,” Tiffany tersenyum, masih memeluk tubuh Hyunsung. “Sekarang Sungie tidur,” Tiffany menepuk-nepuk pelan punggung Hyunsung untuk membuatnya segera tertidur.

“Umma jangan pergi,” Hyunsung semakin menempelkan tubuhnya pada Tiffany, memeluknya erat.

“Ne ne, umma akan menemani Sungie,” Tiffany mengecup ujung kepala Hyunsung. Dan sesuai janjinya, Tiffany terus menemani Hyunsung hingga putranya itu tertidur pulas. Beberapa saat kemudian, Taeyeon akhirnya memasuki kamar Hyunsung. Tiffany yang mendengar pintu kamar yang dibuka pun langsung memejamkan matanya, berpura-pura tertidur bersama Hyunsung. Taeyeon berjalan menghampiri tempat tidur Hyunsung dengan hati-hati. Ia memandang Hyunsung yang sedang tertidur untuk beberapa saat, dan kemudian ia pun mendaratkan kecupan di pelipis Hyunsung.

“Mianhe, Sungie. Appa loves you,” Kata Taeyeon pelan dan penuh penyesalan. Tak berapa lama kemudian, pandangan Taeyeon beralih ke Tiffany yang sedang ‘tidur’ memeluk Hyunsung itu. Taeyeon pun melakukan hal yang sama yang ia lakukan pada Hyunsung sebelumnya; mencium pelipis Tiffany. Lalu ia melepaskan pelukan Tiffany dan Hyunsung, menarik dan merapikan selimut hingga menutupi seluruh tubuh Hyunsung, dan terakhir ia pun mengangkat dan membawa Tiffany keluar dari kamar Hyunsung menuju kamar mereka sendiri. Sesampainya di kamar mereka, Taeyeon segera membaringkan istrinya di atas tempat tidur. “Saranghae, baby,” Taeyeon mendaratkan kecupan di kening Tiffany, sebelum akhirnya ia ke kamar mandi yang berada di kamarnya. Beberapa saat kemudian, Taeyeon keluar dari kamar mandi dan mendapati Tiffany sudah duduk di atas tempat tidur. “Baby, apa aku membangunkanmu?” Tanya Taeyeon dengan nada sedikit kaget.

“Kau sudah kembali menjadi Kim Taeyeon? Ingin menjelaskan semuanya padaku?” Tanya Tiffany tajam. Taeyeon menghela nafasnya, lalu segera berjalan menuju tempat tidur dan duduk disebelah Tiffany.

“Mianhe, baby,” Sesal Taeyeon kemudian.

“Katakan itu pada anakmu,” Balas Tiffany.

“Arraso, aku akan minta maaf pada Sungie besok,” Jawab Taeyeon. Tiffany tidak menanggapi perkataan Taeyeon. Ia terdiam untuk beberapa saat. “Baby?” Panggil Taeyeon yang menyadari Tiffany masih terdiam.

“Aku menunggumu, Tae. Apa yang ingin kau katakan? Jelaskan semuanya padaku, kenapa kau menjadi seperti ini? Kau berubah akhir-akhir ini, Tae,” Kata Tiffany dengan nada yang dibuat selembut mungkin, menghindari suasana panas yang mungkin terjadi. Tiffany menyadari emosi Taeyeon sedang tidak stabil saat ini.

“Baby,” Taeyeon mendekatkan tubuhnya pada Tiffany, lalu memeluknya erat. Ia pun menempelkan bibirnya pada bibir Tiffany yang langsung membalas ciuman Taeyeon. Namun tidak bertahan lama, sebelum akhirnya Tiffany melepas paksa ciuman Taeyeon.

“No no. Tidak kali ini. Aku tidak akan terperangkap,” Tiffany mencium sekilas bibir Taeyeon yang sudah memperlihatkan wajah kecewanya. “Kau tidak bisa menghindar. Sekarang katakan padaku. Apa yang terjadi? Kenapa kau seperti ini?” Tanya Tiffany sambil menyentuh pipi Taeyeon.

“Aku. Sebenarnya. Aku hanya ingin kita pindah ke Inggris,” Jawab Taeyeon mencari-cari alasan yang masuk akal.

“Lalu?” Tiffany tampak tidak puas dengan jawaban Taeyeon.

“Aku tidak tau bagaimana harus menjelaskan pada mereka. Itu yang menjadi beban pikiranku selama pertandingan tadi. Aku bahkan masih tidak bisa mengatakan ini pada mereka setelah pertandingan. Itu membuatku kesal, baby,” Jelas Taeyeon dengan lancar mengatakan alasan palsunya.

“Benarkah? Hanya karena masalah itu?” Tanya Tiffany masih tidak bisa percaya. Taeyeon menganggukan kepalanya dengan mantap.

“Kau tau berat bagiku meninggalkan club ini,” Tambah Taeyeon menegaskan alasannya. Tiffany terdiam sejenak mencerna semuanya.

“Kau berbohong,” Tiffany sampai pada kesimpulannya. Dengan wajah kecewa, ia pun membaringkan tubuhnya membelakangi Taeyeon lalu menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

“Fany, baby. Kenapa kau bertingkah seperti ini, hah?” Taeyeon menarik selimut yang menutupi tubuh dan wajah Tiffany itu. “Percayalah padaku,” Kata Taeyeon yang kemudian mencium pipi Tiffany. Tidak ada reaksi. Tiffany masih bergeming pada pendiriannya. “Apa yang harus kukatakan, baby? Aku mengatakan yang sebenarnya,” Taeyeon masih berusaha meyakinkan Tiffany.

“Aku tau dirimu, Tae. Hal seperti itu bukanlah beban bagimu,” Kata Tiffany kemudian, masih membelakangi Taeyeon.

“Benarkah?” Taeyeon kembali mencium pipi Tiffany. Kali ini ia mulai bergerak, memaksakan wajah Tiffany ‘menatap’ wajahnya, dan langsung mencium bibir istrinya itu. Tiffany segera melepaskan bibir Taeyeon dari bibirnya.

“Jangan seperti ini, Tae. Katakan padaku yang sejujurnya,” Tiffany berusaha untuk tidak ‘terperangkap’.

“Aku berkata jujur, baby,” Kata Taeyeon tidak peduli dan kembali menempelkan bibirnya pada bibir Tiffany dan enggan melepaskannya. Tiffany tampak mulai menikmati ‘permainan’ suaminya itu. Hingga akhirnya mereka berhenti untuk mengambil nafas, yang membuat ‘akal sehat’ Tiffany kembali.

“Kau menyembunyikan sesuatu dariku, Tae,” Kata Tiffany dengan nafas tersengal-sengal.

“Hmm?” Taeyeon berpura-pura tidak mendengar kata-kata Tiffany dan mengabaikannya. Ia kembali menekankan bibirnya pada bibir Tiffany, membuat istrinya itu tidak bisa melakukan apapun selain mengalungkan kedua tangannya pada leher Taeyeon, lalu membalas dan menikmati setiap sentuhan bibir suaminya.

“Kau menang kali ini, Tae,” Kata Tiffany disela-sela ciumannya.

“Aku selalu menang, baby,” Balas Taeyeon yang kemudian menjadi semakin ‘liar’.

 

– To Be Continued –

 

Ps: Hell yeaaah akhirnya update juga, maap ya kelamaan, maklumlah ada hal-hal yang menghambat gw buat post chapter ini huehehehe. So, enjoy this chapter walaupun gw merasa rada boring ya?Yaudahlah harap dimaafkan, gw akan lebih serius dan berusaha di chapter chapter berikutnya. Let’s the war begins! *if you know what I mean* 😉

Okelah, see you guys soon 🙂 Jangan lupa comment dan insyaAllah akan segera gw update next chapter nyaaa. Adios amigoooossss 😀

Soccer Love (Chapter 6)

21 Jan

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

“SI-SIWON?!” Aku berteriak dalam hati, tidak percaya dengan apa yang sedang kulihat. Segera kutarik kembali tubuhku dibalik tembok. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sekarang. Di satu sisi amarahku sudah tidak terbendung lagi, aku bisa saja melampiaskan padanya sekarang. Tapi disisi lain, dia adalah Siwon hyung, teammate ku sendiri. Aku tidak mungkin melakukan ini padanya. Otakku sudah tidak bisa berpikir lagi sekarang. Segera kulangkahkan kakiku kembali berjalan masuk ke stadion. Semuanya terasa tidak nyata sekarang. Siwon hyung yang sudah menabrak Tiffany? Pertanyaan itu terus muncul dikepalaku, membuatku tidak menyadari aku sudah berada di lapangan saat ini. Kulempar tasku dan mulai kujejakkan kakiku dilapangan. Aku terus berjalan dan berjalan hingga akhirnya aku mulai berlari mengelilingi lapangan. Semua gambaran mulai bermunculan dibenakku. Team, Siwon hyung, Tiffany, semuanya mulai berputar dikepalaku. Lalu tiba-tiba kata-kata itu kembali terngiang, ‘Umma pasti akan bisa melihat lagi. Demi Sungie. Umma ingin melihat Sungie tumbuh besar’, wajah sedih Tiffany saat mengatakan itu tergambar jelas dibenakku. Aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Air mata mulai keluar dari mataku. “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA,” aku berteriak, berharap dapat mengurangi beban dihatiku. Kutambah kecepatan lariku, membuatku melupakan semuanya, paling tidak untuk saat ini. Aku hanya ingin berlari dan terus berlari, meninggalkan semuanya, kenyataan pahit yang baru saja kudengar.

 

Beberapa lama kemudian..

“Hyung? Taeyeon hyung?” Aku mendengar seseorang memanggil namaku.

“Taeng? Kau baik-baik saja kan?” Kali ini kurasakan seseorang menepuk-nepuk pipiku, membuatku akhirnya membuka mataku. “Yah Taeng! Akhirnya kau bangun juga,” Yuri menghembuskan nafasnya penuh kelegaan. Kulihat sekelilingku. Apa aku baru saja tertidur? Dilapangan? Kutatap wajah Yuri dan Minho yang sedang memandangku, kecemasan masih terlihat di wajah mereka.

“Apa yang kau lakukan disini hyung? Kupikir kau pingsan tadi,” Kata Minho sambil membantuku bagun dan duduk di rumput lapangan.

“Ah mian,” Kataku lemah. Aku baru teringat, aku merebahkan diriku disini setelah berlari, entah berapa lama, tanpa henti. Kurasa aku tertidur setelahnya. Kulihat jam ditanganku, sudah hampir jam 9 malam. Siwon hyung! Aku kembali teringat apa yang baru saja terjadi. Tiba-tiba kepalaku menjadi pusing hanya karena memikirkan kenyataan itu. Siwon hyung adalah pelaku tabrak lari yang telah mencelakakan Tiffany. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang. Kurebahkan kembali tubuhku diatas rumput, dan kututup mataku mengunakan tanganku, mencoba menyegarkan pikiranku. Lagi.

“Taeng? Kau baik-baik saja? Ada apa denganmu?” Yuri kembali panik.

“Aku baik-baik saja, Yul. Apa kalian bisa meninggalkanku? Aku ingin sendirian sekarang,” Jawabku tanpa memandang Yuri dan minho, dengan tangan yang masih menutup mataku.

“Kau yakin? Apa kau butuh..,”

“Pergilah, aku baik-baik saja,” Kataku dengan halus, sebelum Yuri meneruskan kata-katanya yang malah akan membuatku semakin buruk.

“Baiklah baiklah. Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu, ok?” Yuri masih terdengar meragukan keadaanku. Kuanggukkan kepalaku lalu kulambaikan tanganku yang bebas, memberikan tanda agar mereka segera pergi. Aku benar-benar ingin sendiri sekarang. Beberapa saat kemudian, lapangan kembali sunyi. Aku bisa merasakan angin berhembus menyentuh tubuhku, namun sama sekali tidak bisa menghilangkan beban pikiranku.

 

Beberapa saat kemudian..

Kuhembuskan nafasku sesaat setelah aku memarkirkan mobil di garasi rumahku. Kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan jam 10 lewat. Aku menenangkan diriku sendiri sebelum akhirnya aku keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahku.

“Tae?” Tiffany langsung bangkit berdiri saat mendengarku membuka pintu. Ia sepertinya sudah lama menungguku duduk di ruang tamu. Kupandangi wajahnya yang tampak khawatir itu. “Tae? Kaukah itu? Kim Taeyeon?” Tiffany terus memastikan akulah yang datang. Kuhampiri Tiffany dan langsung kupeluk dirinya. “Tae? Apa yang terjadi? Kau sama sekali tidak mengangkat telpon dariku?” Tanya Tiffany sambil membelai rambut dibelakang kepalaku. Kupererat pelukanku seraya kucium pundaknya lembut. Apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana aku bisa memberitahunya bahwa Siwon hyung lah yang telah mencelakainya? Tiffany kemudian melepaskan pelukanku. “Taeyeon, katakan padaku apa yang terjadi?” Kedua tangannya menyentuh kedua pipiku. “Kau tidak mengangkat telponku, kau bahkan tidak menepati janjimu sendiri untuk makan malam bersama kami. Pasti terjadi sesuatu, benar kan? Katakan, Tae,” Katanya kemudian dengan penuh kesabaran, kedua ibu jarinya membelai lembut pipiku sembari menunggu jawaban dariku. Kugelengkan kepalaku lalu kuraih kedua telapak tangannya yang sedang menyentuh pipiku itu.

“Baby. Bagaimana kalau kita pindah ke inggris? Aku akan menerima tawaran bermain disana,” Kataku kemudian. Tiffany tampak terkejut mendengar keputusan tiba-tibaku ini.

“Wae? Kenapa tiba-tiba? Bukankah kau sudah memutuskan untuk menolaknya dan memperpanjang kontrakmu disini?” Tanya Tiffany masih dengan wajah terkejutnya. Aku tidak tau harus menjawab apa sekarang. Baby, ternyata Siwon hyung yang sudah menabrakmu dan aku tidak mau melihat wajahnya apalagi bermain dengannya. Profesional sekali, huh? Aku tidak mungkin mengatakan alasan itu pada Tiffany. Lagipula jika mengatakannya sama saja aku memberitahunya bahwa Siwon hyung yang sudah menabraknya. Dan aku tidak bisa membayangkan reaksinya. Walaupun Tiffany sudah pernah mengatakan akan melupakan masalah ini, tapi kurasa akan berbeda cerita jika ia tau orang itu adalah Siwon hyung, orang yang dikenalnya dan ternyata sama sekali tidak bisa bertanggung jawab terhadap apa yang sudah diperbuatnya. Ah hyung, kau benar-benar membuatku emosi kali ini! “Tae?” Tiffany membelai tanganku, membuatku tersadar dari lamunanku.

“Fany. Baby,” Kembali kudekap tubuh Tiffany. “Aku hanya ingin bermain disana,” Jawabku berbohong. Lagi-lagi Tiffany melepas pelukanku.

“Katakan, Tae. Apa yang terjadi sebenarnya?” Tiffany terus mendesakku. Kupandang matanya yang berusaha menatap ke arahku itu. Melihat matanya yang indah malah membuatku suasana hatiku semakin buruk. Bagaimana bisa Siwon hyung melakukan itu pada istriku?! Wajah Siwon hyung kembali terlintas dikepalaku, membuatku hampir mencapai tahap membencinya. Itu sangat buruk, aku tidak pernah membenci orang sebelumnya. “Kim Taeyeon? Jawab aku,” Tiffany sudah mulai tidak sabar menungguku menjelaskan semuanya. Kucium bibirnya untuk meredam keingin-tauannya.

“Tidak ada yang terjadi, baby. Aku hanya ingin suasana baru,” Jawabku asal.

“Kau aneh sekali, Tae. Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku,” Tiffany terus mencurigaiku.

“Tidak ada yang aneh, baby,” Kugendong tubuhnya, bridal-style, membuatnya sedikit terkejut. “Aku hanya merindukanmu,” Kataku kemudian lalu kucium keningnya. Tiffany tersenyum dan mengalungkan kedua tangannya pada leherku.

“Apa yang kau inginkan, Tae?” Tanya Tiffany menggodaku, seolah sudah melupakan semua kecurigaannya tadi.

“Aku tidak tau, biar kupikirkan sebentar,” Aku mulai melangkahkan kakiku. “Apakah Sungie sudah tidur?” Tanyaku. Tiffany menganggukkan kepalanya.

“Dikamarnya,” Jawab Tiffany setengah berbisik, lalu mencium bibirku lembut.

“Kau nakal, baby,” Kupandang wajahnya, membuatku semakin menginginkannya malam ini. “Kenapa kau cantik sekali? Apa yang harus kulakukan sekarang?” Tanyaku, setengah menggodanya.

“Lakukan apapun yang ingin kau lakukan,” Bisiknya, membuatku semakin tidak bisa menahan diri. Segera ‘kulumat’ bibirnya tanpa permisi dan kupercepat langkahku menuju kamar, kamar kami berdua. Hanya berdua.

 

Beberapa hari kemudian..

“Kau yakin?” Donghee hyung sedikit shock setelah kuberitahu perubahan keputusanku untuk menerima tawaran bermain di inggris. Kuanggukkan kepalaku penuh keyakinan. Donghee hyung menghembuskan nafasnya. “Yah Taeng, aku baru saja memberitahu club kalau kau akan memperpanjang kontrakmu, dan sekarang kau tiba-tiba berubah pikiran. Benar-benar sulit dipercaya,” Donghee hyung menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Maaf hyung. Aku juga terpaksa mengambil keputusan ini,” Kataku pelan. Donghee hyung memandang wajahku dan terdiam sejenak.

“Ada masalah apa, Taeng?” Tanya Donghee hyung yang pasti tau aku sedang menyimpan sesuatu. Kupandang wajahnya, ragu apakah aku harus menceritakan semua padanya. Namun aku selalu bisa mempercayai Donghee hyung.

“Hyung,” Akhirnya kuceritakan semuanya pada Donghee hyung, mengapa aku mengambil keputusan ini. Donghee hyung tampak mendengarkan ceritaku dengan seksama dan tenang. Dia bahkan sama sekali tidak terkejut saat kuberitahu bahwa Siwon hyung lah yang sudah menyebabkan kecelakaan itu terjadi. “Begitulah hyung kenapa aku memutuskan untuk pergi dari sini. Mungkin terdengar tidak profesional, tapi aku tidak punya pilihan lain. Ini untuk kebaikan club, hyung. Aku tidak bisa bermain dalam kondisi seperti ini,” Kataku mengakhiri ceritaku.

“Hmm. Aku mengerti posisimu sekarang. Tapi kau yakin ini semua untuk kebaikan club? Bukan untuk kebaikanmu sendiri?” Tanya Donghee hyung, membuatku terdiam. Apa yang dikatakan Donghee hyung ada benarnya. Aku melakukan ini bukan karena club, ini karena diriku sendiri, akulah yang tidak mau bermain jika ada Siwon hyung. Lalu apa yang harus kulakukan? Meminta Siwon hyung keluar dari club? Ck, kapten macam apa aku ini. “Taeng, kalau kau benar-benar memikirkan kebaikan club, kau pasti akan menyingkirkan egomu itu. Club membutuhkanmu dan kau tau itu. Tapi aku mengerti keadaanmu sekarang. Itu hakmu untuk memilih pergi dari club. Personal conflict, itu sering terjadi,” Donghee hyung tersenyum padaku. Aku hanya bisa terdiam memikirkan kata-kata Donghee hyung. Aku tidak ingin meninggalkan club, tapi Siwon hyung?! Ah, memikirkan namanya saja sudah membuatku muak.

“Aku tetap akan pergi, hyung,” Kataku kemudian.

“Baiklah kalau memang itu keputusanmu. Lalu bagaimana dengan Tiffany? Kau sudah membicarakan ini dengannya?” Tanya Donghee hyung.

“Dia pasti akan setuju, kau tidak perlu khawatir,” Jawabku. Donghee hyung tertawa mendengar jawabanku.

“Jadi begini ya kalau kau sudah benar-benar marah dengan seseorang? Ini pertama kalinya aku melihatmu seperti ini,” Donghee hyung masih menahan tawanya.

“Apa maksudmu, hyung?” Tanyaku tidak mengerti apa yang sedang ditertawakannya.

“Yah Taeng. Kau selalu mendiskusikan segala hal dengan istrimu, kau bahkan selalu mengikuti semua keputusannya. Tapi sekarang? Tampaknya kau sama sekali tidak membicarakan hal ini dengannya, benar?” Tebak Donghee hyung. Dan semua kata-katanya adalah benar.

“Aku sudah mengatakan ini padanya, aku bilang ingin mencari suasana baru,” Kataku membela diri. Dan memang benar aku sudah pernah mengatakan ini pada Tiffany beberapa hari yang lalu.

“Dan dia percaya dengan alasanmu?” Tanya Donghee hyung lebih lanjut. Kuangkat kedua pundakku. Aku memang tidak tau apakah Tiffany percaya atau tidak, karena kenyataannya adalah kami tidak pernah membicarakan hal ini lagi, lebih tepatnya akulah yang menghindari pembicaraan ini.

“Kurasa dia akan baik-baik saja dengan ini, hyung,” Kataku untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku sudah mengambil keputusan yang tepat.

“Benar, dia pasti akan baik-baik saja,” Donghee hyung mengangguk-anggukkan kepalanya. “Tapi tunggu sampai dia tau alasan yang sebenarnya,” Lanjut Donghee hyung, kata-katanya membuatku benar-benar terdiam kali ini. Aku sama sekali tidak tau apa yang akan terjadi jika Tiffany mengetahui semuanya dan aku sudah berbohong padanya.

 

Beberapa hari kemudian..

-Author POV-

“Taeyeon, kau harus lebih bisa bekerja sama dengan Siwon. Beberapa peluang hilang tadi karena kau terlalu memaksakan shooting, padahal Siwon sudah berdiri bebas. Konsentrasi konsentrasi!” Pelatih Cho memberikan pengarahan di ruang ganti setelah babak pertama pertandingan melawan Dreamtea FC berakhir dengan score 0-1. SM FC tertinggal 1 goal sementara. Taeyeon hanya tertunduk sepanjang mendengarkan pengarahan dari pelatih Cho. “Dan kita ubah skema menjadi 4-1-3-2. Jinki kau jadi gelandang bertahan, jaga pemain nomor 11. Jangan biarkan dia masuk pertahanan sebelum kau,” Pelatih Cho menunjuk Jinki dan bermain dengan tactical board, memberitahu apa yang harus dilakukan oleh para pemain. “Perlu diingat, mereka sangat baik saat serangan balik, kalian harus mewaspadai itu,” Pelatih Cho terus memberikan pengarahan dan diperhatikan dengan seksama oleh para pemain yang sedikit tertekan karena mereka tertinggal oleh Dreamtea FC, penghuni klasemen paling bawah.

“Ayo, fighting!” Taeyeon menepuk tangannya, memberikan semangat pada rekan-rekannya sesaat setelah mereka diminta untuk keluar, melanjutkan pertandingan babak kedua. Taeyeon menepuk punggung teman-temannya satu persatu untuk memberikan semangat secara personal, namun dengan sengaja ia melewati Siwon, dan langsung menepuk punggung Changmin yang ada didepannya. Beruntung tidak ada yang mengetahui hal ini, termasuk Siwon yang masih fokus pada pertandingan babak selanjutnya.

Pertandingan babak kedua pun dimulai. 25 menit pertama berjalan sedikit datar, dimana Dreamtea FC menerapkan permainan full-defense untuk meredam para pemain SM FC memasuki wilayah pertahanan mereka. Terhitung sudah 4 kali Taeyeon mendapatkan peluang menembus pertahanan lawan, namun permainan individu nya membuat peluang-peluang itu menjadi sia-sia. Ia masih saja enggan untuk bekerja sama dengan Siwon. Hingga akhirnya pada menit ke 72, individualisme Taeyeon membuat pelatih Cho geram. Taeyeon yang berhasil mencuri bola dari bek lawan berlari menuju kotak pinalty diikuti Siwon yang melihat peluang itu. Sontak kiper lawan pun mengantisipasi arah dimana Taeyeon datang membawa bola dari sisi kanan, sama sekali tidak menyadari Siwon yang juga datang tanpa pengawalan dari sisi kiri. Skema gol yang bisa terjadi adalah; Taeyeon mengoper bola ke Siwon yang sudah berdiri bebas lalu meneruskan shooting ke arah gawang lawan dimana sang kiper sudah mati langkah karena menghadang Taeyeon terlebih dahulu. Tapi yang dilakukan Taeyeon adalah sebaliknya, ia sama sekali tidak mengoper bole ke Siwon dan langsung menendang bola ke arah gawang yang langsung bisa ditepis oleh kiper lawan dan hanya menghasilkan tendangan sudut untuk SM FC.

“Pergantian pemain. Nomor 18 menggantikan nomor 9. Kim Jonghyun masuk. Kim Taeyeon keluar,” Oficial pun mengumumkan pergantian pemain untuk SM FC. Pelatih Cho tampak sudah tidak bisa mentolerir permainan individu Taeyeon yang terjadi hampir sepanjang menit berjalannya pertandingan. Taeyeon berjalan keluar lapangan tanpa senyum yang biasa diperlihatkannya. Ia langsung duduk untuk menyaksikan jalannya pertandingan di waktu yang tersisa. Senyuman masih tidak tampak diwajahnya, bahkan ia sama sekali menolak untuk berbicara dengan orang-orang disekitarnya. Ia hanya duduk sambil melipat tangannya dan bersandar malas dikursi, matanya terarah ke lapangan namun seolah pikirannya entah kemana. Hingga akhirnya pada menit ke 81, Taeyeon tersadar karena teriakan para supporter yang merayakan gol yang dicetak oleh Siwon hasil kerjasamanya dengan Jonghyun. Taeyeon ikut berdiri dan bertepuk tangan, masih dengan ekspresi datarnya. Kedudukan imbang 1-1 ini pun bertahan hingga pertandingan berakhir.

 

– To Be Continued –

 

Ps: Wah, akhirnya gw publish juga chapter ini *amazed sendiri* hahaha. Knapa gw lama updatenya? Karena gw lagi stuck sama jalan ceritanya(stuck di chapter 8 sekarang) dan terus terang gw kemaren-kemaren males banget nulis+ngetik huehehehe. Tapi akhirnya sense of writing gw kembali setelah gw nonton full shownya Romantic Fantasy :’) Telat yes gw baru nonton, tapi nggak papalah dari pada nggak sama sekali hahaha dan gw baru sadar disitu cuma Taeyeon yang nggak perform individually/group formed, mungkin dia ngasi kesempatan member lainnya buat lebih shine 😉 Dan buat solo performance, mnurut gw Seohyun was JJANG!Pas banget lah dia nyanyi Speak Now nya si swift 😀 Tapi overall favorite gw tetep Lost in Love. TaeNy for the win ❤ Trus trus satu lagi, free talking nya SNSD nggak pernah failed bikin gw ketawa 😀 SNSD Jjang :’)

Ok, sekian dulu speech gw, bisa nggak kelar-kelar soalnya kalo ngomongin those amazing girls hehehehe. So, enjoy this chapter dan jangan lupa comment 🙂 🙂