Tag Archives: sm

The Kims’ Blog : Meet The Family

24 Aug

Title: The Kims’ Blog

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: Kim Soohyun, Roy Kim, Suho, Irene, Seohyun

Genre: Romance, Family, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Taeny16

1 Agustus 2016,
Halo, selamat datang di The kims’ Blog! Namaku Tiffany Hwang, tadinya, dan ini kisah kami bersama 5 malaikat Kim yang selalu membuatku tersenyum setiap hari. Oh, jangan lupakan juga Kim-appa yang selalu ada untukku dan malaikat-malaikatku. Hmm, aku memutuskan untuk membuat blog ini untuk membagi perasaan yang kumiliki bersama keluarga kecilku (apakah aku bisa menyebut ini kecil? Tak apalah, toh aku selalu menyebut ‘keluarga kecil kita’ pada Taeyeon dari awal. Siapa yang tau sesuatu yang kecil itu akan menjadi besar pada akhirnya. Tidak, aku tidak mau mengatakan kata akhir disini, tapi aku juga tidak mau membuat lebih besar lagi. Huft, kurasa kalian tau maksudku kan). Apakah aku harus memperkenalkan keluarga kecilku pada kalian? (oke aku menyebutkannya lagi, deal with it, kita anggap keluargaku kecil dari sekarang). Darimana aku harus memulai? Baiklah, bagaimana dengan namja paling luar biasa yang pernah kukenal?

d429444dab51584ae262f7a6b5b78598
Yup, itulah namja yang kumaksudkan, Kim Taeyeon a.k.a Kim-appa kami. Dia suami luar biasa yang tidak pernah kuduga akan menjadi milikku. Hmm, jika melihat kebelakang, ya, kalian harus melihat jauh kebelakang (kami sudah menikah berapa tahun? Yup, 16 tahun) karena kisah kami dimulai jauh sebelum kami menikah. Dari awal hubungan kami tidak seperti pasangan lainnya, bahkan pada kenyataannya kami menikah pun karena ‘kecelakaan’. Yes, kecelakaan itu persis seperti yang kalian pikirkan 🙂 jadi sudah terbayang kah kenapa itu menjadi tidak terduga bagiku? Apa yang membuatku berpikir seperti itu dari awal? Karena Taeyeon lebih muda dariku, hanya 2 tahun, namun tidak pernah terlintas dipikiranku akhirnya aku akan menikah dengan ‘dongsaeng’ seperti dirinya. Oh, jika aku mengingat lagi hal-hal itu hanya bisa membuat diriku tersenyum seperti orang bodoh. Aku hanya tidak pernah tau takdir akan berperan seperti apa dalam hidup kita. Dan dalam hidupku, Kim Taeyeon lah yang akhirnya mengambil peran itu. Dia adalah jodohku. Dan aku tidak akan menceritakan kisahku dengannya saat ini, kurasa kita masih punya banyak waktu untuk itu 😉 namun satu hal yang pasti adalah aku sangat mencintai namjaku, Kim-appa kami.

SooHyun xoxo

Kim Soohyun, malaikat pertama kami. Aku selalu menyebutnya, cupid kami 🙂 kenapa? Karena Soohyun kami lah yang ‘memaksa’ ku menikah dengan Taeyeon. Karena kehadirannya lah yang membuat keluarga kecil kami hidup sekarang. Aku akan selalu bersyukur memiliki Soohyun (dan adik-adiknya tentu saja). Soohyun adalah hadiah pertamaku dengan Taeyeon, dan aku bangga bagaimana dia tumbuh hingga saat ini. Sebagai kakak paling sulung, kedewasaannya tampak dari waktu ke waktu. Ia selalu bertindak sesuai porsinya. Dia tidak cerewet, namun bukan tipe pendiam. Dan dia sangat menyayangi adik-adiknya, aku tau itu walaupun dia tidak selalu menunjukkannya. Soohyun selalu memikirkan saudara nya sebelum dirinya sendiri. Soohyun selalu menjadi “kaki tangan” ku jika berhubungan dengan mengawasi anak-anak. Dia selalu tau apa yang harus dilakukan. Namun aku hanya berharap dia lebih bisa terbuka padaku. (Saat ini usianya sudah menginjak 16 tahun, oh God, aku memiliki anak remaja sekarang. Dia harus lebih terbuka padaku, biar bagaimanapun sebentar lagi dia akan mengenal banyak gadis, dan mulai tau berkencan. Oh tidak, jangan-jangan dia sebenarnya sudah mempunyai pacar? Bukannya aku akan melarangnya, tapi aku tidak ingin dia menjadi Kim Taeyeon kedua jika itu sudah menyangkut para gadis dan pergaulan remaja. Benarkan? Sorry seobang, tapi kau benar-benar pengecut saat itu, saranghae *kiss*). Soohyun bukan anak yang pendiam, namun dia adalah anakku yang paling tertutup, aku bisa merasakannya, namun aku tidak akan memaksanya. Karena seperti yang sudah kukatakan, dia tau apa yang dilakukannya. Umma selalu menyayangimu, Soohyun-ah :*

SangWoo xoxo
Lanjut ke malaikatku yang kedua. Kim Sangwoo. Bisa dibilang Sangwoo adalah anak kami yang kami harapkan. Yang kami harapkan disini maksudnya adalah yang benar-benar aku dan Taeyeon rencanakan. Kami memiliki Soohyun dalam keadaan yang bisa dibilang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Satu tahun lebih aku dan Taeyeon baru akhirnya bisa melewati masa sulit kami setelah menikah. Dan saat pada akhirnya hubungan kami menjadi lebih baik, aku dan suamiku merencanakan untuk memiliki anak kedua kami. Dan boom, hadirlah Sangwoo dalam kehidupan kami bertiga. Aku tidak bisa melupakan perasaanku saat menimangnya untuk kali pertama. Biar bagaimanapun, keadaannya sama sekali berbeda saat aku pertama kali memiliki Soohyun dan saat memiliki Sangwoo (aku tidak mau membandingkannya, keduanya adalah anugrah terindah dalam hidupku, dan yang terpenting adalah saat ini aku bahagia dan bangga memiliki keduanya).

Aku dan Taeyeon merasa hidup kami sangatlah lengkap saat itu. Soohyun dan Sangwoo lah yang melengkapi kami, bahkan hingga saat ini. Sangwoo benar-benar anak yang pendiam, dia lebih suka membaca buku atau bermain instrument musik (dia belajar gitar dan piano) saat saudara-saudara nya bermain bersama. Namun walaupun pendiam, Sangwoo bukan anak yang tertutup. Dia suka mengekspresikan perasaannya dengan caranya sendiri. Dan yang pasti aku tau pasti adalah perasaannya yang sensitive. Dia lebih suka pelukan dan tulisan daripada ucapan (Dia sering membuat puisi untukku, dan hari ini adalah ulang tahunku, aku menunggu puisi nya yang selalu diberikan saat ulang tahunku). Teruslah menjadi harapan kami, Sangwoo-ngie :*

JoonMyun xoxo
Malaikatku berikutnya, Kim Joonmyun. Apakah aku harus mengatakan bahwa Joonmyun adalah ‘kecelakaan’ kami yang kedua? Tapi kali ini bukan kecelakaan seperti itu yang kumaksudkan. Seperti yang kalian tau, Joonmyun saat ini berumur 12 tahun dan kakaknya, Sangwoo, berumur 13 tahun. Yup, mereka berdua hanya berjarak 1 tahun 2 bulan. Kami tidak pernah merencanakan untuk memiliki Joonmyun secepat itu setelah kami baru saja memiliki Sangwoo. Aku tidak akan pernah melupakan malam itu (aku tidak akan menyalahkan diriku disini, anggap saja ini semua salah Taeyeon dan hormon nya itu, ughh). Ini terdengar gila bagiku, Sangwoo baru berumur 5 bulan saat aku dan Taeyeon secara tidak sengaja malah membuat Joonmyun menjadi nyata dalam hidup kami. Aku tidak menyadari itu sampai akhirnya 2 bulan kemudian dokter dan berbagai testpac mengkonfirmasi hal itu.

Aku benar-benar tidak bisa berpikir saat itu, aku bahkan menangis sepanjang perjalanan pulang menuju apartment kami. Jangan salah, ini bukan karena aku tidak menginginkan Joonmyun (aku akan menampar diriku sendiri jika pikiran itu bahkan terbesit dalam otakku! Aku mungkin malah akan menyesal jika aku tidak memiliki Joonmyun. Kehadirannya selalu melengkapi kami). Aku menangis karena saat itu aku merasa sangat tidak siap untuk memiliki anak ketiga kami. Tidak perlu kalian bayangkan, namun apa yang bisa kuperbuat saat itu aku baru berumur 26 tahun, dengan 2 balita (Sangwoo baru berumur 7 bulan dan Soohyun baru saja menginjak 4 tahun) dan seorang suami yang membuatku merasa memiliki 3 balita di rumah.

Namun justru ‘balita’ inilah yang akhirnya menguatkan ku. Aku tidak akan pernah melupakan kata-katanya saat itu. “Kau tidak menginginkannya?” Katanya saat kami tiba didepan apartment kami. Dia kemudian memandang wajahku. “Kau ingin membuangnya, Fany?” Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar saat itu, ingin rasanya aku menampar wajah Taeyeon agar dia sadar dengan apa yang baru saja dikatakannya. Namun kemudian dia menyentuh wajahku dan mengusap air mataku, lalu mendaratkan ciuman singkat dibibirku. “Lalu apa yang kau takutkan, hmm? Apa kau kembali tidak mau lagi memandangku sebagai namja-mu?” Taeyeon tersenyum padaku, senyuman yang selalu bisa kupercaya. “Aku akan selalu berada di sisi mu, Fany. Aku akan membuat keluarga kecil kita bahagia sampai kapan pun. Ingat itu,” Dan aku percaya padanya. Kupeluk dirinya dengan erat, mengisyaratkan dirinya betapa aku mencintai suamiku. “Saranghae, noona,” bisik Taeyeon pada akhirnya. Oh betapa aku sangat menyukainya saat dia memanggilku noona (kenapa aku merasa kembali seperti remaja sekarang, aku sebaiknya tidak berlama-lama mengingat moment itu).

Dan pada akhirnya hadirlah Joonmyun dalam kehidupan kami 7 bulan kemudian. Kepribadian Joonmyun sangat berbanding terbalik dengan Sangwoo. Joonmyun benar-benar tumbuh menjadi anak yang periang dan selalu ceria. Dia selalu mempunyai cerita untuk dibagikan padaku dan aku selalu antusis mendengar hal-hal baru yang selalu diceritakan padaku (aku tidak sabar apa yang akan diceritakan padaku hari ini apalagi hari ini adalah hari pertamanya masuk SMP, kurasa aku harus mempersiapkan waktuku, dia pasti akan bercerita banyak!). Teruslah menjadi cahaya kami, Kim Joonmyun :*

BaeSeo xoxo
Dan terakhir, inilah malaikat kembar kami. Kim Baehyun dan Kim Seohyun. Lihatlah betapa menakjubkannya mereka. Kurasa hidupku sudah sangat lengkap dengan kehadiran mereka. Aku ingin mengatakan jika kedua malaikat ku ini juga bukanlah yang kami harapkan pada awalnya (lebih tepatnya hanya aku). Setelah memiliki Soohyun, Sangwoo, dan Joonmyun, kurasa hidupku sudah terasa lengkap. Memiliki 3 orang anak sudah cukup bagiku. Namun ternyata tidak bagi Taeyeon (aku seharusnya mengetahui motif nya dari awal!). Setahun setelah Joonmyun lahir akhirnya Taeyeon mengungkapkan keinginannya (kurasa ini harus disebut obsesi nya) untuk memiliki anak perempuan! Dan tentu saja aku menolaknya. Aku mengatakan jika 3 sudah lebih dari cukup bagiku. Namun aku mengenal suamiku, dan benar saja dia terus memohon padaku selama setahun penuh. Dan selama setahun itu pula aku selalu menggodanya, aku selalu meminum pil KB ku didepan dirinya saat kami hendak melakukan ‘hal itu’. Taeyeon selalu menampakkan wajah marah nya setelah itu (tapi bisa kupastikan itu hanya sementara, toh dia selalu menikmati hal setelahnya ;p). Hingga pada suatu hari kata-katanya membuatku terbengong (percaya padaku ini sama sekali bukan hal yang romantis) namun membuatku luluh pada akhirnya.

“Fany-ah, aku iri padamu,” segera kualihkan pandanganku dari tv, dan kutatap wajahnya bingung. “Ketiga anak kita selalu mengatakan betapa cantiknya dirimu,” aku semakin bingung dengan arah pembicaraannya. “Tapi mereka tidak pernah sekalipun mengatakan betapa tampannya diriku,” Namja ini kadang-kadang memang aneh. “Kurasa jika kita memiliki anak perempuan, dia akan mengatakan itu tiap hari padaku. Jadi aku tidak akan pernah merasa iri lagi padamu,” Taeyeon tersenyum lebar padaku. Oh God, seharusnya aku tau dari awal kemana pembicaraan absurd ini berujung. Aku hanya bisa bengong mendengar, namun akhirnya kulepaskan juga tawaku melihat usaha aneh nya itu. Kau benar-benar menginginkannya, Kim Taeyeon, dan aku tidak kuasa melihat wajah memohonnya kali ini. Aku ingat bagaimana dia memelukku saat akhirnya aku mengiyakan keinginannya. Namun aku ingin menunggu hingga Joonmyun berumur 3 tahun (aku tidak ingin jarak umur yg terlalu pendek terjadi lagi) dan aku membuatnya berjanji jika yang keempat adalah yang terakhir, apapun gender nya nanti (Taeyeon sangat yakin jika malaikat keempat kami adalah perempuan). Taeyeon menerima syaratku dan dengan sabar menunggu waktu itu datang (aku ingat bagaimana dia merencanakan honeymoon kami tepat satu hari setelah ulang tahun Joonmyun).

Kurasa nasib baik memang menimpa kami, karena setahun kemudian akhirnya kami mendapatkan anak perempuan, dan tidak hanya satu, tapi dua sekaligus! Kalian tidak akan bisa membayangkan bagaimana bahagia nya Taeyeon saat mengetahui hal itu. Dia berulang kali mengatakan jika dia adalah appa paling beruntung di dunia. Bagaimana dengan aku? Oh, aku tidak bisa melupakan perasaan itu, kurasa aku sudah melakukan hal baik di masa lalu sehingga aku mendapatkan kehormatan untuk membesarkan sepasang kembar paling menggemaskan di dunia. Baehyun dan Seohyun langsung menjadi primadona di keluarga kecil kami. Bahkan ketiga oppa mereka sangat antusias menyambut adik kembar nya. Hingga saat ini kedua malaikat kami benar-benar akhirnya mengunci kebahagiaan kami. Mereka akan selalu menjadi kekuatan bagiku dan Taeyeon, juga akan selalu menjadi adik-adik kecil bagi Soohyun, Sangwoo, dan Joonmyun. Kalian akan selalu menjadi penyemangat kami, dear Baehyunnie dan Seohyunnie sayang :*
Yeah, kurasa cukup untuk hari ini. Ini adalah tulisan awal untuk blog kami. Aku harap kami bisa membagi kisah kami lainnya di lain waktu. Aku tidak yakin Taeyeon akan menuliskan sesuatu disini, tapi dia berjanji akan membacanya dan siapa tau dia akan berbagi kisah? Kuharap saja begitu. Kami sudah sepakat untuk membuat blog ini bersama, dan dia berjanji akan menuliskan sesuatu juga. Jadi Kim-appa jika kau membaca ini, tepati lah janjimu. Ok honey, saranghae :*
*oopps aku harus pergi sekarang, aku mendengar malaikat-malaikat ku sudah pulang dari sekolah nya. Jadi sampai ketemu lagi di lain kesempatan. Annyeong.

-The End-

Ps: Haiiii. Sorry buat selipan one shot nya. Jadi ceritanya gw lagi suka stalking instagram orang random, bener-bener random aja gitu. Dan gw nemu beberapa akun yang akhirnya menginspirasi buat bikin one shot ini hehehe. Salah satu akun beneran punya 5 anak, salah satu akun beneran punya blog yang nge-share family life nya, salah satu beneran ada age different. Intinya gw gabungin aja sama khayalan taeny gw, dan jadilah fanfic paling random yang pernah ada ;p Sebenernya tadinya pengen gw bikin girlxgirl, tapi kayanya bakal susah nge-blend ide nya, jadilah gender bender (lagiiiii) hehehehe Dan buat nama Kim’s children nya sengaja cari yang emang marga nya Kim, kecuali si Irene ama Seohyun ya. Jadi jangan pernah mikir kalo gw suka sama ekso, not in a million way! Tapi Suho kayanya polite sih anaknya, jadi gw akhirnya meminjamlah karakter dia ;p Trus kalo si Irene, banyak yang bilang dia mirip taeyeon (??) gw nggak ngikutin red velvet, jadi gw nggak tau Irene yang mana, entah itu gambarnya bener Irene apa nggak, gw asal ambil aja dari google hahhaha Oh iya, yang paling penting gw ganti nama Irene jadi Baehyun, setau gw nama dia samaan sama Seohyun kan cuma beda marga doang, jadilah gw samain juga kaya si Seobaby. Dan please itu Baehyun, TANPA HURUF ‘K’ AFTER ‘BAE’. Note that.

Soooo, see you next time. Hope you enjoyed reading this one. Cheers! 🙂

Soccer Love (Chapter 13)

22 Aug

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

“Yah, sejak kapan Tiffany pernah tidak memaafkanmu?! Dia tidak pernah bisa marah terlalu lama padamu, kau tau itu. Hais!”

 

*Flashback – 7 tahun yang lalu*

Sebulan sudah berlalu sejak ‘perang dingin’ terjadi antara Taeyeon dan Tiffany. Taeyeon selalu menghindari Tiffany untuk menyembunyikan rasa cemburu yang menghinggapi dirinya. Sementara Tiffany juga tidak ingin membuang-buang waktunya hanya untuk terus berusaha membuat Taeyeon membuka mulutnya kenapa ia menghindari dan marah kepada dirinya. Tiffany selalu secara sengaja datang pada waktu latihan tiba, hanya untuk mengobrol dan bercanda dengan Siwon, dan secara tidak langsung menunjukkan pada Taeyeon bahwa dirinya juga bisa ‘bersenang-senang’ walau tanpa Taeyeon disampingnya. Hal ini lah yang membuat Taeyeon semakin cemburu dan dingin terhadap Tiffany, dan secara tidak langsung kepada Siwon juga.

“Yah, kukira kau sudah tidak ingin melihat Tiffany lagi?!” Goda Siwon saat ia tidak sengaja melihat foto Tiffany di dompet Taeyeon.

“Issh!” Taeyeon segera menutup dompetnya, menghalangi Siwon untuk menggodanya lebih lanjut.

“Kau tau seberapa marahnya dia kepadamu?” Tanya Siwon sambil memakai sepatunya. Taeyeon berusaha tidak menanggapi Siwon, karena biar bagaimanapun ia masih kesal dengan Siwon. Taeyeon merasa Siwonlah penyebab hubungan persahabatannya dengan Tiffany menjadi renggang seperti saat ini. “Yah, Taeyeon. Dia sangat marah kepadamu, tidakkah kau sebaiknya minta maaf padanya?” Kata Siwon sedikit berteriak karena Taeyeon berjalan untuk membuka lokernya, menjauhi dirinya, lebih tepatnya menghindari pembicaraan denganya.

“Bukan urusanmu, hyung,” Respon Taeyeon datar. Ia segera mengambil jerseynya, kemudian meletakkan handphone di lokernya saat tiba-tiba hp nya bergetar dan mendapati nama Tiffany di layarnya. Taeyeon memutar bola matanya, merasa semakin terintimidasi dengan panggilan telpon dari Tiffany saat ia sedang satu ruangan dengan Siwon yang jelas-jelas sedang membahas Tiffany dan dirinya.

“Taeyeon, lebih baik kita cepat ke lapangan, kau tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini kan? Kau harus.. Eh, Tiffany?” Kata-kata Siwon terpotong saat mendapati hp nya berbunyi dan panggilan tersebut tidak lain dari Tiffany. Taeyeon dengan reflek membalikkan badannya ke arah Siwon saat mendengar nama Tiffany. “Halo Tiffany,” Siwon menatap Taeyeon dan segera menunjuk pintu keluar memberi tanda pada Taeyeon untuk segera menuju lapangan. “Ah, Tiffany, maaf aku harus segera ke lapangan. Aku akan menelponmu lagi nanti, ok?” Siwon segera mematikan sambungan telponnya dan buru-buru meletakkannya di lokernya. Taeyeon kembali terdiam saat ia merasakan hp nya kembali bergetar dan kembali memunculkan nama Tiffany. “Ayo Taeyeon! Ini kesempatanmu untuk menembus tim utama!” Kata Siwon sambil menutup pintu lokernya dan bersiap keluar menuju lapangan.

“Kau pergilah duluan, hyung. Aku akan segera menyusul,” Kata Taeyeon yang perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak saat mengingat Tiffany.

“Ok, jangan sampai terlambat!” Pesan Siwon yang langsung pergi dengan sedikit tergesa-gesa. Setelah sedikit berdebat dengan dirinya sendiri akhirnya Taeyeon memutuskan untuk menelpon balik Tiffany.

“Tae….,” Tidak butuh waktu lama untuk Taeyeon mendengar suara Tiffany.

“Fany-ah, kau baik-baik saja?!” Tanya Taeyeon. Kepanikan segera melanda dirinya saat ia mendengar nada bergetar dalam suara Tiffany.

“Tae… Aku takut,” Kali ini isakan kecil mulai terdengar.

“Yah, Fany. Kau dirumah kan? Katakan padaku apa yang terjadi,” Tanpa pikir panjang Taeyeon segera mengambil jaketnya dan berlari keluar stadion.

“Cepatlah kemari, aku takut, Tae. Tae..,” Tiba-tiba saja Tiffany melepaskan sambungan telponnya yang membuat Taeyeon semakin panik.

“Fany?! Tiffany?! YAH!” Taeyeon menjadi frustasi sendiri. Ia segera memberhentikan taxi yang lewat dan meminta sopirnya untuk mengantarnya ke rumah Tiffany dengan cepat. Sepanjang perjalanan Taeyeon terus mencoba menghubungi Tiffany namun tampaknya Tiffany mematikan hp nya. Perasaan Taeyeon menjadi semakin tidak menentu, ia terus berdoa meminta agar tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Tiffany. Membutuhkan waktu 20 menit untuk akhirnya Taeyeon tiba di rumah Tiffany.  Ia terkejut saat mendapati rumah Tiffany tebuka lebar, dan yang membuatnya lebih terkejut lagi saat melihat kondisi dalam rumah Tiffany yang berantakan. Pikiran untuk hal terburuk pun langsung berputar di kepala Taeyeon. “Tiffany!” Taeyeon langsung berteriak memanggil nama Tiffany. Namun sama sekali tidak ada jawaban. Taeyeon terus meneriakkan nama Tiffany sambil memeriksa setiap ruangan yang ada di rumah itu. Hingga akhirnya ia mendapati salah satu ruangan yg terkunci, dan tanpa pikir panjang ia mendobraknya dengan paksa. “Fany!” Teriak Taeyeon sesaat setelah ia mendapati Tiffany sedang menangis sambil memeluk kedua lututnya di pojok ruangan.

“T-tae,” Tiffany mendongakkan kepalanya, memperlihatkan matanya yang merah dan sedikit membengkak akibat menagis, membuat Taeyeon langsung berlari memeluk dirinya. “Aku takut, Tae,” Kata Tiffany disela isakkan tangisnya.

“Sssttt. Aku disini, ok? Semuanya baik-baik saja,” Taeyeon berusaha menenangkan Tiffany, walaupun dia sendiri tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

 

Dua minggu berlalu semenjak kejadian tersebut, dan dua minggu penuh pula Tiffany tidak mau keluar rumah dan bertemu dengan orang-orang, well, kecuali Taeyeon tentu saja. Hingga pada akhirnya Tiffany mau menceritakan, hanya kepada Taeyeon, kejadian yang sudah menimpanya, yang membutnya trauma. Tiffany menceritakan semuanya kepada Taeyeon walaupun terlihat jelas ada nada frustasi dalam suara Tiffany saat ia harus mengingat semua kejadian tersebut. Bagaimana saat itu datang dua orang perampok yang memaksa masuk ke rumahnya, saat ia sendirian berada di rumahnya. Dan bagian yang membuatnya histeris adalah saat salah satu perampok tersebut berusaha untuk menyentuhnya dan ia harus sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dan berhasil bersembunyi di salah satu ruangan di rumahnya. Tiffany kembali menangis bila mengingat saat-saat kelamnya tersebut.

“Semuanya sudah berakhir, Fany-ah. Jangan menangis lagi, aku disini sekarang. Aku tidak akan meninggalkanmu, ok?” Kata Taeyeon sambil memeluk erat Tiffany yang berusaha manahan isakan tangisnya. “Sssttt, Maafkan aku, ok? Semua ini salahku. Aku tidak seharusnya meninggalkanmu. Mengabaikanmu,” Lanjut Taeyeon dengan penuh penyesalan. Tiffany hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar permintaan maaf dari Taeyeon. “Mianhe. Mianhe. Mianhe,” Kata Taeyoen tulus.

“It’s ok, Tae,” Jawab Tiffany pelan. “Hanya.. Jangan.. Tinggalkan aku.. Aku takut.. Tae,” Sambung Tiffany dengan terbata-bata. Taeyeon membelai lembut kepala Tiffany lalu menganggukkan kepalanya pelan, mengerti rasa trauma yang sekarang diderita ‘sahabat’ nya itu.

“Apa ini berarti kau mau memaafkan aku? Fany-ah?” Tanya Taeyeon berhati-hati.

“Tidak ada alasan untukku untuk tidak memaafkanmu, Tae. Tidak ada yang perlu dimaafkan jika itu menyangkut dirimu,” Jawab Tiffany setengah berbisik, membuat senyuman Taeyeon mengembang di wajahnya.

“Aku tidak akan meninggalkanmu, Fany-ah,” Taeyeon melepaskan pelukannya dan mendaratkan kecupan di kening Tiffany. Kemudian Taeyeon membelai pipi Tiffany menggunakan kedua ibu jarinya dan membuat keduanya memandang satu sama lain. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Taeyeon untuk kemudian menempelkan bibirnya di bibir Tiffany.

*Flashback – End*

 

“Apa yang kau pikirkan, pabo?! Kau mau ikut masuk atau terus berdiam disini?” Sunny sudah berdiri didepan pintu ruangan Tiffany.

“Aku akan menyusulmu sebentar lagi. Aku akan masuk tentu saja!” Balas Taeyeon yang tampak sudah sedikit menemukan kembali mood nya.

“Baiklah,” Sunny pun masuk ke ruangan Tiffany dan meninggalkan Taeyeon yang sedang berusaha menyemangati dirinya sendiri.

“Ini semua salahku. Kau terlalu egois, Kim Taeyeon. Aku tidak akan memaafkanmu jika sampai aku kehilangan Tiffany!” Taeyeon berbicara pelan pada dirinya sendiri. Ia pun menganggukkan kepalanya dan bangkit berdiri hendak menemui Tiffany.

“Taeyeon,” Tiba-tiba terdengar suara memanggil Taeyeon yang langsung menolehkan kepalanya dan mendapati Siwon sudah berdiri dibelakangnya.

“Kau!” Taeyeon tampak berusaha mengontrol emosinya saat melihat wajah Siwon. “Apa yang kau inginkan?” Tanya Taeyeon dingin.

“Aku hanya ingin menjelaskan sesuatu, Taeng. Aku tau kau tidak akan memaafkanku atas apa yang sudah kuperbuat terhadap Tiffany. Tapi aku hanya ingin kau tidak salah paham atas apa yang yang kau lihat tadi, ok? Dengarkan aku sebentar saja,” Pinta Siwon. Taeyeon terdiam sejenak.

“Katakan,” Taeyeon akhirnya mau mendengarkan penjelasan Siwon yang langsung menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana dia hanya khawatir dan merasa bersalah sehingga ia memutuskan untuk meminta maaf langsung dan datang ke rumah Taeyeon. Namun sesuatu yang tidak diduganya terjadi, ia menceritakan bagaimana Tiffany ketakutan saat ia datang ke rumah mereka dan ia memeluknya hanya untuk menenangkannya.

“Mwo?!” Taeyeon benar-benar terkejut mendengar penjelasan Siwon. Ia menghela nafasnya panjang. “Dia pasti benar-benar ketakutan,” Taeyeon kembali diliputi perasaan bersalah, kali ini berkali lipat.

“Aku hanya ingin mengatakan itu, Taeng. Kau harus percaya padaku kali ini. Tidak adil baginya jika kau menuduhnya berselingkuh atau sebagainya padahal pada kenyataannya dia tidak pernah memandang orang lain selain dirimu,” Siwon tersenyum lemah pada Taeyeon.

“Aku tau itu,” Jawab Taeyeon dingin. Biar bagaimanapun ia masih marah terhadap semua yang telah dilakukan Siwon.

“Baiklah jika kau mengerti. Aku akan pergi sekarang. Dan satu lagi. Kuharap kita bisa menyelesaikan semua masalah ini, jadi datanglah minggu depan. Club akan menjelaskan semuanya, kau akan mengerti mengapa Tiffany menyembunyikan semuanya darimu. Dia tidak bersalah, kau harus tau itu. Tidak sepantasnya dia menanggung semua ini,” Siwon hanya tersenyum simpul sekilas lalu pergi meninggalkan Taeyeon.

“Issh! Kau terlalu memperhatikan Tiffany, hyung! Apa kau tidak tau kalau dia sudah punya suami?!” Gumam Taeyeon dengan nada sarkastik. Ia pun membuka pintu ruangan Tiffany dan dengan berhati-hati berjalan mendekati Tiffany yang tampak masih tertidur itu. “Hey guys,” Taeyeon mencoba tersenyum pada Yuri, jessica, Sunny, dan Sooyoung yang sedang duduk berjejeran di sofa.

“Nah kapten, karena kau sudah sadar dan kembali hidup, jadi lebih baik kami pergi sekarang,” Kata Sooyoung yang langsung menerima pukulan pelan dilengannya dari Sunny.

“Yah, jaga omonganmu!” Sunny memandang tajam Sooyoung.

“Mian,” Balas Sooyoung yang langsung tersenyum imut pada Sunny.

“Issh!” Sunny menutup wajah Sooyoung dengan telapak tangannya.

“Jangan perhatikan mereka, Taeng,” Yuri memecah perhatian Taeyeon yang melihat keakraban Sooyoung dan Sunny, yang mengingatkan hubungannya dengan Tiffany saat ini. “Tiffany masih belum sadar dari tadi, jadi lebih baik kami pergi dulu sekarang, ok?” Yuri bangkit berdiri dan menarik Jessica untuk ikut berdiri.

“Kami akan datang lagi lain waktu, sampaikan salamku untuk Tiffany jika dia bangun nanti,” Jessica tersenyum pada Taeyeon lalu satu persatu dari mereka pun berpamitan dan meninggalkan Taeyeon sendirian diruangan itu bersama Tiffany. Taeyeon memandang wajah Tiffany untuk beberapa saat, tampak jelas ekspresi penyesalan diwajahnya.

“Mianhe, Fany-ah,” Katanya kemudian sambil merapikan selimut Tiffany dan memastikan Tiffany tetap nyaman dan hangat. “Saranghae,” Taeyeon mengecup kening Tiffany selama beberapa detik. Lalu ia pun memutuskan untuk beristirahat di sofa disamping tempat tidur Tiffany, menunggu istrinya itu bangun dari tidurnya.

 

Keesokan harinya..

Tiffany membuka matanya dan menyadari ia sedang tidak berada di kamarnya. Kepanikan mulai menyelimuti dirinya, ia merasa tidak aman dan hanya satu orang yang ada dipikirannya untuk berada disampingnya. “Tae?” Tiffany mulai memanggil nama Taeyeon, berharap suaminya itu ada disana bersamanya. “Taetae?” Kali ini Tiffany mencari Taeyeon dengan suara lebih keras, membuat Taeyeon ikut terbangun dari tidurnya.

“Fany,” Taeyeon membuka matanya dan langsung menghampiri Tiffany saat menyadari istrinya akhirnya bangun juga. “Aku disini, baby,” Taeyeon meraih tangan Tiffany, yang hendak meraba wajah Taeyeon, lalu meletakkannya diwajahnya. Senyuman lambat laun terlukis diwajah Tiffany.

“Tae, mianhe. Jeongmal mianhe. Jangan tinggalkan aku, aku tidak ingin berpisah denganmu,” Tiffany menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat kata-kata terakhir yang diucapkan Taeyeon padanya.

“Fany-ah,” Taeyeon segera menarik Tiffany dalam pelukannya. “My baby,” Lanjutnya seraya mengecup ujung kepala istrinya dan mempererat pelukannya. Taeyeon tidak bisa berkata-kata lagi karena ia merasa permintaan maaf nya tidak akan pernah bisa menutupi semua perasaan bersalahnya. Ia sudah terlalu menyakiti perasaan Tiffany. Keheningan pun terjadi untuk beberapa saat.

“Tae,” Tiffany pun akhirnya berusaha memecah keheningan saat ia merasa Taeyeon sama sekali tidak menanggapi dirinya.

“Mianhe,” Bisik Taeyeon tulus yang sama sekali tidak melepas Tiffany dalam pelukannya. Tiffany tidak butuh penjelasan untuk memahami maksud kata ‘mianhe’ dari suaminya itu, ia sudah cukup mengerti perasaan bersalah yang sedang menyelimuti Taeyeon dan ia tidak mau namja yang sangat dicintainya itu merasa lebih bersalah lagi. Tiffany hanya bisa membalas pelukan Taeyeon, memastikan suaminya bahwa ia sudah pasti memaafkannya. Senyuman penuh kelegaan bisa terlihat di wajah Tiffany.

“Tae,”

“Fany,” Panggil Taeyeon dan Tiffany dalam waktu bersamaan. “Hmm, yes baby?” Taeyeon dengan gentle mempersilakan Tiffany untuk berbicara terlebih dahulu.

“Tae, aku mempunyai kabar gembira untukmu,” Senyuman kembali merekah di wajah Tiffany. “Untuk kita,” Ralatnya kemudian. Taeyeon melepas pelukannya untuk memandang istrinya yang sedang tersenyum bahagia itu.

“Kau cantik sekali, baby,” Kata Taeyeon yang tiba-tiba terhipnotis oleh wajah yang ada dihadapannya itu. Taeyeon pun membelai wajah Tiffany yang sebenarnya masih terlihat pucat itu, ibu jarinya menyapu pipi hingga berhenti di bibir istrinya.

“Tae, kau mendengarku kan?” Tanya Tiffany yang merasa Taeyeon tidak menanggapi kabar yang akan disampaikannya itu.

“Teruskan, baby,” Jawab Taeyeon. Jarinya mulai mengusap bibir Tiffany lembut.

“Hmm. Tae..,” Kata-katanya langsung terhenti saat Taeyeon tanpa peringatan mendaratkan bibirnya ke bibir istrinya dan melumatnya tanpa ampun. Untuk beberapa saat Tiffany merespon ciuman suaminya itu hingga ia merasa perlu mengambil nafas dan melepas ciumannya yang juga langsung mengembalikan pikirannya yang sempat ‘terganggu’ oleh ciuman Taeyeon. “Tae, aku hamil,” Kata Tiffany sambil berusaha mengatur kembali nafasnya. Taeyeon seolah langsung membeku mendengar pengakuan istrinya itu, karena hal itulah yang sebenarnya ingin diungkapkannya sebelumnya. “Taeeee, tidakkah kau senang?” Tanya Tiffany saat menyadari Taeyeon sama sekali tidak menampakkan reaksinya dan segera meraba wajah suaminya itu untuk memastikan ia baik-baik saja. “Aku juga baru mengetahuinya 2 hari yang lalu, Tae. Maafkan aku. Aku ingin segera memberitahumu setelah pertandingan berakhir, tapi ternyata semuanya tidak sesuai rencanaku, kau tau setelah semua yang terjadi…,”

“Fany-ah, mianhe,” Taeyeon kembali memeluk erat dan memotong kata-kata Tiffany.

“It’s ok, Taetae,” Tiffany membelai lembut kepala Taeyeon untuk menenangkannya. “Kita bisa melupakan masalah kemarin, ok?” Tiffany tidak ingin Taeyeon terlalu berlarut dengan perasaan bersalahnya akibat pertengkaran hebat mereka kemarin. Taeyeon menggelengkan kepalanya lemah.

“Baby, maafkan aku. Tapi. Kau sudah kehilangan,” Taeyeon terdiam sejenak. “Janin.. Calon anak.. Kita,” Lanjut Taeyeon dengan terbata-bata. Tiffany tampak terdiam mencerna kata-kata Taeyeon.

“Maksudmu..?” Tiffany tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Mianhe, Fany-ah. Ini semua salahku,” Kata Taeyeon dengan nada penuh penyesalan. Tiffany hanya membeku di dalam pelukan Taeyeon, tidak ingin mempecayai semuanya. “Fany, baby. Are you ok?” Tanya Taeyeon saat menyadari Tiffany terus terdiam. Ia pun melepaskan pelukannya dan tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat melihat ekspresi wajah istrinya yang tampak sedang menahan air matanya yang hampir jatuh. “Fany..,” Kata-katanya pun terpotong saat Tiba-tiba Tiffany dengan dingin merebahkan kembali tubuhnya di tempat tidur rumah sakit dan menyembunyikan wajahnya dari pandangan Taeyeon. “Baby….,”

 

– To Be Continued –

 

Ps: Hahahaha kentang yah? Sorry sorry sorry :p Jangan protes chapter ini kependekan, karena sebelum di protes gw juga mau mengakui kalo emang pendek (setelah gw baca ulang), tapi yasudahlah mau diapain lagi hehe. Bagi yang udah lupa ceritanya kaya apaan, bisa dibaca lagi dari awal *pe-er sih emang* ya maklumlah setelah berbulan-bulan nggak update gw juga sempet lupa sama jalan ceritanya hahaha tapi gw ga pake acara baca ulang, jadi kalo ada yang rada nggak nyambung yah harap dimaklumin yaaaa hehehehe. O ya, chp ini gw dedikasikan buat 2 orang yang kemarin minta gw buat update di twitter hahaha *penting ini*

Hmmmm.. Yah, intinya I’m so glad to be back! Tapi masih nggak tau kapan bisa update lagi, yang pasti gw nggak bakal menelantarakan ff ini, karena gw sendiri juga nggak suka baca cerita yang nggak ada terusannya. Suka emosi sendiri nggak sih sama cerita yang nggak ada endingnya? Iya kan? Iya ajalah. Dan guys guys guyssssss, the best part of this year adalaaahhh GG TOUR di Jakarta! Yeaaayyyyyy yeaaaaahhhhhhhhh. FINALLY! Pokoknya gw nggak bisa describe rasa seneng gw! 😀 Buat kalian yang rencana nonton, sampai ketemu tanggal 14 September di MEIS yah! Woohooooo 😀 😀 Ah, pokoknya I love you guys! And see you guys soon! *hug hug hug*

Soccer Love (Chapter 12)

22 May

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

“Pabo,” Taeyeon berkata pada dirinya sendiri. Ia tersenyum lemah, mengasihani dirinya sendiri.

 

*Flashback – 7 tahun yang lalu*

“Oppa!” Tiffany memukul lengan Siwon.

“Mian mian,” Siwon berpura-pura kesakitan. “Aku akan membantumu, tenang saja,” Kata Siwon kembali memperlihatkan senyumnya.

“Thank you, oppa,” Tiffany pun memeluk Siwon, pelukan antar teman. Siwon membalas pelukan Tiffany selama beberapa saat dan sama sekali tidak menyadari kehadiran Taeyeon yang, sayangnya, harus dan sudah terlanjur melihat pemandangan yang sangat tidak ingin dilihatnya. Teman satu team nya berpelukan dengan sahabat yang diam-diam disukainya. 2 tahun berlalu sejak ia dan Tiffany berkenalan, setiap hari mereka menjadi semakin dekat dan hingga akhirnya mereka menjadi sahabat yang hampir selalu terlihat bersama. Tiffany selalu mendukung semua yang dilakukan Taeyeon, termasuk saat Taeyeon berusaha menembus tempat di tim senior club. Hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan posisi di tim senior 6 bulan yang lalu, dan itu jugalah masa di mana Taeyeon pertama kali memperkenalkan Tiffany pada rekan-rekan satu tim nya, termasuk Siwon.

“Ternyata mereka saling menyukai,” gumam Taeyeon yang langsung berpaling meninggalkan Tiffany dan Siwon bahkan tanpa menghampiri dan menyapa Tiffany sama sekali. “Fany, apakah hyung orangnya? Itulah kenapa kau sering datang ke tempat latihan kami? Untuk melihat Siwon hyung, huh?” Taeyeon mempercepat langkahnya menjadi setengah berlari, berusaha melupakan apa yang baru saja disaksikannya.

 

Beberapa jam kemudian..

“Yah Tae, kenapa baru mengangkat telponku? Kau dimana sekarang? Kenapa kau meninggalkanku? Kau tau berapa lama aku menunggumu tadi?!” Tiffany langsung melepaskan semua ‘kejengkelannya’ saat Taeyeon akhirnya mau mengangkat telpon darinya. Ia masih sebal karena merasa dikhianati oleh Taeyeon yang meninggalkan dirinya saat mereka sudah berjanji untuk pergi bersama setelah Taeyeon selesai berlatih.

“Mian,” Hanya itu kata yang terucap dari mulut Taeyeon.

“Tae? Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?” Tiffany mendadak menjadi khawatir saat mendengar nada suara Taeyeon dan cara menjawabnya yang tidak seperti biasanya.

“Aku baik-baik saja, Tiffany,” Jawab Taeyeon singkat.

“Kau tidak sedang baik-baik saja Mr. Kim, aku mengenalmu,” Tiffany masih bersikeras dan yakin bahwa sahabatnya itu sedang berbohong padanya.

“Sudah kubilang aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir,” Taeyeon masih berusaha menanggapi sikap keras kepala Tiffany.

“Katakan padaku, Tae. Atau aku akan pergi ke rumahmu sekarang juga, aku tau kau ada di rumah sekarang,”

“Cukup Tiffany! Tidak terjadi apa-apa padaku, ok! Jadi berhenti bersikap berlebihan seperti itu padaku. Kau tidak perlu lagi membuang-buang waktumu hanya untuk mengkhawatirkanku. Simpan tenagamu itu untuk orang lain,” Kata Taeyeon dingin.

“Tae..,”

“Aku capek sekali, Tiffany. Kita bicara lagi lain waktu. Bye,” Taeyeon langsung menutup sambungan telponnya. “Itupun jika masih ada waktu untukku, Tiffany,” gumam Taeyeon sambil memandang layar hp nya yang menampilkan foto dirinya dan Tiffany. Ia pun menghela nafasnya panjang, berharap apa yang baru saja dikatakannya adalah yang terbaik. Setengah telah berlalu saat Taeyeon mendengar suara klakson mobil yang khas didepan rumahnya. Ia pun segera berlari keluar rumahnya untuk memastikan, dan seperti yang sudah diduganya, Tiffany sudah berdiri didepan mobilnya sambil tersenyum melambaikan tangannya ke arah Taeyeon. Tanpa menunggu waktu lama untuk Tiffany masuk ke rumah Taeyeon bahkan sebelum Taeyeon mempersilakannya, itu sudah menjadi kebiasaan Tiffany dan Taeyeon biasanya tidak akan mempermasalahkan hal itu.

“Taeeeee,” Tiffany memperlihatkan wajah marahnya yang terlihat lucu dimata Taeyeon. “Kau kasar sekali tadi di telepon!” Tiffany masih memasang wajah cemberutnya.

“Untuk apa kau datang kesini? Bukankah sudah kutekankan kalau aku baik-baik saja?” Taeyeon berusaha sedingin mungkin menghadapi Tiffany. Kenyataan ia melihat gadis dihadapannya baru saja berpelukan dengan namja lain benar-benar membuatnya patah hati.

“Ck. Karena inilah aku datang kesini, Tae! Ada apa denganmu, hah? Kau bersikap tidak seperti biasanya, apa kau sakit?” Tiffany reflek langsung menyentuh kening Taeyeon untuk memastikan Taeyeon tidak demam, namun dengan sigap Taeyeon menampik tangan Tiffany.

“Aku baik-baik saja, lebih baik kau pulang, Tiffany,”

“YAH! Kim Taeyeon. Ada apa denganmu? Apa kau sedang marah padaku? Aku sedang bersikap baik padamu, kenapa kau membalasku seperti itu?!” Tiffany akhirnya tidak bisa lagi menghadapi sikap dingin Taeyeon. Tiffany memandang Taeyeon yang tampak menghindari tatapan mata Tiffany. “Baiklah kalau itu maumu,” Tiffany memandang sekilas wajah Taeyeon, lalu segera berpaling dan beranjak pergi dari hadapan Taeyeon. Sesampainya didepan luar rumah, Tiffany menghentikkan langkahnya dan berbalik memandang Taeyeon. “Yah, aku membencimu Kim Taeyeon!” Teriak Tiffany kemudian. Taeyeon tampak terkejut mendengar teriakan Tiffany.

“Ya ya, bencilah aku sesukamu!” Balas Taeyeon.

“TAE!” Tiffany berbalik terkejut mendengar Taeyeon masih sempat membalasnya. Taeyeon menatap Tiffany dengan wajah dinginnya lalu masuk kedalam rumahnya dan membanting pintunya keras. Tiffany benar-benar speechless melihat tingkah laku Taeyeon. Sedangkan Taeyeon hanya bisa terdiam mengingat apa yang baru saja dilakukannya terhadap Tiffany.

“Dia pasti benar-benar membenciku sekarang,” gumam Taeyeon diiringi hembusan nafas panjangnya.

*Flashback – End*

 

Taeyeon terus berdiri, memandang kosong ke arah orang yang tengah membuat hatinya sakit saat ini. Dan setelah beberapa saat, Siwon merasakan sesuatu yang membuatnya kemudian membalikkan badannya. Betapa terkejutnya dia saat melihat Taeyeon sedang berdiri memandang dirinya sedang memeluk Tiffany.

“Taeyeon,” Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Siwon. Pandangan Taeyeon masih terpaku pada Tiffany, kepedihan tampak jelas terpancar dari matanya.

“Tae?” Tiffany reflek langsung melepaskan diri dari pelukan Siwon saat mendengar nama Taeyeon, orang yang sangat diinginkannya untuk berada disampingnya saat ini. Tiffany masih belum berhenti menangis akibat ketakutan yang baru saja dialaminya, dan kini tangisannya semakin pecah saat akhirnya ia tau Taeyeon kembali ke rumah mereka. Dengan susah payah Tiffany bangkit berdiri dan berjalan ke arah Taeyeon. Namun Taeyeon sama sekali tidak beranjak dari tempatnya, bahkan saat Tiffany harus terjatuh karena menabrak benda-benda di sekelilingnya. Ia sama sekali tidak tergerak untuk datang kepada Tiffany dan hanya terus memandang Tiffany berjalan ke arahnya. Kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan seperti bercampur di dalam diri Taeyeon. “Taetae,” Tiffany akhirnya berada dihadapan Taeyeon dan langsung memeluk erat tubuh Taeyeon, menangis sejadi-jadinya sambil mendekap tubuh suaminya itu.

“Jangan menangis,” Kata Taeyeon dengan nada dingin. Tiffany menggelengkan kepalanya.

“Tae, aku takut. Jangan tinggalkan aku,” Kata Tiffany disela tangisannya. Entah mengapa kata-kata Tiffany membuat perasaan Taeyeon terintimidasi, apalagi bayangan istrinya itu berpelukan dengan Siwon didepan matanya sendiri masih berputar di benaknya.

“YAH! Sudah kubilang BERHENTI MENANGIS!” Taeyeon akhirnya berteriak pada Tiffany mengeluarkan emosinya. Tiffany merasa shock mendengar Taeyeon berteriak padanya. Lambat laun ia melepaskan pelukannya pada Taeyeon.

“Tae, mianhe,” Kata Tiffany dengan suara bergetar. Taeyeon menutup matanya sejenak, mencoba mengontrol kembali semua emosinya.

“Dengar Tiffany. Aku tidak peduli lagi. Lakukan apapun yang kau inginkan. Berbohonglah padaku sebanyak yang kau inginkan. Atau kau bisa kembali pada hyung jika itu yang kau inginkan,” Taeyeon melihat sepintas ke arah Siwon yang berdiri tidak jauh di belakang Tiffany. “Dan. Kita bisa berpisah jika memang itu yang kau inginkan,”

“Tae,” Tiffany tidak bisa membendung air mata yang semakin banyak keluar dari matanya, mendengar kata-kata yang baru saja diucapkan Taeyeon.

“Selamat tinggal, Fany,” Taeyeon mencium kening Tiffany dan kemudian ia pun berjalan keluar menuju mobilnya.

“Tae!” Tiffany berusaha memanggil Taeyeon saat ia merasa suaminya itu pergi menjauh darinya. Ia pun segera melangkahkan kakinya untuk mengejar Taeyeon, namun baru beberapa melangkah tiba-tiba *bruk* Tiffany terjatuh tidak sadarkan diri. Siwon langsung berlari untuk menolong Tiffany. Kepanikan langsung melanda Siwon saat akan mengangkat Tiffany.

“KIM TAEYEON!” Siwon memanggil Taeyeon yang sedang membuka pintu mobilnya dengan sekeras-kerasnya. Siwon tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat darah mulai mengalir di kaki Tiffany.

 

Beberapa jam kemudian, di rumah sakit..

“Mr. Kim?” Panggil dokter Kang sesaat setelah ia keluar dari ruang ICU rumah sakit.

“Ah ya, dokter Kang,” Taeyeon langsung bangkit berdiri sembari menghapus sisa air mata yang keluar dari matanya. “Bagaimana keadaannya?” Tanya Taeyeon lemah.

“Hmm. Lebih baik kita berbicara di ruangan saya. Mari,” dokter Kang berjalan terlebih dahulu lalu Taeyeon dengan patuh mengikuti dibelakangnya. “Begini, Mr. Kim,” dokter Kang memulai pembicaraan sesampainya mereka diruangannya.

“Katakan dok,” Kata Taeyeon dengan nada pasrah.

“Mrs. Kim mengalami stress dan itu yang membuatnya pingsan,” Jelas dokter Kang kemudian. Taeyeon menghela nafasnya sedikit lega karena tidak terjadi sesuatu yang lebih serius pada Tiffany.

“Saya mengerti dok,” Taeyeon mencoba tersenyum. “Tapi dokter,” Ia tiba-tiba teringat sesuatu. “Tadi saya melihat darah, apakah..,”

“Nah itulah poin yang saya ingin katakan, Mr. Kim,” dokter Kang langsung memotong kata-kata Taeyeon. “Stress itu jugalah yang mempengaruhi kandungannya.”

“Mwo?!” Taeyeon memandang dokter Kang tidak percaya. “Apa maksud anda? Kandungan? Apa ini berarti istri saya sedang hamil?”

“Oh. Anda belum mengetahuinya, Mr. Kim?” Tanya dokter Kang. Taeyeon menggelengkan kepalanya. Dokter Kang menghela nafasnya panjang. “Begini Mr. Kim. Saya baru mengetahui istri anda sedang mengandung,” dokter Kang melihat kembali file yang ada dihadapannya. “5 minggu,” Ia kemudian menatap Taeyeon. “Dan itu adalah usia yang sangat riskan untuk masa-masa kehamilan,” dokter Kang masih menatap Taeyeon yang tampak masih terkejut bercampur bingung. “Dan dengan sangat menyesal saya harus menyampaikan ini, Mr. Kim. Kami tidak berhasil menyelamatkan janin tersebut. Stress yang dialami istri anda adalah penyebab terbesar terjadinya keguguran,” Jelas dokter Kang lebih lanjut. Taeyeon tampak dua kali lebih terkejut kali ini, ia sama sekali tidak bisa berkata-kata untuk merespon dokter Kang. “Sekali lagi saya turut menyesal, Mr. Kim. Anda bisa menemui istri anda sebentar lagi, kami sedang memindahkannya ke ruang perawatan,” Kata dokter Kang saat menyadari Taeyeon sama sekali tidak bereaksi. Taeyeon hanya menganggukan kepalanya pelan.

“Terima kasih, dokter,” Kata Taeyeon tanpa ekspresi yang kemudian langsung beranjak dari kursinya dan berjalan keluar ruangan dengan tatapan kosong di matanya.

 

Beberapa saat kemudian..

Taeyeon duduk termenung dikursi didepan ruang perawatan Tiffany. Pikirannya benar-benar kacau saat ini.

“Taeng! Apa yang terjadi?” Yuri tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapan Taeyeon.

“Bagaimana keadaan Tiffany? Kenapa kau duduk diluar?” Sambung Jessica yang menggandeng tangan Yuri. Taeyeon hanya menggelengkan kepalanya. Yuri kemudian duduk disamping Taeyeon.

“Sica, kau masuklah dulu kedalam,” Pinta Yuri. Jessica memandang Yuri dan Taeyeon bergantian, kemudian menuruti perkataan Yuri dan langsung berjalan memasuki ruangan Tiffany. “Yah Taeng, lihatlah dirimu,” Yuri berusaha memulai pembicaraan dengan Taeyeon. “Kau berantakan sekali, kau tau. Kau bisa merusak image mu sendiri,” Yuri masih berusaha mencairkan suasana. Namun tampaknya Taeyeon sama sekali tidak mendengarkan Yuri.

“Aku orang yang jahat, kan, Yul,” Taeyeon akhirnya mengeluarkan suaranya. Tatapannya kosong. Yuri memandang prihatin sahabat sekaligus rekan setimnya itu.

“Taeng, semua orang pasti berbuat kesalahan. Dan menyadari kesalahan adalah bagian dari proses dari memperbaiki kesalahan itu sendiri. Kau boleh merasa bersalah tapi jangan sampai kau larut dalam perasaan itu karena itu tidak akan memperbaiki keadaan sama sekali,” Yuri memandang Taeyeon lalu menepuk pundaknya. “Kau tau apa yang harus kau lakukan, kapten,” Katanya kemudian meninggalkan Taeyeon dan menyusul Jessica. Taeyeon masih termenung saat ia menyadari Sooyoung dan Sunny sudah berada dihadapannya.

“Taeng,” Sunny duduk disebelah Taeyeon dan langsung memeluk saudara kembarnya itu.

“Sunny-ah,” Taeyeon tampak bisa sedikit rileks sekarang. Sunny menepuk-nepuk punggung Taeyeon dan memberi tanda pada Sooyoung untuk meninggalkan mereka berdua. Sooyoung pun mengangguk dan berjalan masuk kedalam ruangan Tiffany.

“Ada apa denganmu, Taeng? Kenapa kau seperti ini?” Tanya Sunny dengan hati-hati. Taeyeon melepaskan pelukan Sunny dan menundukkan kepalanya. “Sooyoungie dan Jungwoon oppa sudah menceritakan semuanya padaku semua yang terjadi setelah pertandingan tadi. Kau marah?kecewa?Apa yang kau rasakan?kau berhak untuk merasakan itu semua,” Sunny berusaha menatap wajah Taeyeon yang masih menundukkan kepalanya itu. “Tapi apa kau mendengarkan penjelasan dari Tiffany? Kau memberikan kesempatan padanya untuk berbicara?” Tanya Sunny seolah bisa membaca semua yang terjadi pada Taeyeon dan Tiffany. “Taengoo?” Sunny masih menunggu respon dari Taeyeon yang masih terdiam itu, dan mendapatkan gelengan kepala dari Taeyeon beberapa saat kemudian. “Dan sekarang kurasa kau sudah mengerti kenapa semuanya menjadi seperti ini,” Sunny tersenyum masih berusaha menatap wajah Taeyeon. “Berikan kesempatan berbicara untuknya, Taeng. Biarkan dia menjelaskan semuanya, dia berhak untuk itu. Dengarkan apa yang dikatakannya, dan setelah itu baru hakmu untuk melakukan apapun yang kau inginkan,” Kata Sunny dengan nada bijaksana. Taeyeon akhirnya memandang Sunny.

“Apa yang harus kulakukan sekarang, Sunny,” Tanya Taeyeon dengan wajah penuh tekanan. Sunny hanya tersenyum memandang saudara sekaligus sahabatnya itu.

“Biar kutebak. Kau yang menyebabkan dia seperti ini sekarang? Apa yang kau lakukan? Berteriak padanya? Menyakiti hatinya? Egois, huh?” Sunny menggeleng-gelengkan kepalanya. Taeyeon tidak berani memandang Sunny dan hanya memandang kebawah, ia sadar semua yang dikatakan Sunny adalah benar adanya. “Dan sekarang kau menyesal. Tipikalmu, Taeng. Dan kau masih bertanya padaku apa yang harus kau lakukan?!” Sunny memukul pelan kepala Taeyeon.

“Aku takut,” Kata Taeyeon pelan.

“Hais, kau takut untuk meminta maaf pada istrimu sendiri?”

“Bukan seperti itu. Aku takut jika dia tidak mau memaafkanku. Aku sudah menyakitinya. Terlalu dalam,” Jawab Taeyeon dengan nada sangat pelan. Sunny tertawa kecil mendengar kata-kata Taeyeon.

“Yah, sejak kapan Tiffany pernah tidak memaafkanmu?! Dia tidak pernah bisa marah terlalu lama padamu, kau tau itu. Hais!”

 

– To Be Continued –

 

 

Ps: Yes yes yes, I’m back haha Akhirnya bisa juga update 1 chapter. Life’s too busy lately :p Semoga nggak mengecewakan yah chapter ini, maklum lah gw udah hampir lupa sama storyboard yang gw bikin dulu hehehehe. Plus itu gw lagi pengen banget bikin cerita Taeyeon sodaraan kembar sama antara Jessica atau Sunny, dan karena gw nggak mungkin bikin cerita baru akhirnya disini aja gw bikin Sunny jadi sodara kembarnya Tae (karena kalo Jess udah nggak mungkin) cool cool hahaha.

Okelah, sekian dulu dari gw. Sampe ketemu lagi di waktu yang tidak ditentukan. Dengan ini saya menyatakan kembali hiatus. Annyeeeeeooooonnnggggggg. 😉

 

Soccer Love (Chapter 11)

15 Mar

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

Keesokan harinya..

“Taetae!” Panggil Tiffany saat melihat Taeyeon sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

“Fany? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Taeyeon setengah terkejut melihat Tiffany datang ke lapangan tempat dirinya baru saja selesai berlatih.

“Yah Tae, kau amnesia? Bukankahkah sudah kubilang kemarin kalau aku akan datang menemui hari ini?!” Jawab Tiffany yang kemudian memasang wajah cemberutnya, membuat Taeyeon menahan tawanya.

“Ah iya iya aku ingat. Bagaimana kau tau tempat latihanku?”

“Bukan hal yang sulit untuk mencari tau, Tae,” Kata Tiffany acuh. Ia kemudian melihat jam ditangannya. “Nah, ayo kita pergi sekarang!” Tiffany langsung menarik tangan Taeyeon tanpa melihat Taeyeon yang sedang mengikat tali sepatunya.

“Hais tunggu sebentar, Fany-ah!” Taeyeon langsung menyelesaikan mengikat sepatunya. “Lagipula kita akan pergi kemana? Kenapa terburu-buru sekali?”

“Ke rumahku. Kau sudah berjanji akan membantuku, kan?” Tiffany kembali mengingatkan janji Taeyeon.

“Yeah, aku ingat itu.”

“Kajja!” Tiffany kembali menarik tangan Taeyeon.

 

Beberapa saat kemudian..

“Emm. Tiffany,” Panggil Taeyeon ragu-ragu saat keduanya tengah menaiki sebuah bus menuju rumah Tiffany. “Fany-ah,” Panggil Taeyeon sekali lagi saat mendapati Tiffany yang sedang memandang ke luar jendela sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

“Ah ya?” Tiffany akhirnya menanggapi Taeyeon.

“Sebenarnya apa yang harus kulakukan?” Tanya Taeyeon kemudian. “Emm. Dirumahmu,” Sambung Taeyeon dengan suara pelan. Wajahnya sedikit memerah saat memikirkan ia akan pergi ke rumah Tiffany.

“Yaah, ada apa dengan wajahmu?” Tiffany menahan tawanya saat melihat perubahan warna di wajah Taeyeon. Tiffany kemudian menyentuh dahi Taeyeon, membuat wajah Taeyeon semakin merah. “Kau aneh sekali, Tae,” Kata Tiffany diiringi tawanya.

“Kau belum menjawab pertanyaanku,” Balas Taeyeon yang menghindari tatapan Tiffany, berusaha menahan rasa malunya.

“Well, aku ingin kau kerumahku untuk bertemu dengan adikku. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, dan dia sangat mengidolakanmu, dan dia sangat ingin bertemu denganmu, dan yah aku hanya ingin memberinya kejutan. Sederhana kan?” Jawab Tiffany sambil tersenyum bangga dengan rencananya.

“Kau..,”

“Aku tau, aku memang unnie yang baik,” Potong Tiffany dengan percaya diri yang tinggi. Taeyeon hanya bisa terbengong beberapa saat melihat yeoja ‘aneh’ yang ada disampingnya itu.

“Ngomong-ngomong, apa adikmu itu bernama Miyoung?” Tanya Taeyeon penasaran, membuat Tiffany kaget mendengarnya.

“Yah! Bagaimana kau tau nama itu?!” Tiffany balik bertanya dengan nada suara yang sedikit panik. Ia benar-benar kaget Taeyeon mengetahui namanya.

“Aku mendengar Mr. Hwang menyebut namanya beberapa hari yang lalu,” Jawab Taeyeon polos. “Beliau juga bilang kalo putrinya sangat mengidolakanku, aku yakin putrinya yang dimaksud itu bukanlah dirimu, jadi kemungkinan Miyoung adalah adikmu, benarkan? Atau kau masih punya saudari yang lain?”

“Issh! Adikku bernama Seohyun, dan aku tidak punya saudara yang lain. Kakakku sudah pergi 3 tahun yang lalu,”

“Wah, apa itu berarti,” Taeyeon membelalakan matanya memandang Tiffany. “Miyoung itu kau?” Tanya Taeyeon sambil menahan tawanya.

“Yah Kim Taeyeon! Tidak baik menertawakan orang seperti itu!” Kata Tiffany dengan wajah kesal tergambar jelas di wajahnya.

“Mian mian,” Taeyeon langsung menghentikan tawanya. Keheningan melanda keduanya untuk beberapa saat. “Hmm. Tiffany,” Taeyeon akhirnya memecah keheningan tersebut.

“Hmm?” Tiffany merespon dengan tidak bersemangat.

“Kau tadi bilang kakakmu sudah pergi, apa maksudmu dia..,”

“Ya, dia meninggal 3 tahun yang lalu. Karena kecelakaan mobil,” Terang Tiffany sebelum Taeyeon sempat bertanya lebih lanjut. “Kau tau, aku ada disana bersamanya saat itu. Aku melihatnya. Aku melihat semuanya. Tubuhnya berlumuran darah. Dia benar-benar tidak berdaya dan aku hanya  bisa menangis melihatnya seperti itu,” Tiffany mulai berkaca-kaca.

“Fany-ah,” Taeyeon merasa bersalah sudah membuat Tiffany mengenang masa lalunya. Tiffany hanya menggelengkan kepalanya.

“Kau tau apa yang dikatakannya saat itu? ‘Miyoung-ah, jangan pernah menangis lagi. Kau tidak boleh takut, oppa ada disini, oppa akan selalu melindungimu. Kau harus kuat, arraso?’ Dia bahkan masih bisa tersenyum saat mengatakan itu padaku. Aku tidak pernah tau kalau itu adalah kata-kata terakhirnya,” Tiffany akhirnya tidak kuasa menahan air matanya.

“Tiffany,” Taeyeon langsung memeluk Tiffany yang sedang memperlihatkan sisi rapuh dari dirinya itu. Tiffany hanya bisa menangis didalam pelukan Taeyeon, mengeluarkan semua perasaan yang selalu dipendamnya selama bertahun-tahun itu. Tiffany tidak pernah menangisi kematian kakaknya, bahkan dihadapan keluarga dan teman-teman dekatnya sekalipun. Kata-kata terakhir oppanya itu selalu tertanam jelas diotaknya, bahwa ia harus kuat dan tidak boleh lagi menangis. Namun sekarang seolah semuanya tidak berarti lagi. Didalam pelukan Taeyeon ia merasa bisa mengeluarkan semuanya, membagi kesedihannya, memperlihatnya sisi lemah dari dirinya. Entah mengapa ia merasa nyaman bersama dengan orang yang bahkan baru saja dikenalnya itu.

“Maafkan aku, Tae,” Tiffany tiba-tiba melepas pelukan Taeyeon setelah beberapa saat menyadari ia baru saja menangis dipelukan taeyeon. “Aku tidak seharusnya seperti ini,” Kata Tiffany sambil menghapus air matanya.

“Maafkan aku. Sudah membuatmu menangis,” Balas Taeyeon pelan.

“Kurasa Donghae oppa tidak akan memaafkanmu jika dia tau kau sudah membuatku menangis, Tae,” Tiffany tertawa kecil, berusaha mengembalikan kembali mood nya.

“Heh?” Taeyeon memandang Tiffany dengan ekspresi kaget. Tiffany menganggukkan kepalanya.

“Oppa tidak pernah membiarkanku dan Seohyunie menangis. Dia bahkan pernah memarahi teman Hyunnie yang membuatnya menangis pada waktu TK. Kurasa dia akan mendatangimu nanti malam, Tae,” Bisik Tiffany membuat Taeyeon menahan nafasnya. Tiffany tersenyum lebar melihat ekspresi wajah Taeyeon. “Yah! Apa kau takut?!” Tanya Tiffany yang kali ini tidak bisa menahan tawanya.

“Tidak!”

“Kau takut, Tae!”

“Tidak! Hais, dengarkan aku. Aku tidak akan membuatku menangis lagi, arraso?!” Kata Taeyeon memandang kedalam mata Tiffany.

“Tae,” Tiffany tiba-tiba kehilangan kata-katanya.

“Aku berjanji, Fany-ah. Aku berjanji padamu dan Donghae hyung, aku tidak akan membiarkanmu menangis lagi,” Kata Taeyeon dengan nada serius. Tiffany masih terdiam memandang Taeyeon. “Hais, kau harus percaya padaku, Tiffany. Bukankah kita sudah berteman sekarang?” Taeyeon tersenyum pada Tiffany sambil menunjukkan jari kelingkingnya. Tiffany menganggukan kepalanya dan membalas senyuman Taeyeon.

“Yeah, kita memang berteman, Kim Taeyeon,” Tiffany mengaitkan jari kelingkingnya pada kelingking Taeyeon. Mereka tersenyum memandang satu sama lain. “Tapi, Tae,” Tiffany mendekatkan kepalanya pada telinga Taeyeon.

“Eh?”

“Tetap saja nanti malam kau harus bersiap-siap bertemu oppa,” Bisik Tiffany masih berusaha menakuti Taeyeon.

“Yah!” Teriak Taeyeon yang langsung menjauhkan kepala Tiffany.

“Kau takut, Tae!” Tiffany tertawa puas melihat reaksi Taeyeon.

“Aku tidak takut!”

“Kau takut!”

“Tidak!”

“Takut takut takut!”

“Tidak tidak tidak!”

“Takut!”

“Tidak!”

Mereka terus beradu argumentasi sepanjang sisa perjalanan ke rumah Tiffany.

*Flashback – End*

 

Taeyeon bersandar pada tembok, memikirkan semua yang telah dilakukannya pada Tiffany. Tak lama kemudian ia mengambil dompet disakunya dan menarik sebuah foto didalamnya. “Mianhe,” Taeyeon berbicara pada foto tersebut, foto Tiffany sedang tersenyum memperlihatkan eye-smile nya dan disamping Tiffany terdapat Hyunsung sedang mencium pipi ummanya itu. “Tersenyum seperti itu, Fany-ah,” Gumam Taeyeon. Setetes air mata tiba-tiba jatuh dari matanya membayangkan Tiffany menangis karena pertengkarannya dengannya tadi. “Aku melanggarnya lagi, huh? Janjiku sendiri,” Taeyeon masih berbicara pada foto yang sedang dipegangnya. Kemudian ia kembali memejamkan matanya untuk beberapa saat. “Tiffany mianhe. Kuharap kau memaafkanku,” Taeyeon langsung bangkit berdiri dan segera meninggalkan rumah Yuri untuk kembali ke rumahnya. Ia bertekad untuk meminta maaf dan mendengarkan semua penjelasan dari Tiffany.

 

Sementara itu di rumah Taeyeon, Tiffany, dan Hyunsung..

“Unnie, lebih baik kau istirahat dulu. Kau terlihat sangat capek,” Jiyeon berusaha membujuk Tiffany untuk yang kesekian kalinya. Namun ia selalu mendapatkan jawaban yang sama.

“Aku sedang menunggu Taeyeon,” Jawab Tiffany hampir tanpa ekspresi.

“Unnie,” Jiyeon, seolah tidak tega melihat kondisi Tiffany saat ini, langsung memeluk Tiffany.

“Istirahatlah, Jiyeonnie. Aku baik-baik saja. Aku tau Tae pasti akan kembali, aku akan terus menunggunya,” Kata Tiffany kemudian.

“Unnie.”

“Percayalah padaku. Kau lebih baik tidur sekarang. Dan terima kasih sudah menemaniku dan Sungie malam ini,” Tiffany mencoba tersenyum pada Jiyeon.

“Baiklah unnie. Aku akan memeriksa Sungie terlebih dahulu. Jika kau butuh sesuatu langsung bangunkan aku, ok?” Jiyeon masih terlihat khawatir. Tiffany menganggukan kepalanya. “Istirahatlah secepatnya, unnie,” Tambah Jiyeon yang kemudian pergi meninggalkan Tiffany seorang diri di ruang tamu. Sudah beberapa jam semenjak Taeyeon mengusirnya dan ia sama sekali tidak beranjak dari sofa di ruang tamu keluarganya, menunggu Taeyeon pulang ke rumah mereka. Dan tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan di pintu rumahnya.

“Tae!” Gumam Tiffany senang. Senyuman akhirnya terlukis di wajahnya. Ia sangat yakin Taeyeon yang sedang berada didepan pintu, dan tanpa pikir panjang Tiffany langsung membuka pintu dan memeluk namja yang sedang berdiri dihadapannya itu. “Tae,” Tiffany tersenyum dan mempererat pelukannya. Namun sedetik kemudian senyumannya langsung menghilang, digantikan oleh wajah panik dan ketakutan. Tangannya menyusuri wajah namja tersebut. “K-kau, bukan Tae!” Tiffany melangkah mundur dengan langkah ketakutan. Ia baru menyadari, Taeyeon tidak pernah mengetuk pintu rumah mereka jika ia pulang. Taeyeon selalu membawa kunci rumah mereka.

“Tiff,” Suara namja itu semakin membuat Tiffany kalut.

“Pergi! Pergi! Pergi!” Tiffany mulai histeris. Namun namja itu malah semakin mendekati dirinya, membuat Tiffany semakin merasa tidak aman. Rasa trauma kembali menghinggapi dirinya. Air mata ketakutan mulai keluar dari matanya.

“Tiffany,” Namja itu mencoba meraih tangan Tiffany, namun Tiffany langsung menampiknya.

“Jangan! Jangan sentuh!” Tiffany terus berjalan mundur menghindari namja tersebut, tubuhnya bergetar karena ketakutan. “Jangan dekati aku!” Tiffany terus menjaga jarak hingga akhirnya ia terjatuh karena menabrak meja. “Pergi pergi pergi,” Tiffany terus memohon. Namun tiba-tiba namja tersebut memeluk tubuhnya, membuat Tiffany semakin berteriak histeris.

“Tiff. Tiffany. Hey, ini aku Siwon,” Kata Siwon dengan lembut.

“O-oppa,” Tiffany akhirnya mulai tenang setelah mengetahui orang itu adalah Siwon. “Oppa,” Tiffany langsung memeluk Siwon dan menangis dalam pelukan Siwon, melepas semua ketakutan yang baru saja dirasakannya. Siwon mempererat pelukannya, menepuk-nepuk punggung Tiffany, mencoba menenangkannya. “Aku takut, oppa,” Tiffany terus menangis membayangkan hal buruk itu kembali menimpa dirinya.

“Ssst, jangan takut, Tiffany. Ini aku disini,” Siwon terus melakukan yang bisa dilakukannya untuk membuat Tiffany benar-benar tenang. Mereka terus berpelukan seperti itu saat Taeyeon tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu  rumahnya yang sudah terbuka itu. Taeyeon berdiri kaku melihat pemandangan didepannya.

“Pabo,” Taeyeon berkata pada dirinya sendiri. Ia tersenyum lemah, mengasihani dirinya sendiri.

 

– To Be Continued –

 

*Bonus Scene*

 

“Mwo?! Jangan bilang kau juga suka dengannya, Seohyunnie?” Yoona memandang lekat wajah sahabatnya itu.

“Tentu saja. Semua orang menyukainya, oppa. Kau harus melihat bagaimana jika dia bermain dilapangan, benar-benar berkharisma,” Kata Seohyun sambil membayangkan idola barunya itu.

“Aku sudah sering melihatnya bermain, jadi berhenti memujinya, Hyunnie!” Yoona memperlihatkan wajah kesalnya yang justru terlihat imut dimata Seohyun.

“Aigooo, apa kau cemburu, oppa?” Goda Seohyun yang tersenyum lebar dihadapan Yoona.

“Sangat. Bukankah sudah kubilang kau hanya boleh memuji permainanku. Apa kau lupa untuk siapa aku bermain bola?” Yoona mendekatkan wajahnya pada wajah Seohyun, balik menggoda sahabatnya. Ia pun menahan tawanya saat melihat wajah Seohyun yang menjadi merah padam akibat wajahnya yang hanya berjarak satu sentimeter dari wajah Yoona.

“O-oppa,”

“Nah, Tapi kau benar, Hyunnie,” Yoona langsung menarik kembali wajahnya dari hadapan Seohyun sebelum sahabatnya itu sempat berbicara. Ia tersenyum penuh kemenangan melihat Seohyun yang masih menahan rasa malu setelah ia dengan sukses menggodanya. “Harus kuakui, Taeyeon hyung memang memiliki skill yang sangat bagus,”

“Dan wajah yang sangat imut!” Sambar Seohyun yang tiba-tiba kembali ‘normal’ setelah mendengar nama Taeyeon. Yoona memandang Seohyun tidak percaya. “Tidakkah kau merasa dia memiliki baby-face, oppa?” Seohyun kali ini memperlihatkan senyum kemenangannya.

“Isshhhh, Hyunnie-ah!” Yoona memandang tajam wajah Seohyun yang balik memandangnya dengan senyum lebar diwajahnya.

 

Beberapa hari kemudian..

“Happy birthday, Hyunnie!” Yoona memperlihatkan senyumnya saat Seohyun membuka pintu rumahnya untuk Yoona yang langsung memberikan satu buket bunga yang ada ditangannya.

“Wah, terima kasih, oppa,” Respon Seohyun dengan wajah berseri-seri.

“Dan ini untukmu,” Yoona memberikan sebuah kotak yang langsung dibuka oleh Seohyun.

“Ah oppa, ini,” Seohyun mengambil selembar kanvas berukuran sedang dari dalam kotak tersebut.

“Yeah, aku melukisnya sendiri. Aku ingin kau ingat jika suatu saat nanti aku pasti akan mewujudkan impianku menjadi pesepakbola yang hebat dan membuatmu bangga,” Yoona memandang lukisan yang sedang dipegang Seohyun itu. Lukisan itu menggambarkan sosok dirinya dan seohyun sedang tersenyum bahagia dimana tangan kiri dan tangan kanan Seohyun sedang mengangkat sebuah piala.

“Oppa, ini hebat sekali,” Seohyun langsung memeluk Yoona. “Terima kasih, oppa,” Kata Seohyun dengan mata berkaca-kaca. Yoona membalas pelukan Seohyun, namun dengan segera ia melepaskannya.

“Dan ada satu lukisan lagi untukmu. Aku tau kau sangat mengidolakannya saat ini, jadi yeah,” Yoona mengambil satu lembar lagi kanvas yang berukuran lebih kecil dari dalam kotak dengan tidak bersemangat, lalu memberikannya pada Seohyun.

“Kim Taeyeon?” Seohyun memperhatikan lukisan yang ada ditangannya. Dan beberapa detik kemudian ia tertawa melihatnya. “Ada apa denganmu, oppa? Kenapa kau membuatnya untukku?”

“Agar kau berhenti membicarakannya! Issh, lagipula kau bilang sangat ingin bertemu dengannya, maafkan aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu saat ini. Aku belum bisa bertemu dengannya,” Kata Yoona dengan nada menyesal.

“Tidak masalah, oppa. Lagipula aku lebih suka bertemu denganmu daripada dengannya,” Kata Seohyun tulus.

“Benarkah?” Tanya Yoona dengan mata berbinar-binar. Dan tepat saat itu juga Tiffany datang.

“Seohyunnie!” Panggil Tiffany dengan semangat.

“Unnie,” Seohyun segera memeluk kakak perempuannya itu.

“Happy birthday!” Tiffany tersenyum lebar pada Seohyun. “Dan tebak siapa yang kubawa untukmu?”

“Kim Taeyeon?!” Seohyun membelalakkan matanya saat melihat Taeyeon berjalan masuk kedalam rumahnya. Taeyeon tersenyum melihat Seohyun.

“Seohyun?” Tanya Taeyeon pada Tiffany, memastikan ia tidak salah orang. Tiffany menganggukkan kepalanya. “Oh. Happy birthday, Seohyun,” Taeyeon memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Seohyun yang hanya bisa mematung melihat Taeyeon berdiri hanya beberapa centimeter dari hadapannya, sama sekali tidak bisa berkata-kata.

“Hm. Terimakasih hyung,” Yoona menggantikan Seohyun mengucapkan terima kasih.

“Dan kau? Yoona?” Tanya Taeyeon memastikan.

“Kau masih ingat denganku, hyung!”

“Tentu saja,”

“Kalian saling kenal?” Tanya Tiffany penasaran.

“Kami bermain di club yang sama, noona. Hyung bermain untuk team U-21, sedangkan aku masih bermain untuk U-18,” Jelas Yoona.

“Oh arraso,” Tiffany menganggukan kepalanya. “Kalau begitu lebih baik kita masuk sekarang, kurasa makan malam sudah siap,” Kata Tiffany yang langsung menarik tangan Taeyeon menuju ruang makan.

“Yah, Hyunnie! Ayo masuk!” Yoona menarik tangan Seohyun dengan sedikit kesal karena sahabatnya itu sama sekali tidak berkedip saat memandang Taeyeon.

 

Beberapa jam kemudian..

“Terima kasih, oppa, sudah mau datang ke rumahku. Sampai jumpa lagi,” Seohyun mengucapkan selamat tinggal pada Taeyeon dengan malu-malu.

“Sampai jumpa lagi, Seohyun,” Pamit Taeyeon kemudian.

“Hyunnie, aku akan segera kembali,” Kata Tiffany yang kemudian berjalan keluar rumah bersama Taeyeon.

“Aku pulang sekarang,” Pamit Yoona datar.

“Oppa, kenapa terburu-buru? Rumahmu hanya berjarak 1 meter dari sini, tinggallah sebentar lagi,” Pinta Seohyun.

“1 menit,” Kata Yoona tanpa melihat ke arah Seohyun.

“Kau marah padaku, oppa?”

“Tidak.”

“Heeiii, kau marah padaku kan?” Kata Seohyun sambil menarik-narik kemeja Yoona.

“Isssh. Kau baru sadar, huh? Itu akibatnya kalau kau tidak mempedulikanku dan terlalu sibuk memperhatikan Taeyeon hyung sepanjang makan malam tadi. Sudah kubilang kau tidak boleh melihat pria lain selain aku! Dan ini, untuk apa kau membawa-bawa lukisannya?! Haiss, kau benar-benar,” Yoona tidak bisa berkata-kata lagi saat matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Seohyun.

“Apa kau sudah selesai berbicara, oppa? Wah, kau benar-benar cemburuan, oppa,” Seohyun menahan tawanya melihat kelakuan Yoona. “Dan lukisan ini? Aku akan memberikannya pada Tiffany unnie, oppa. Aku tidak bisa menyimpan ‘wajah’ orang lain lagi, semua tempat sudah penuh dengan wajahmu, oppa,” Jelas Seohyun, membuat Yoona menyunggingkan senyumnya.

“Benarkah?”

“Oppa, kau tidak percaya padaku? Aku hanya mengagumi Taeyeon oppa, kau tau itu.”

“Yeah aku tau Hyunnie. Kau berjanji padaku untuk menungguku, kan? Kuharap kau tidak melupakan itu, Hyunnie. Aku akan berusaha menembus tim utama, dan jika saat itu datang kau harus langsung menerimaku, ok?”

“Saat itu pasti akan datang, oppa. Aku akan terus menunggumu,” Seohyun tersenyum pada Yoona yang langsung membalas senyumannya.

“Aku percaya padamu, Hyunnie,” Balas Yoona sambil membelai rambut Seohyun.

 

3 tahun kemudian..

“Apa?! Noona, kau berbohong kan?!” Yoona menyentuh kedua pundak Tiffany dan melihat kedalam matanya. Tidak ada kebohongan sama sekali. Tiffany menggelengkan kepalanya.

“Dia sudah pergi semalam, Yoong. Untuk apa aku berbohong padamu?” Tiffany menaikan alisnya melihat Yoona yang sekarang berdiri mematung dihadapannya. “Yoong?” Tiffany melambaikan kedua tangannya didepan wajah Yoona. “Kau baik-baik saja kan?”

“Noona. Terima kasih,” Kata Yoona dengan tatapan kosong.

“Oh iya, dia menitipkan ini untukmu, sebentar,” Tiffany mengambil sebuah surat dari kantong belakang celananya. Yoona menerima surat tersebut dan tanpa berkata-kata ia pun berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Tiffany yang sedikit shock dengan reaksi Yoona setelah mengetahui Seohyun pergi meninggalkannya. Tiffany memiringkan kepalanya mencoba berpikir. “Apa mereka berpacaran?” Ia memiringkan kepalanya ke arah lainnya. “Ah kurasa tidak,” Ia masih mencoba mencari jawaban atas pertanyaan sendiri. “Tapi kenapa dia seperti itu?” Tiffany terlihat semakin penasaran. “Issh, lebih baik kutanya langsung pada Hyunnie,” Katanya kemudian sambil menutup pintu dan masuk ke dalam rumahnya.

Kepergian Seohyun membuat Yoona tidak lagi bersemangat melakukan semua kegiatannya. Didalam suratnya, Seohyun hanya meminta Yoona untuk terus mengejar impiannya. Namun kenyataannya adalah sebaliknya. Yoona seolah membuang begitu saja usaha yang sedang dilakukannya. Ia sering sekali tidak datang latihan dan jikapun datang, ia hampir tidak mau melakukan apapun dan bermain buruk, membuatnya tidak pernah lagi dipanggil oleh tim U-21 yang sekarang sedang diperkuatnya.

“Yah, Yoong, kudengar ada trial untuk bermain di club di Jerman. Kau tertarik?” Tanya Taeyeon saat keduanya bertemu didepan rumah Seohyun. Taeyeon baru saja mengantarkan Tiffany pulang ke rumahnya saat ia tidak sengaja melihat Yoona berjalan tanpa semangat menuju rumahnya yang berada tidak jauh dari rumah Tiffany dan Seohyun.

“Jerman?” Yoona terdengar sedikit tertarik saat mendengar nama negara itu, negara dimana Seohyun berada sekarang untuk melanjutkan pendidikannya. Taeyeon tersenyum melihat respon dari Yoona.

“Yeah. Club akan mengirimkan beberapa pemain kita untuk mengikuti trial disana. Kupikir kau tau tentang ini?” Tanya Taeyeon walaupun ia sebenarnya sudah tau keadaan Yoona saat ini. Yoona menggelengkan kepalanya. “Ah, tentu saja. Kudengar kau jarang sekali datang latihan akhir-akhir ini. Mungkin karena itulah kau tidak tau tentang trial ini,” Taeyeon masih tersenyum penuh arti pada Yoona.

“Aku hanya merasa sedikit tidak mood untuk bermain, hyung,” Yoona berusaha membalas senyuman Taeyeon, walaupun tampak dipaksakan. “Tapi, kau tidak berbohong kan, hyung? Trial di Jeman?” Tanya Yoona memastikan. Ia terlihat bersemangat sekarang.

“Ish, untuk apa aku berbohong. Jadi apa kau ingin mencobanya?” Tanya Taeyeon penasaran. Yoona menganggukkan kepalanya dengan mantap. “Berusahalah kalau begitu! Kau masih memiliki waktu beberapa bulan untuk membuktikan kepada pelatih dan club bahwa kau layak untuk dikirim kesana, ok? Mulailah berlatih rutin lagi,” Taeyeon memberikan saran pada Yoona yang hanya menganggukan kepalanya. Wajahnya terlihat sedikit lebih cerah, harapan untuk bertemu dengan Seohyun kembali muncul didirinya.

“Aku akan berusaha, hyung!”

“Bagus, memang seperti itulah seharusnya,” Taeyeon menepuk nepuk pundak Yoona. “Baiklah kalau begitu, aku pergi sekarang,” Kata Taeyeon lalu masuk kedalam mobilnya lalu menyalakan mesin mobilnya. Ia kemudian membuka kaca mobil dan menatap Yoona. “Yah Yoong, jangan buang waktumu seperti ini lagi, ok? Buktikan padanya kalau kau bisa mencapai semua yang ingin kau capai dan jika kau tidak mau menunggunya, kejarlah dia. Sederhana, kan?” Taeyeon kembali tersenyum. “Sampai jumpa,” Katanya kemudian sambil melambaikan tangannya lalu pergi meninggalkan Yoona yang masih berdiri sibuk dengan pikirannya.

“Bagaimana hyung itu bisa tau semuanya?” Tanya Yoona pada dirinya sendiri. “Ah! Tiffany noona!Issh,” Yoona menggelengkan kepalanya lalu kembali berjalan menuju rumahnya.

 

Epilogue of YoonHyun..

Yoona akhirnya kembali berlatih dengan keras dan berhasil mengikuti trial di Jerman. Disana akhirnya ia bertemu lagi dengan Seohyun yang mengatakan padanya bahwa ia tidak akan kembali ke Korea dalam waktu dekat. Seohyun akan membantu perusahaan appa nya yang akan melakukan ekspansi bisnisnya di Jerman. Hal itu mematahkan semangat Yoona untuk kedua kalinya, namun ia tidak membiarkan dirinya berlarut-larut dalam kekecewakan. Yonna teringat kata-kata Taeyeon padanya, “Jika kau tidak mau menunggunya, kejarlah dia”. Oleh karena itu ia akhirnya memutuskan untuk bermain untuk sebuah club di liga Jerman saat tawaran untuk bermain disana datang kepadanya setahun kemudian.

Yoona bermain dan menetap disana selama 3 tahun sesuai kontrak yang sudah disepakati sebelumnya. Hubungannya dengan Seohyun semakin membaik dan sesuai janji mereka, Seohyun akan menerima Yoona saat akhirnya Yoona berhasil menjadi pemain profesional. Mereka akhirnya bersama dan tidak ada masalah selama masa periode tersebut. Dan tepat saat kontraknya hampir berakhir, Yoona dan Seohyun memutuskan untuk menikah dan kembali ke Korea, karena Yoona memutuskan untuk kembali dan menandatangani kontrak untuk bermain di club lamanya, SMFC. Namun tepat saat itu juga, Seohyun memutuskan untuk meneruskan kuliahnya mengambil program pasca sarjana selama 1.5 tahun. Dan itulah yang terjadi hingga saat ini, Yoona berada di Korea dan Seohyun masih berada di Jerman. Yoona tidak memperbolehkan Seohyun kembali ke Korea dan menyuruhnya fokus pada sekolahnya, ia lah yang selalu mengunjungi Seohyun jika ada waktu luang. Sampai saat ini, tinggal menunggu hitungan minggu hingga akhirnya Seohyun dan Yoona akan kembali berkumpul bersama.

 

*Bonus Scene – END*

 

 

 

Ps: Holaaaa 🙂 Sebelumnya terima kasih yang mendalam buat yang udah komen dan ngasi saran di chapter sebelumnya. Oleh karena itulah gw memutuskan buat nge-split flashbacknya, jadi mungkin flashback taeny bakal masih ada di beberapa chapter kedepan, tapi nggak bakal full flashback kok.

Nah sesuai yang gw bilang sebelumnya, gw masukin bonus scene yang terinspirasi dari love story salah satu pemain sepak bola asal uruguay 😀 Nah sayangnya kisahnya itu nggak cocok buat yulsic(kebanyakan minta yulsic), jadilah gw bikin buat yoonhyun hehehe Ntar kalo ada ide lagi gw bikin deh line story buat yulsic sama soosun, yang jelas cerita mereka harus relate sama taeny hehehe. Trus kenapa ada epilogue yoonhyun nya? Itu karena gw udah males bikin dialogue haha nggak papa lah ya yang penting gw jelasin akhir kisah mereka ;p

So, how’s this chapter overall? Comment please and see you guys very very very soon 😉 Thank you and Love ya! *big hug*

Soccer Love (Chapter 9)

26 Feb

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

“Jawab aku!! WHAT THE HELL DID YOU HIDE FROM ME, TIFFANY KIM?!!” Taeyeon mencapai puncak amarahnya. Tiffany semakin tidak bisa membendung air matanya mendengar Taeyeon berteriak seperti itu padanya. Taeyeon terus memandang marah Tiffany yang tidak bisa berkata-kata itu. Tiffany hanya mendekap mulutnya, air mata mengalir deras dipipinya. “Fine,” Taeyeon memandang tajam Tiffany lalu segera pergi meninggalkan istrinya itu sedetik kemudian.

 

Beberapa jam kemudian..

“Mianhe,” Kata Siwon dengan nada suara bersalah pada Tiffany yang duduk disampingnya di ruang management. Tiffany hanya menggelengkan kepalanya.

“Ini bukan salahmu, oppa,” Jawab Tiffany pasrah.

“Aku tau pasti akan seperti ini jadinya. Kita seharusnya tidak menyetujui permintaan mereka. Akulah yang harus bertanggung jawab dari awal, Tiff. Ini semua adalah kesalahanku,” Siwon masih meratapi kesalahannya.

“Aku sudah memaafkanmu, oppa. Kau jangan pernah menyalahkan dirimu lagi,” Kata Tiffany tulus. Keheningan melanda keduanya. Siwon sibuk memandang wajah Tiffany yang terlihat sangat sedih itu, pandangannya berhenti pada kedua mata Tiffany.

“Maafkan aku,” Siwon kemudian memberanikan diri menyentuh pipi Tiffany menggunakan kedua tangannya, membuat Tiffany ‘memandang’ wajahnya. “Maafkan aku sudah membuatmu seperti ini, Tiffany,” Kata Siwon sambil menatap lekat wajah Tiffany.

“Oppa..,”

“Aku akan berusaha semampuku, Tiff. Akan kulakukan apapun untuk membuatmu bisa melihat lagi,” Lanjut Siwon, membuat Tiffany berkaca-kaca. Bukan karena Tiffany terharu mendengar perkataan Siwon, namun karena kata-kata Siwon mengingatkannya pada Taeyeon. Itu adalah kata-kata yang sama yang pernah dikatakan Taeyeon padanya. Tiffany tidak kuasa lagi membendung air matanya. Lalu dengan sigap Siwon pun menyeka air mata Tiffany menggunakan kedua tangannya.

“Maaf oppa, aku..,” Belum sempat Tiffany menyelesaikan kata-katanya, Siwon tiba-tiba menarik Tiffany dalam pelukannya. “Oppa, apa yang..,”

“Aku memang bodoh, Tiff. Tidak seharusnya aku menyerah bahkan sebelum aku memperjuangkannya. Kau tau betapa aku menyesali itu sampai sekarang,” Kata Siwon semakin mempererat pelukannya.

 

*Flashback – 7 tahun yang lalu*

“Aku tidak bisa, oppa. Maafkan aku,” Tiffany menundukkan kepalanya, menghindari menatap wajah Siwon yang baru saja mengungkapkan perasaan cintanya pada Tiffany. Siwon pun memaksakan senyumnya mendengar jawaban Tiffany.

“It’s ok, Tiff,” Siwon masih berusaha tersenyum menyembunyikan kekecewaannya. Tiffany masih menundukkan kepalanya, tidak bisa berkata-kata lagi. “Apa kau menyukai orang lain?” Tanya Siwon kemudian. Tidak ada jawaban dari Tiffany. “Aku tau kau menyukainya,” Siwon akhirnya menjawab pertanyaannya sendiri. “Aku akan mendukungmu kalau begitu, kau harus lebih berusaha untuk mendapatkannya kurasa,” Lanjut Siwon, membuat Tiffany akhirnya memandang wajahnya.

“Apa maksudmu, oppa?” Tanya Tiffany penasaran dengan kalimat terakhir yang diucapkan Siwon.

“Jadi aku benarkan? Kau menyukainya?” Siwon tersenyum geli melihat perubahan ekspresi Tiffany. “Kim Taeyeon?” Siwon menggoda Tiffany yang wajahnya langsung bersemu merah mendengar nama Taeyeon. “Yah, aku yakin dia juga menyukaimu. Kalian terlihat sangat dekat,” Kata Siwon kemudian.

“Tapi dia tidak pernah mengatakannya padaku, oppa,” Tiffany menanggapi pendapat Siwon dengan nada kecewa.

“Belum, Tiff. Dia pasti akan mengatakannya padamu suatu saat nanti,” Hibur Siwon. “Hmm. Atau kau ingin mengatakannya terlebih dahulu?” Siwon kembali menggoda Tiffany.

“Tidak akan! Aku tidak akan pernah mengungkapkan perasaanku terlebih dahulu!” Tolak Tiffany.

“Baiklah. Aku hanya khawatir, bagaimana kalau dia baru mengatakannya 10 tahun lagi?” Tanya Siwon sambil menahan tawanya.

“Oppa!” Tiffany memukul lengan Siwon.

“Mian mian,” Siwon berpura-pura kesakitan. “Aku akan membantumu, tenang saja,” Kata Siwon kembali memperlihatkan senyumnya.

“Thank you, oppa,” Tiffany pun memeluk Siwon, pelukan antar teman. Siwon membalas pelukan Tiffany, kepedihan akibat patah hati akhirnya tampak di wajahnya.

“Saranghae, Tiffany,” Siwon mengatakan kata-kata itu tanpa bersuara, matanya tampak sedikit berkaca-kaca.

*Flasback – end*

 

“Lepaskan aku, oppa,” Tiffany berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Siwon, membuat Siwon menyadari apa yang baru saja diperbuatnya dan langsung melepas pelukannya.

“Maafkan aku, Tiff,” Kata Siwon salah tingkah.

“Aku tidak menyangka kau masih berharap, oppa. Move on, oppa. Aku tidak ingin menyakitimu. Aku mencintai Taeyeon, dan sampai kapanpun akan terus seperti itu. Cintaku hanya untuknya,” Jawab Tiffany tegas.

“Aku tau, Mianhe,” Balas Siwon pelan. Keheningan kembali melanda keduanya, hingga akhirnya direktur Lee, pelatih Cho, beberapa staff, Jungwoon, Sooyoung, dan beberapa pemain masuk ke dalam ruangan.

“Aku sudah mendengar apa yang baru saja terjadi,” Direktur Lee membuka percakapan. “Biar bagaimanapun kita semua sudah terlibat disini, jadi club juga akan ikut bertanggung jawab,” Kata direktur Lee dengan nada bijaksana. Dan mereka semua pun melanjutkan ‘rapat’ untuk memperbaiki keadaan.

 

Malam harinya..

“Taeng?” yuri terkejut saat mengetahui Taeyeon lah yang sedang berdiri didepan rumahnya.

“Boleh aku masuk?” Tanya Taeyeon.

“Tentu saja,” Yuri mempersilakan Taeyeon untuk masuk ke rumahnya. Mereka pun langsung menuju mini bar milik yang berada di rumah Yuri. Taeyeon tampak berantakan, wajahnya terlihat pucat. “Kau baik-baik saja, Taeng?” Tanya Yuri beberapa saat setelah ia menemui Jessica di kamarnya. Taeyeon hanya menganggukkan kepalanya sambil memandang kosong segelas bir yang ada dihadapannya. “Tanganmu, Taeng,” Yuri memperhatikan luka yang sudah mengering di tangan Taeyeon akibat aksinya memukul tembok di ruang ganti tadi sore. “Sebentar, aku ambil kotak obat dulu,” Yuri hendak bergegas mengambil kotak obat, namun Taeyeon segera menghentikannya.

“Biarkan saja, Yul,” Kata Taeyeon dingin, membuat Yuri terdiam dan menuruti keinginan Taeyeon.

“Tiffany tau kau kesini?” Yuri memandang temannya itu. Taeyeon tidak menjawab pertanyaan Yuri. “Dia menanyakan keberadaanmu, Taeng. Dia pasti sedang mencarimu sekarang. Dia sangat khawatir, kau tau,”

“Jangan katakan aku ada disini. Aku sedang tidak ingin melihatnya saat ini,” Potong Taeyeon datar. Pandangannya masih tertuju pada gelas bir yang sama sekali belum disentuhnya. “Katakan padaku, Yul. Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Taeyeon kemudian.

“Tidak ada yang perlu kukatakan, Taeng. Aku tidak ingin semuanya menjadi lebih buruk,” Yuri akhirnya duduk dikursi sebelah Taeyeon.

“Aku seperti orang bodoh, kan?” Taeyeon menertawakan dirinya sendiri.

“Yah, kenapa kau berbicara seperti itu? Tidak ada yang menganggapmu bodoh, Taeng!” Balas Yuri memandang prihatin kondisi Taeyeon yang tampak kacau itu.

 “Lima bulan aku mencari kebenaran, Yul. Aku berusaha mencari keadilan untuknya, tapi sekarang seakan dia sendiri yang menusukku dari belakang. Benar-benar sulit dipercaya, bagaimana mungkin dia tega menyembunyikan semua ini dariku?” Taeyeon mulai berkaca-kaca dan mulai meminum gelas kecil bir nya untuk menahan air mata yang hampir keluar dari matanya itu.

“Kau tidak bisa menuduh istrimu seperti itu, Taeng. Paling tidak beri dia kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Asal kau tau, Tiffany adalah yang paling menderita disini. Dialah yang berkorban untuk kebaikan semua orang,”

“Ck. Bahkan kalian semua tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku pasti benar-benar bodoh hingga bisa dipermainkan seperti ini,” Taeyeon kembali menertawakan dirinya sendiri. “Ceritakan semuanya padaku, Yul. Kumohon,” Pinta Taeyeon kemudian.

“Kau harus mendengarnya sendiri dari Tiffany, Taeng. Aku tidak mau ikut campur lebih dalam lagi,” Jawab Yuri dengan nada menyesal.

“Baiklah. Aku tidak perlu mendengar penjelasan apapun darimu atau dari siapapun. Semuanya sudah cukup jelas bagiku,” Kata Taeyeon sambil menuangkan lagi bir ke gelas kecilnya.

“Ish. Kau benar-benar keras kepala. Kau harus mendengarkan istrimu, ok?!” Yuri menepuk pundak Taeyeon. “Hmm. Kau tunggu disini dulu, aku harus menemui Jessica di dalam,” Yuri melihat sepintas kedalam ruangan lain dirumahnya, kemudian pergi meninggalkan Taeyeon.

“Kau benar-benar suami yang bodoh, Kim Taeyeon,” Taeyeon berbicara pada dirinya sendiri lalu kembali menengguk segelas kecil bir yang ada dihadapannya.

15 menit kemudian, Yuri kembali menemui Taeyeon yang semakin terlihat tidak bersemangat itu. Jessica, Jungwoon, dan Tiffany tampak berjalan dibelakang Yuri. “Taeng. Kau harus berbicara dengan Tiffany,” Kata Yuri pada Taeyeon.

“Tidak ada yang perlu dibicarakan, Yul,” Taeyeon menolehkan kepalanya pada Yuri, lalu ia mendapati Tiffany, dibantu Jessica, sedang berjalan ke arahnya. “Bukankah sudah kubilang jangan memberitahunya!” Taeyeon memandang tajam Yuri yang sedang berdiri disampingnya. Yuri hanya menepuk-nepuk pundak Taeyeon, lalu pergi meninggalkan Taeyeon dan Tiffany, diikuti Jessica dan Jungwoon.

“Tae,” Panggil Tiffany pelan. Taeyeon sama sekali tidak menanggapi Tiffany, lagi-lagi pandangannya kosong ke arah botol bir yang ada dihadapannya. “Tae, please,” Tiffany mendekati Taeyeon yang sama sekali tidak bergeming itu. Tiffany mengulurkan tangannya untuk meraba wajah Taeyeon, namun sang suami langsung menampik tangan Tiffany.

“Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu,” Kata Taeyeon dingin, sangat dingin, membuat Tiffany membeku mendengar kata-kata yang baru saja diucapkannya.

“Tae,” Tiffany masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, air mata sudah siap mengalir dari matanya. “Jangan seperti ini, Tae. Kumohon,” Tiffany semakin mendekati Taeyeon. Air mata mengalir deras dipipinya. “Tae,” Tiffany kembali berusaha meraih wajah Taeyeon.

“Sudah kubilang, pergilah!!” Taeyeon dengan marah mendorong tubuh Tiffany saat istrinya itu berhasil menyentuh wajahnya, membuat Tiffany terjatuh dengan keras dilantai. Tiffany membungkam mulutnya sendiri, berusaha menahan tangisannya agar tidak pecah. Taeyeon sama sekali tidak mengalihkan pandangannya pada Tiffany. “Pergilah,” Kata Taeyeon pelan. Tangis Tiffany pun akhirnya pecah mendengar Taeyeon yang terus-terusan mengusirnya. “Dammit! Jangan menangis seperti itu didepanku, Tiffany Hwang!!” Taeyeon melempar gelas bir hingga pecah, meluapkan kekesalannya. Ia kesal pada dirinya sendiri, karena disatu sisi ia merasa bersalah sudah memperlakukan Tiffany dengan kasar, namun disisi lain kemarahan dan kekecewaannya pada Tiffany lebih mendominasi dirinya saat ini.

“Apa yang ter.. Oh my God, Tiffany!” Jessica langsung berlari membantu Tiffany yang masih terdiam dilantai, masih dengan isakan tangisnya, untuk bangkit berdiri. Yuri dan Jungwoon ikut terkejut melihat pemandangan yang ada didepan mereka.

“Apa yang kau lakukan, Kim Taeyeon?!” Jungwoon menatap Taeyeon dengan tatapan marah bercampur tidak percaya adiknya tega memperlakukan istrinya seperti itu. Taeyeon tidak bergeming. “Jawab aku, Taeyeon!” Bentak Jungwoon kemudian. Sekali lagi, Taeyeon sama sekali tidak bergeming. Jungwoon menghela nafasnya panjang, mencoba bersabar. “Minta maaf padanya,” Pinta Jungwoon dengan nada dibuat sesabar mungkin. Taeyeon akhirnya memandang wajah Jungwoon dan kemudian bangkit berdiri dihadapan kakaknya itu.

“Jangan ikut campur, hyung!” Kata Taeyeon dingin lalu melangkahkan kakinya hendak pergi dari hadapan Jungwoon.

“Yah! Kim Taeyeon!” Jungwoon menarik pergelangan tangan Taeyeon dan *PLAK* sebuah tamparan keras dari Jungwoon mendarat dipipi Taeyeon. “Minta maaf sekarang juga!”

“Kenapa kau menamparku, hah?!” Teriak Taeyeon tidak terima. Tiffany yang dari tadi terdiam mencerna suasana yang sedang terjadi pun akhirnya mengerti dan semakin tidak kuasa menahan isakan tangisnya.

“Cukup oppa, jangan perlakukan Tae seperti itu,” Tiffany berusaha berjalan mendekati Taeyeon. Jessica langsung membantu Tiffany berjalan ke arah Taeyeon. “Aku akan pergi, Tae. Aku akan pergi,” Kata Tiffany berurai air mata. “Mianhe, Tae,” Kata Tiffany disela-sela isakannya. “Aku dan Sungie akan menunggumu di rumah,” Tiffany kemudian meraba pipi Taeyeon yang kali ini hanya terdiam saat Tiffany menyentuhnya. Ia pun mendaratkan ciuman di pipi Taeyeon. “I love you, Tae,” Kata Tiffany pelan, lalu segera pergi meninggalkan Taeyeon. Jessica terus berada disamping Tiffany untuk membantunya. Jungwoon hanya menatap geram wajah Taeyeon dan kemudian mengikuti Tiffany pergi dari hadapan Taeyeon.

“Yul. Seobang, ayo keluar dari sini,” Perintah Jessica pada Yuri yang dari tadi hanya duduk di ujung ruangan, dengan santainya menyaksikan semua adegan yang baru saja terjadi sambil menikmati segelas juice yang masih dipegangnya itu. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan bangkit berdiri untuk berjalan keluar ruangan.

“Kapten kapten, hidupmu berat sekali,” Gumam Yuri sambil melihat sekilas ke arah Taeyeon yang masih berdiri kaku ditempatnya, kemudian kembali melangkahkan kakinya keluar meninggalkan Taeyeon seorang diri.

Beberapa saat setelah semua orang meninggalkannya sendiri, Taeyeon akhirnya berjalan lunglai ke tepi ruangan dan duduk menyandarkan tubuhnya di tembok. Ia tampak sedikit frustasi dengan keadaan yang baru saja dihadapinya. Taeyeon memeluk kedua lututnya dan berusaha untuk berpikir jernih. Ia mulai menginstropeksi dirinya sendiri, memikirkan kembali apa yang baru saja dilakukannya pada istrinya sendiri. Tak berapa lama kemudian, Taeyeon terlihat membenturkan-benturkan kepalanya pelan pada lututnya sendiri.

“Stupid, Kim Taeyeon,” Taeyeon mulai menyesali apa yang sudah dilakukannya. Ia kembali terdiam, kembali menginstropeksi dirinya sendiri. “Fany. Baby, saranghae,” Gumam Taeyeon. Pikirannya kembali ke masa-masa bersama Tiffany.

 

*Flashback – 9 tahun yang lalu*

 

– To Be Continued –

 

Ps: I’m back 🙂 Jadi next chapter bakalan full flashback nya taeny. Ok sekian. Gw lagi pusing to the max. So, see you guys soon!

Soccer Love (Chapter 8)

12 Feb

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

1 minggu kemudian..

Tiffany, Hyunsung, Jungwoon, dan Jiyeon berjalan memasuki stadion. Hari ini adalah salah satu pertandingan yang ditunggu-tunggu, pertandingan yang mempertemukan SMFC dan YGFC. Pertandingan dengan intensitas tinggi dan sarat akan gengsi kedua kesebelasan. Taeyeon yang minggu lalu tidak memperbolehkan Hyunsung menonton secara langsung, akhirnya merubah pendiriannya setelah sebelumnya ia meminta maaf kepada Hyunsung karena telah membentaknya. Dan ini adalah syarat Hyunsung agar memaafkan Taeyeon; memperbolehkannya menonton langsung pertandingan kali ini di stadion.

“Aku ingin duduk di bangku penonton,” Kata Tiffany pada Jiyeon yang sedang menggandeng tangannya. Jiyeon sedianya akan membawa Tiffany ke ruang management, sedangkan Jungwoon dan Hyunsung sudah terlebih dahulu ke lapangan.

“Unnie, kau yakin?” Tanya Jiyeon sedikit terkejut dengan permintaan Tiffany yang langsung menjawab dengan anggukan kepalanya. “Baiklah kalau itu maumu, unnie,” Jiyeon tersenyum pada Tiffany lalu membawanya ke lapangan dan duduk di bangku penonton.

“Umma umma!” Hyunsung tampak lebih excited saat melihat Tiffany duduk disampingnya. Ia pun langsung melompat dari kursinya dan duduk dipangkuan Tiffany. Moment seperti inilah yang dirindukan Tiffany, saat ia belum kehilangan penglihatannya. Ia dan Hyunsung akan duduk bersama untuk mendukung Taeyeon setiap minggu, jika SMFC bermain dikandang sendiri.

Pertandingan babak pertama akan dimulai dimana para pemain dari kedua tim berjalan memasuki lapangan. Taeyeon berjalan memimpin teman-temannya dengan langkah percaya diri, tampak jelas jika ia sedang berada dalam kondisi yang bagus dan stabil. Ia menyunggingkan senyumnya saat sepintas ia melihat Tiffany duduk di bangku penonton, namun satu hal yang tidak diketahui Taeyeon, Siwon melakukan hal sama dengannya saat ia menemukan Tiffany duduk disela-sela kerumunan penonton.

 

*Flashback – 5 hari yang lalu*

“Halo,” Sapa Tiffany.

“Tiffany?” Tanya orang diseberang telpon.

“Ya ini Tiffany, Tiffany Kim,” Jawab Tiffany dengan polosnya. “Maaf, kalau boleh tau dengan siapa saya berbicara?” Tanya Tiffany sopan, karena memang ia tidak bisa melihat caller ID yang tertera di layar sebelumnya.

“Emm. Ini Siwon, Choi Siwon,” Jawab Siwon sedikit ragu. Raut wajah Tiffany sedikit berubah saat ia mendengar Siwon lah yang menelponnya, tampak jelas jika ia tidak mengharapkan telpon dari Siwon.

“Oppa,” Tiffany tidak tau harus seperti apa menanggapi Siwon.

“Aku tau aku seharusnya tidak menelponmu, Tiff. Aku sudah lama berjanji tidak akan mengganggumu. Tapi aku punya satu permintaan, bolehkah?” Jelas Siwon langsung ke maksud dan tujuannya menelpon Tiffany.

“Apa itu, oppa?” Tanya Tiffany penuh antisipasi.

“Datanglah ke pertandingan minggu ini, dan berada di antara penonton?” Pinta Siwon lebih seperti meminta persetujuan. Tiffany terdiam sejenak mendengar permintaan Siwon tersebut.

“Aku tidak..,”

“Please, Tiff? Kau tau betapa aku merasa bersalah padamu. Hanya ini salah satu cara meringankan perasaan bersalahku padamu,” Siwon terus memohon pada Tiffany.

“Aku tidak tau, oppa, apakah Tae memperbolehkanku datang. Aku akan duduk di bangku penonton jika memang memungkinkan, tapi kumohon kau tidak perlu merasa seperti itu padaku, oppa. Aku sudah melupakannya, kau tau itu,” Pinta Tiffany kemudian.

“Aku tau. Tapi kau tidak pernah tau bagaimana perasaanku selama ini,” Gumam Siwon yang masih bisa didengar oleh Tiffany.

“Oppa please, lupakan semuanya. Kau tidak bisa terus-terusan seperti ini,”

“Maaf, Tiff. Aku hanya..,” Siwon tidak bisa melanjutkan kata-katanya. “Issh, baiklah. Sampai ketemu nanti. Aku harap kau datang,” Siwon langsung mematikan sambungan telponnya.

“Oppa!” Tiffany hanya menghela nafasnya saat Siwon mematikan telponnya, ia lupa menanyakan maksud Siwon menyuruhnya datang ke stadion minggu ini, dan ia terlalu malas untuk menelpon balik Siwon, tidak peduli lebih tepatnya.

*Flashback – end*

 

Peluit pun dibunyikan tanda pertandingan dimulai. 30 menit pertama pertandingan berjalan seimbang. Agresivitas kedua tim tampak dengan saling serang dan beberapa peluang yang sama banyaknya dimiliki oleh kedua tim. Pertahanan kedua tim pun terlihat sama solidnya. Kerjasama tim yang diperlihatkan oleh keduanya pun cukup membuktikan keduanya sebagai tim papan atas di Korea. Namun mimpi buruk datang lebih awal bagi tim tuan rumah. Sang kapten tim tamu, Kwon Jiyong, berhasil membawa timnya unggul di menit ke 32. Tendangan melengkungnya dari sisi kiri kotak penalty berhasil menjebol gawang Sooyoung dan membuat YGFC memimpin sementara 1-0 atas tim tuan rumah.

Semua supporter tim tamu langsung bersorak dan membuat supporter tim tuan rumah bersorak lebih keras, memberi semangat timnya untuk bangkit. Chants dari kedua tim mulai terdengar lebih riuh, membuat tempo dan atmosfer pertandingan berjalan lebih panas dan keras. Semangat kuat yang dimiliki YGFC untuk menggandakan keunggulan terlihat sangat jelas, begitu juga dengan usaha SMFC untuk menyamakan kedudukan. Hingga akhirnya pada menit-menit terakhir babak pertama, usaha sang tuan rumah membuahkan hasil. Taeyeon yang berhasil keluar dari perangkap offside terus membawa bola hingga kotak pinalty dan berhadapan dengan penjaga gawang, Choi Seunghyun, namun dengan jeli Taeyeon mengoper bola kebelakang yang langsung disambar oleh Siwon dan tanpa kontrol langsung menendang bola dengan keras ke arah gawang Seunghyun yang sudah mati langkah terlebih dahulu.

Siwon pun langsung berlari ke tepi lapangan sesaat setelah mencetak gol yang membuat timnya menyamakan kedudukan di akhir babak pertama. Ia menarik naik jerseynya hingga ke dada dan memperlihatkan kaos putih bertuliskan kata “SORRY” yang sudah ia kenakan dibalik jerseynya. Siwon berhenti tepat di tempat dimana Tiffany duduk. Ia tersenyum melihat Tiffany yang bahkan tidak bisa melihat apa yang sedang dilakukannya. Tampak sekali Siwon sudah merencanakan ini semua dan ingin meminta maaf kepada Tiffany dihadapan semua orang yang sayangnya tidak tau kepada siapa kata “Sorry” itu ditujukan. Siwon segera berlari kembali ke lapangan, melewati Taeyeon yang hanya bisa diam mematung melihat apa yang baru saja dilakukan Siwon untuk selebrasi golnya. Semua orang mungkin tidak tau maksud Siwon, namun ia tau dengan jelas untuk apa dan siapa Siwon melakukan itu. Dan hal ini membuat Taeyeon mulai kehilangan konsentrasinya. Kemarahannya terhadap Siwon yang sudah susah payah ia lupakan sepanjang babak pertama muncul kembali. Ia tidak terima dengan apa yang baru saja dilakukan Siwon didepan matanya sendiri.

Pertandingan babak kedua baru saja dimulai, namun permainan keras langsung menghantui kedua tim. Taeyeon yang terjatuh akibat tekel keras dari Jiyong tidak terima dan langsung mendorong kapten tim lawan itu. Beruntung Minho, Jinki, dan Amber langsung menariknya. Kartu kuning pun dikeluarkan wasit untuk Jiyong akibat tackling kerasnya, menambah jumlah kartu kuning yang sebelumnya sudah dikeluarkan wasit dibabak pertama menjadi 9 kartu kuning. Taeyeon benar-benar terlihat tidak fokus di awal babak kedua, permainannya terlihat sangat berbeda dari apa yang diperlihatkannya dibabak pertama. Dan puncak permainan buruknya adalah saat ia diusir wasit keluar lapangan pada menit ke 61. Ia tertangkap penglihatan wasit saat dengan sengaja menyikut Jiyong di saat keduanya sedang berduel memperebutkan bola lambung dari sisi kanan lapangan. Wasit pun tanpa berpikir panjang mengeluarkan kartu merah untuk Taeyeon. Ini adalah kartu merah pertama yang diterima Taeyeon disepanjang karirnya hingga saat ini. Keputusan ini membuat semua orang terkejut, terutama para pemain SMFC dan pelatih Cho. Kekecewaan dan kemarahan tampak pada diri Taeyeon yang keluar lapangan dengan wajah tertunduk dan langsung berjalan menuju ruang ganti.

Pertandingan pun dilanjutkan. Bermain dengan hanya 10 pemain membuat tim tuan rumah harus bermain lebih bertahan, serangan mereka menjadi tidak se-aggresive saat mereka masih bermain full team tadi. Pergantian pemain pun dilakukan untuk menyesuaikan perubahan strategi. Tempo permainan pun menjadi sedikit lebih menurun. Tim tuan rumah benar-benar harus berusaha ekstra keras untuk meredam serangan-serangan tim tamu dan mencegah mereka mencetak gol. Usaha mereka pun kembali diuji saat tim mereka kembali mendapat kartu merah di menit-menit akhir pertandingan. Sooyoung harus diusir wasit di menit ke 85 karena menjatuhkan pemain lawan saat sedang 1 on 1. Sooyoung tampak menerima keputusan wasit dengan besar hati dan langsung keluar lapangan tanpa protes sedikit pun. Beruntung SMFC masih memiliki 1 kali pergantian pemain. Siwon pun “dikorbankan” keluar dan memasukkan Park Chanyeol untuk menggantikan Sooyoung. Chanyeol berhasil membuat penyelamatan saat Jiyong mengeksekusi penalti, namun ia harus kebobolan di masa injury time melalui tendangan keras Kang Daesung diluar kotak pinalty. Hingga pertandingan berakhir dengan kedudukan 2-1 untuk kemenangan tim tamu.

Para pemain SMFC pun memasuki ruang ganti dengan langkah yang berat. Pertandingan kali ini benar-benar memperlihatkan betapa sedang rapuh dan tidak stabilnya team mereka sekarang. Mereka dipermalukan didepan pendukung mereka sendiri dengan skor tipis 2-1 atas tim rival abadi mereka, tapi kalah tetap saja kalah. Permainan mereka sangatlah mengecewakan hari ini. 2 kartu merah yang dikeluarkan wasit untuk team mereka menambah daftar kelabu performance mereka kali ini, bahkan satu kartu merah itu ditujukan untuk kapten mereka sendiri. Itulah yang membuat mental mereka semakin terpuruk. Taeyeon sedang duduk diujung ruangan saat rekan-rekannya masuk ke ruang ganti. Ia memeluk kedua lututnya dan ‘mengubur’ wajahnya diatasnya. Sedangkan Sooyoung yang duduk tidak jauh dari Taeyeon tampak lebih ‘cerah’ daripada sang kapten. Ia terus memandang Taeyeon, tidak tau harus berbuat apa pada Taeyeon yang terlihat sangat terpuruk itu. Semua pemain pun akhirnya sudah berada di ruang ganti menunggu pelatih Cho memberikan review pertandingan. Taeyeon tetap tidak bergerak dari tempatnya, tidak ada kata-kata motivasi yang biasa diberikannya kali ini. Hampir semua pemain tidak menyadari perubahan ini, terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing. Setelah itu, tidak ada satu pemain pun yang mengeluarkan suaranya saat pelatih Cho berbicara, menyesali performa mereka sendiri saat pertandingan tadi.

“Move on guys. Masih ada pertandingan lain yang harus kita hadapi,” Sooyoung akhirnya memecah keheningan setelah pelatih Cho meninggalkan ruang ganti, berusaha menyemangati teman-temannya. Hyoyeon memandang tajam Sooyoung. Seperti biasanya, Hyoyeon adalah orang yang paling tidak bisa menahan emosinya jika mereka sedang dalam keadaan seperti ini.

“Kau sendiri?! Kau bahkan tidak akan bisa bermain dipertandingan berikutnya!” Kata Hyoyeon kemudian. Sooyoung tidak bereaksi. “Setidaknya kita bisa seri tadi jika kau tidak melakukan pelanggaran bodohmu itu!” Hyoyeon menyinggung kartu merah yang didapatkan Sooyoung.

“Yah! Kau selalu menyalahkanku!” Sooyoung pun ikut tersulut amarahnya. “Aku juga tidak akan melakukan hal seperti itu jika kalian semua tidak terlambat menutup pertahanan! Kenapa harus aku yang disalahkan, hah?” Sooyoung berteriak marah, tidak terima dirinya dipersalahkan atas kekalahan timnya.

“Apa maksudmu, Soo? Jadi sekarang kau menyalahkan kami?” Yoona menjadi merasa disalahkan karena posisinya sebagai bek yang memang seharusnya menutup pertahanan. “Kenapa harus selalu kami yang disalahkan jika kita kebobolan? Sedangkan kalian semua harusnya juga mencetak gol, tapi apa?” Lanjut Yoona yang sedang tidak dalam keadaan mood yang bagus itu. Semua pemain pun akhirnya beradu mulut, saling menyalahkan satu sama lain. Hingga mereka sampai pada tahap menyalahkan Siwon yang dianggap tidak bisa meng-convert peluang-peluang menjadi gol, walaupun ia sendiri yang justru menyumbang 1 gol.

“Hebat! Kalian semua memojokkanku! Ingat, semenjak babak kedua kita bermain dengan 10 orang, apa yang bisa diharapkan, hah?!” Siwon berdiri memandang teman-temannya, emosinya akhirnya meledak. Taeyeon yang mendengar Siwon berbicara akhirnya ‘menampakkan’ dirinya. Mendengar suara Siwon hanya membuat suasana hatinya semakin buruk.

“Apa yang bisa diharapkan katamu? Harapan itu selalu ada jika kalian punya kemauan!” Taeyeon bangkit berdiri sambil menatap tajam ke arah Siwon. Semua pemain akhirnya terdiam setelah mendengar Taeyeon bersuara. “Dan satu hal lagi,” Taeyeon berjalan mendekati Siwon. “Belajarlah bertanggung jawab!” Kata Taeyeon dengan suara dingin. Ia masih memandang tajam Siwon yang berdiri dihadapannya itu. Siwon yang sama sekali tidak menyadari akan serangan personal Taeyeon itu semakin merasa dipojokkan.

“Kau sendiri mana tanggung jawabmu?! Kau kapten dan kau yang sendiri yang membuat kita kalah!” Siwon balik menyerang Taeyeon. Raut kemarahan tampak jelas di wajah Taeyeon mendengar kata-kata Siwon yang balik menuduhnya tidak bertanggung jawab. Semua pemain sekarang tampak fokus pada Siwon dan Taeyeon, bahkan sebagian sudah bersiap-siap menengahi keduanya.

“Fine,” Taeyeon akhirnya bisa kembali menguasai dirinya. Ia berjalan ke arah Sooyoung. “Kau kapten sekarang, Soo,” Taeyeon menepuk pundak Sooyoung.

“Apa maksudmu, Taeng?” Sooyoung tampak bingung. Taeyeon memandang teman-temannya yang juga tampak bingung dengan kata-katanya itu.

“Aku akan pergi dari club,” Kata Taeyeon mengumumkan keputusannya untuk pergi ke Inggris itu.

“Yah Taeng, kau bercanda kan?” Yuri memandang Taeyeon tidak percaya. Taeyeon menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak bisa bermain dengan orang yang tidak bisa kupercaya lagi!” Taeyeon kembali memandang tajam ke arah Siwon yang tampaknya sudah bisa mulai mencerna apa yang terjadi.  “Aku pergi sekarang,” Taeyeon pun melangkahkan kakinya hendak keluar ruangan.

“Yah, Taeng! Kita bisa bicarakan ini baik-baik,” Teriak Siwon menghentikkan Taeyeon.

“Aku tidak akan berbicara denganmu, hyung!” Taeyeon membalikkan badannya dan menatap marah wajah Siwon. “Dari awal seharusnya aku tau kaulah orangnya! Kuharap ini terakhir kalinya aku melihat wajahmu!” Taeyeon kembali membalikkan badannya dan berjalan keluar.

“Taeng,” Siwon segera menghentikkan Taeyeon dan menyentuh pundaknya.

“JANGAN PERNAH MENYENTUHKU!” Taeyeon berteriak marah dan mendorong tubuh Siwon hingga terjatuh. Amber dan Minho yang berada didekatnya reflek langsung membantu Siwon untuk berdiri.

“Ada apa denganmu, hah?!” Siwon membelalakkan matanya tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan Taeyeon. Begitu juga dengan semua orang yang berada di ruangan itu.

“Kuperingatkan kau, hyung. Jangan pernah kau menyentuhku dan keluargaku!” Kata Taeyeon masih dalam aura kemarahan.

“Taeng. Aku minta maaf, ok? Kita bisa menyelesaikan masalah ini baik-baik. Semua..,”

“MAAF KATAMU?!” Taeyeon menarik kerah jersey Siwon dan mendorongnya hingga ke tembok. “Apa yang bisa dilakukan oleh maafmu, hah? KATAKAN!” Amarah Taeyeon semakin tidak tebendung. Ia tidak mempedulikan Sooyoung dan Jungsoo yang berusaha menariknya.

“Aku bisa menjelaskannya,” Siwon langsung menutup matanya saat melihat Taeyeon sudah mengepalkan tangannya. Dan *buk* *buk* *buk* *buk* *buk*. Siwon membuka matanya perlahan dan menyadari Taeyeon sama sekali tidak memukulnya, tapi memukul tembok tepat disamping wajahnya. Taeyeon terus memukul tembok itu, mengeluarkan semua amarahnya.

“Tae!” Suara Tiffany akhirnya menghentikkan Taeyeon. Yuri menghubungi Tiffany untuk datang ke ruang ganti karena dari awal sudah memiliki firasat hal seperti ini kan terjadi.  Jungwoon pun langsung menuntun Tiffany berjalan ke arah Taeyeon. “Ayo keluar dari sini,” Tiffany menggandeng Taeyeon keluar dari ruangan. “Ada apa denganmu, Tae?” Tanya Tiffany begitu mereka keluar dari ruang ganti. “Kenapa kau memperlakukan Siwon oppa seperti itu?” Tiffany meraba kedua pipi Taeyeon.

“Jangan pernah menyebut namanya didepanku!” Bentak Taeyeon.

“Tae! Kenapa kau seperti ini? Kau kasar sekali, Tae!” Tiffany benar-benar tidak percaya dengan perubahan yang ditunjukkan Taeyeon.

“Lalu apa yang harus kulakukan?! Aku membencinya!” Kata Taeyeon dengan nada penuh amarah.

“Cukup, Tae! Kendalikan dirimu!” Tiffany mengelus-elus kedua lengan Taeyeon, mencoba meredam emosi suaminya itu.

“Katakan padaku, apa yang akan kau lakukan jika orang yang sudah menyebabkan istrimu menderita ada di depanmu?! Hah? Katakan!” Taeyeon semakin hilang kendali.

“A-apa maksudmu, Tae?” Tanya Tiffany bingung.

“Dialah orangnya! Dia yang sudah menabrakmu!! Apa aku harus diam sekarang?!” Taeyeon akhirnya mengungkapkan semuanya.

“Tae. Kumohon hentikkan semua ini. Kita bisa membicarakan ini dengan baik-baik. Kau tidak boleh seperti ini, Tae,” Tiffany tampak mulai berkaca-kaca.

“YAH! Bagaimana mungkin aku bisa..,” Taeyeon tiba-tiba menghentikkan kata-katanya. “Apa maksudmu? Bagaimana mungkin kau bisa setenang ini? Kau sudah mengetahui ini dari awal? Benarkah? Katakan padaku!” Taeyeon memandang Tiffany dengan tatapan tidak percaya. “Katakan padaku! Apa yang kau sembunyikan dariku?!” Taeyeon semakin tidak sabar dengan Tiffany yang hanya bisa mengeluarkan air matanya itu. “Jawab aku!! WHAT THE HELL DID YOU HIDE FROM ME, TIFFANY KIM?!!”

 

– To Be Continued –

 

Ps: ‘WHAT THE HELL DID YOU HIDE FROM ME, TIFFANY KIM?!’ hahahaha gw pengen banget nulis kata-kata ini -__-“ Ok, sebelumnya gw minta maaf karena kelamaan update(lagi). Ada sesuatu hal yang terjadi diluar kuasa gw, jadi ya gw nggak bisa update secepatnya. Jadi dilarang protes karna gw hanya manusia biasa hahaha. Buat next chapter gw nggak mau janji bisa cepet update, karna takutnya gw kelamaan lagi T.T just let it flow aja lah huehehehe.

Terus gw mau tanya. Itu kenapa gw bisa nulis sifany line story disitu????????ah, gw pasti khilaf hahahaha dan ke-khilafan gw berlanjut di next chapter, jadi jangan kaget kalo tiba-tiba siwon muncul jadi ‘figuran’ ;p gw juga ga tau kenapa gw pengen masukin siwon yang sebenernya dari awal cuma direncanakan jadi orang yang nabrak ppany doang hehehe O ya gw udah berusaha buat mengurangi scene-scene bola, tapi apa daya kok gw merasa masih panjang juga @.@

Okelah, akhir kata, enjoy this chapter, jangan lupa comment and don’t miss me ;p Gracias y adios amigos! See you guys soon 😀

Soccer Love (Chapter 7)

31 Jan

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

Beberapa saat kemudian..

Taeyeon tertunduk lesu saat berada di ruang ganti, wajahnya sama sekali tidak bersemangat. Beberapa kali ia memandang teman-temannya yang juga terlihat tidak puas itu. Taeyeon seperti ingin mengatakan sesuatu namun selalu mengurungkan niatnya itu. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya kali ini, membuat suasana ruang ganti menjadi sangat hening.

“Taeng. Aku tidak bermaksud menyalahkanmu, tapi kuharap kau bermain seperti biasanya di pertandingan berikutnya. Permainanmu sangat diluar dugaan hari ini,” Akhirnya Hyoyeon membuka suaranya, mengomentari permainan Taeyeon dan langsung membuat semua pemain mengalihkan perhatian mereka padanya dan Taeyeon. Hyoyeon tidak tampak emosi kali ini, dia selalu menaruh respect yang tinggi pada Taeyeon, ia hanya mengeluarkan semua yang ingin dikatakannya. Taeyeon tidak menjawab komentar Hyoyeon.

“Benar, Taeng,” Timpal Sooyoung. “Minggu depan kita akan bermain melawan YGFC, pertandingan yang sangat penting. Mereka sedang memimpin klasemen sekarang, dan paling tidak kita bisa memperkecil jarak poin jika kita menang minggu depan,” Lanjut Sooyoung.

“Guys. Ada yang ingin kukatakan,” Kata Taeyeon tepat saat Sooyoung berhenti berbicara, ia seperti tidak mendengarkan apa yang baru saja dikatakan Sooyoung. Semua pemain pun langsung terfokus memandang Taeyeon, menunggunya berbicara lebih lanjut.

“Emm,” Taeyeon kembali ragu. Ia memandang wajah teman-temannya. “Ah lupakan. Kita punya laga penting minggu depan,” Taeyeon sedikit memaksakan senyumnya. “Aku akan bermain lebih baik lagi minggu depan,” Lanjutnya dan kemudian langsung keluar meninggalkan ruang ganti, bahkan tanpa berpamitan seperti yang biasa ia lakukan jika ia pulang terlebih dahulu. Semua pemain hanya berpandangan satu sama lain, merasa ada yang aneh dengan kelakukan Taeyeon hari ini.

 

2 jam kemudian..

“Yuri?” Tiffany memastikan suara orang yang menelponnya adalah Yuri.

“Ya ini aku, Tiff,” jawab Yuri.

“Yuri-ah, tumben sekali kau menelponku,” Kata Tiffany sambil tersenyum. Hyunsung berada dipangkuannya, sedang membaca buku cerita. Belajar membaca lebih tepatnya. Mereka berdua berada di ruang tamu, menunggu Taeyeon yang mengatakan akan sampai di rumah sebentar lagi.

“Emm. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu,” Yuri terdiam sejenak. “Tentang Taeyeon,” Katanya kemudian.

“Tae? Terjadi sesuatu dengannya?” Tanya Tiffany.

“Itu yang ingin kutanyakan padamu, Tiff. Aku merasa dia aneh sekali hari ini. Tidak tidak, aku sudah merasa ada yang aneh dengannya dari minggu lalu,” Jawab Yuri. Tiffany sama sekali tidak berkomentar, tampak memikirkan sesuatu. “Tiff?” Yuri menyadari Tiffany yang tidak meresponnya.

“Ah maaf Yul,” Tiffany tersadar mendengar panggilan Yuri. “Hmm. Kurasa mungkin dia hanya capek,” Jawab Tiffany kemudian.

“Kau yakin?” Yuri masih sedikit ragu.

“Umma! Appa pulang,” Hyunsung menarik-narik tangan Tiffany dengan semangatnya setelah mendengar suara mobil Taeyeon memasuki garasi.

“Sebentar Sungie, umma sedang berbicara,” Tiffany mengelus-elus rambut Hyunsung. “Maaf Yul, tapi Taeyeon baru saja sampai. Kita bicara lagi lain waktu, ok?” Tiffany dengan sopan menyudahi percakapannya dengan Yuri. Beberapa menit kemudian Taeyeon pun masuk ke rumahnya.

“Appa appa!” Hyunsung melompat dari pangkuan Tiffany dan berlari ke arah Taeyeon yang langsung berjongkok melihat Hyunsung datang menghampirinya. Hyunsung reflek langsung mencium pipi Taeyeon yang juga membalas dengan memeluk tubuh Hyunsung erat.

“Sungie sudah makan?” Tanya Taeyeon sambil bangkit berdiri dan menggandeng tangan Hyunsung lalu berjalan menghampiri Tiffany yang masih duduk di sofa, tersenyum mendengar interaksi antara Hyunsung dan Taeyeon. Hyunsung menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Taeyeon. “Minum susu?” Tanya Taeyeon lagi. Hyunsung kembali menganggukkan kepalanya. “Gosok gigi?” Taeyeon berhenti untuk memandang Hyunsung yang langsung tersenyum memamerkan gigi-gigi kecilnya. Taeyeon tersenyum melihat tingkah Hyunsung. “Hai, baby,” Taeyeon mengecup bibir Tiffany setelah sampai didepan istrinya itu, lalu duduk disebelah Tiffany dan mengangkat Hyunsung untuk duduk dipangkuannya.

“Kau baik-baik saja, Tae?” Tiffany melingkarkan tangannya di lengan Taeyeon lalu mencium sekilas lengan suaminya itu.

“Apa maksudmu? Tentu saja aku baik-baik saja,” Taeyeon memandang Tiffany bingung.

“Apa benar kau kehilangan konsentrasimu dilapangan? Komentator-komentator itu mengkritik penampilanmu sepanjang pertandingan tadi,” Jelas Tiffany.

“Aku baik-baik saja, baby. Jangan dengarkan mereka. Aku sudah memberikan yang terbaik tadi,” Taeyeon tampak tidak nyaman membicarakan hal-hal yang terjadi dilapangan tadi.

“Appa, tadi Siwon ahjussi yang mencetak gol,” Celetuk Hyunsung dengan polosnya. Wajah Taeyeon langsung berubah saat Hyunsung menyebut nama Siwon.

“Appa tau, Sungie!” Kata Taeyeon sedikit lepas kontrol menanggapi celotehan Hyunsung.

“Tae!” Tiffany kaget mendengar nada suara Taeyeon yang sedikit keras itu.

“Maaf,” Taeyeon sudak tampak tidak bersemangat. “Ayo, Sungie harus tidur sekarang,” Kata Taeyeon untuk menyudahi pembicaraan. Ia pun menurunkan Hyunsung yang kemudian menggandeng tangan appa dan ummanya saat berjalan ke kamarnya.

“Appa. Sungie ingin ikut menonton appa di stadion minggu depan,” Pinta Hyunsung di tengah perjalanan mereka menuju kamar Hyunsung. Taeyeon terdiam sejenak mendengar pemintaan Hyunsung.

“Tidak,” Jawab Taeyeon singkat.

“Apppaaaaaaaa,” Hyunsung mulai merengek, berharap Taeyeon berubah pikiran.

“Tidak, Sungie-ah,” Taeyeon tetap pada pendiriannya.

“Appaaaaaaa,” Hyunsung masih merengek pada Taeyeon.

“No!” Taeyeon juga masih pada pendiriannya.

“Appa apppaaaaa!” Hyunsung masih berusaha, ia mulai menarik-narik tangan Taeyeon. Tiffany hanya terdiam, merasa memang ada yang aneh dengan Taeyeon.

“APPA BILANG TIDAK YA TIDAK, SUNGIE!!” Taeyeon akhirnya berteriak pada Hyunsung, merasa terganggu dengan permintaannya. Tiffany membelalakan matanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, Taeyeon berteriak pada Hyunsung. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan Taeyeon. Hyunsung mulai menangis dan memeluk tubuh Tiffany.

“Apa yang baru saja kau lakukan, Kim Taeyeon?! Kau berteriak pada putramu sendiri!” Tiffany pun berjongkok untuk memeluk dan menenangkan Hyunsung. “Ayo kita ke kamar, Sungie,” Katanya sambil membelai rambut Hyunsung yang masih menangis itu, lalu menggendongnya dan dengan hati-hati berjalan menuju kamar Hyunsung, meninggalkan Taeyeon yang masih diam mematung ditempatnya. Dia sendiri juga tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukannya.

 

Sementara itu di kamar Hyunsung..

“Sudah Sungie-ah, jangan menangis. Appa tidak sengaja tadi,” Tiffany memeluk dan mengelus punggung Hyunsung untuk menenangkan putranya yang masih menangis itu. Mereka berdua sudah berbaring di atas tempat tidur Hyunsung yang tampak masih shock dengan perlakuan appanya.

“Appa jahat,” Kata Hyunsung di sela-sela tangisannya.

“Sungie tidak boleh berkata seperti itu. Appa sayang Sungie,” Balas Tiffany kemudian. “Sungie sayang appa kan?” Tanya Tiffany. Hyunsung menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu, Sungie harus memaafkan appa, ok? Tidak boleh berkata appa jahat,” Kata Tiffany memberi nasehat.

“Ne,” Hyunsung kembali menganggukan kepalanya.

“Anak pintar,” Tiffany tersenyum, masih memeluk tubuh Hyunsung. “Sekarang Sungie tidur,” Tiffany menepuk-nepuk pelan punggung Hyunsung untuk membuatnya segera tertidur.

“Umma jangan pergi,” Hyunsung semakin menempelkan tubuhnya pada Tiffany, memeluknya erat.

“Ne ne, umma akan menemani Sungie,” Tiffany mengecup ujung kepala Hyunsung. Dan sesuai janjinya, Tiffany terus menemani Hyunsung hingga putranya itu tertidur pulas. Beberapa saat kemudian, Taeyeon akhirnya memasuki kamar Hyunsung. Tiffany yang mendengar pintu kamar yang dibuka pun langsung memejamkan matanya, berpura-pura tertidur bersama Hyunsung. Taeyeon berjalan menghampiri tempat tidur Hyunsung dengan hati-hati. Ia memandang Hyunsung yang sedang tertidur untuk beberapa saat, dan kemudian ia pun mendaratkan kecupan di pelipis Hyunsung.

“Mianhe, Sungie. Appa loves you,” Kata Taeyeon pelan dan penuh penyesalan. Tak berapa lama kemudian, pandangan Taeyeon beralih ke Tiffany yang sedang ‘tidur’ memeluk Hyunsung itu. Taeyeon pun melakukan hal yang sama yang ia lakukan pada Hyunsung sebelumnya; mencium pelipis Tiffany. Lalu ia melepaskan pelukan Tiffany dan Hyunsung, menarik dan merapikan selimut hingga menutupi seluruh tubuh Hyunsung, dan terakhir ia pun mengangkat dan membawa Tiffany keluar dari kamar Hyunsung menuju kamar mereka sendiri. Sesampainya di kamar mereka, Taeyeon segera membaringkan istrinya di atas tempat tidur. “Saranghae, baby,” Taeyeon mendaratkan kecupan di kening Tiffany, sebelum akhirnya ia ke kamar mandi yang berada di kamarnya. Beberapa saat kemudian, Taeyeon keluar dari kamar mandi dan mendapati Tiffany sudah duduk di atas tempat tidur. “Baby, apa aku membangunkanmu?” Tanya Taeyeon dengan nada sedikit kaget.

“Kau sudah kembali menjadi Kim Taeyeon? Ingin menjelaskan semuanya padaku?” Tanya Tiffany tajam. Taeyeon menghela nafasnya, lalu segera berjalan menuju tempat tidur dan duduk disebelah Tiffany.

“Mianhe, baby,” Sesal Taeyeon kemudian.

“Katakan itu pada anakmu,” Balas Tiffany.

“Arraso, aku akan minta maaf pada Sungie besok,” Jawab Taeyeon. Tiffany tidak menanggapi perkataan Taeyeon. Ia terdiam untuk beberapa saat. “Baby?” Panggil Taeyeon yang menyadari Tiffany masih terdiam.

“Aku menunggumu, Tae. Apa yang ingin kau katakan? Jelaskan semuanya padaku, kenapa kau menjadi seperti ini? Kau berubah akhir-akhir ini, Tae,” Kata Tiffany dengan nada yang dibuat selembut mungkin, menghindari suasana panas yang mungkin terjadi. Tiffany menyadari emosi Taeyeon sedang tidak stabil saat ini.

“Baby,” Taeyeon mendekatkan tubuhnya pada Tiffany, lalu memeluknya erat. Ia pun menempelkan bibirnya pada bibir Tiffany yang langsung membalas ciuman Taeyeon. Namun tidak bertahan lama, sebelum akhirnya Tiffany melepas paksa ciuman Taeyeon.

“No no. Tidak kali ini. Aku tidak akan terperangkap,” Tiffany mencium sekilas bibir Taeyeon yang sudah memperlihatkan wajah kecewanya. “Kau tidak bisa menghindar. Sekarang katakan padaku. Apa yang terjadi? Kenapa kau seperti ini?” Tanya Tiffany sambil menyentuh pipi Taeyeon.

“Aku. Sebenarnya. Aku hanya ingin kita pindah ke Inggris,” Jawab Taeyeon mencari-cari alasan yang masuk akal.

“Lalu?” Tiffany tampak tidak puas dengan jawaban Taeyeon.

“Aku tidak tau bagaimana harus menjelaskan pada mereka. Itu yang menjadi beban pikiranku selama pertandingan tadi. Aku bahkan masih tidak bisa mengatakan ini pada mereka setelah pertandingan. Itu membuatku kesal, baby,” Jelas Taeyeon dengan lancar mengatakan alasan palsunya.

“Benarkah? Hanya karena masalah itu?” Tanya Tiffany masih tidak bisa percaya. Taeyeon menganggukan kepalanya dengan mantap.

“Kau tau berat bagiku meninggalkan club ini,” Tambah Taeyeon menegaskan alasannya. Tiffany terdiam sejenak mencerna semuanya.

“Kau berbohong,” Tiffany sampai pada kesimpulannya. Dengan wajah kecewa, ia pun membaringkan tubuhnya membelakangi Taeyeon lalu menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

“Fany, baby. Kenapa kau bertingkah seperti ini, hah?” Taeyeon menarik selimut yang menutupi tubuh dan wajah Tiffany itu. “Percayalah padaku,” Kata Taeyeon yang kemudian mencium pipi Tiffany. Tidak ada reaksi. Tiffany masih bergeming pada pendiriannya. “Apa yang harus kukatakan, baby? Aku mengatakan yang sebenarnya,” Taeyeon masih berusaha meyakinkan Tiffany.

“Aku tau dirimu, Tae. Hal seperti itu bukanlah beban bagimu,” Kata Tiffany kemudian, masih membelakangi Taeyeon.

“Benarkah?” Taeyeon kembali mencium pipi Tiffany. Kali ini ia mulai bergerak, memaksakan wajah Tiffany ‘menatap’ wajahnya, dan langsung mencium bibir istrinya itu. Tiffany segera melepaskan bibir Taeyeon dari bibirnya.

“Jangan seperti ini, Tae. Katakan padaku yang sejujurnya,” Tiffany berusaha untuk tidak ‘terperangkap’.

“Aku berkata jujur, baby,” Kata Taeyeon tidak peduli dan kembali menempelkan bibirnya pada bibir Tiffany dan enggan melepaskannya. Tiffany tampak mulai menikmati ‘permainan’ suaminya itu. Hingga akhirnya mereka berhenti untuk mengambil nafas, yang membuat ‘akal sehat’ Tiffany kembali.

“Kau menyembunyikan sesuatu dariku, Tae,” Kata Tiffany dengan nafas tersengal-sengal.

“Hmm?” Taeyeon berpura-pura tidak mendengar kata-kata Tiffany dan mengabaikannya. Ia kembali menekankan bibirnya pada bibir Tiffany, membuat istrinya itu tidak bisa melakukan apapun selain mengalungkan kedua tangannya pada leher Taeyeon, lalu membalas dan menikmati setiap sentuhan bibir suaminya.

“Kau menang kali ini, Tae,” Kata Tiffany disela-sela ciumannya.

“Aku selalu menang, baby,” Balas Taeyeon yang kemudian menjadi semakin ‘liar’.

 

– To Be Continued –

 

Ps: Hell yeaaah akhirnya update juga, maap ya kelamaan, maklumlah ada hal-hal yang menghambat gw buat post chapter ini huehehehe. So, enjoy this chapter walaupun gw merasa rada boring ya?Yaudahlah harap dimaafkan, gw akan lebih serius dan berusaha di chapter chapter berikutnya. Let’s the war begins! *if you know what I mean* 😉

Okelah, see you guys soon 🙂 Jangan lupa comment dan insyaAllah akan segera gw update next chapter nyaaa. Adios amigoooossss 😀

Soccer Love (Chapter 6)

21 Jan

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

“SI-SIWON?!” Aku berteriak dalam hati, tidak percaya dengan apa yang sedang kulihat. Segera kutarik kembali tubuhku dibalik tembok. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan sekarang. Di satu sisi amarahku sudah tidak terbendung lagi, aku bisa saja melampiaskan padanya sekarang. Tapi disisi lain, dia adalah Siwon hyung, teammate ku sendiri. Aku tidak mungkin melakukan ini padanya. Otakku sudah tidak bisa berpikir lagi sekarang. Segera kulangkahkan kakiku kembali berjalan masuk ke stadion. Semuanya terasa tidak nyata sekarang. Siwon hyung yang sudah menabrak Tiffany? Pertanyaan itu terus muncul dikepalaku, membuatku tidak menyadari aku sudah berada di lapangan saat ini. Kulempar tasku dan mulai kujejakkan kakiku dilapangan. Aku terus berjalan dan berjalan hingga akhirnya aku mulai berlari mengelilingi lapangan. Semua gambaran mulai bermunculan dibenakku. Team, Siwon hyung, Tiffany, semuanya mulai berputar dikepalaku. Lalu tiba-tiba kata-kata itu kembali terngiang, ‘Umma pasti akan bisa melihat lagi. Demi Sungie. Umma ingin melihat Sungie tumbuh besar’, wajah sedih Tiffany saat mengatakan itu tergambar jelas dibenakku. Aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Air mata mulai keluar dari mataku. “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA,” aku berteriak, berharap dapat mengurangi beban dihatiku. Kutambah kecepatan lariku, membuatku melupakan semuanya, paling tidak untuk saat ini. Aku hanya ingin berlari dan terus berlari, meninggalkan semuanya, kenyataan pahit yang baru saja kudengar.

 

Beberapa lama kemudian..

“Hyung? Taeyeon hyung?” Aku mendengar seseorang memanggil namaku.

“Taeng? Kau baik-baik saja kan?” Kali ini kurasakan seseorang menepuk-nepuk pipiku, membuatku akhirnya membuka mataku. “Yah Taeng! Akhirnya kau bangun juga,” Yuri menghembuskan nafasnya penuh kelegaan. Kulihat sekelilingku. Apa aku baru saja tertidur? Dilapangan? Kutatap wajah Yuri dan Minho yang sedang memandangku, kecemasan masih terlihat di wajah mereka.

“Apa yang kau lakukan disini hyung? Kupikir kau pingsan tadi,” Kata Minho sambil membantuku bagun dan duduk di rumput lapangan.

“Ah mian,” Kataku lemah. Aku baru teringat, aku merebahkan diriku disini setelah berlari, entah berapa lama, tanpa henti. Kurasa aku tertidur setelahnya. Kulihat jam ditanganku, sudah hampir jam 9 malam. Siwon hyung! Aku kembali teringat apa yang baru saja terjadi. Tiba-tiba kepalaku menjadi pusing hanya karena memikirkan kenyataan itu. Siwon hyung adalah pelaku tabrak lari yang telah mencelakakan Tiffany. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang. Kurebahkan kembali tubuhku diatas rumput, dan kututup mataku mengunakan tanganku, mencoba menyegarkan pikiranku. Lagi.

“Taeng? Kau baik-baik saja? Ada apa denganmu?” Yuri kembali panik.

“Aku baik-baik saja, Yul. Apa kalian bisa meninggalkanku? Aku ingin sendirian sekarang,” Jawabku tanpa memandang Yuri dan minho, dengan tangan yang masih menutup mataku.

“Kau yakin? Apa kau butuh..,”

“Pergilah, aku baik-baik saja,” Kataku dengan halus, sebelum Yuri meneruskan kata-katanya yang malah akan membuatku semakin buruk.

“Baiklah baiklah. Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu, ok?” Yuri masih terdengar meragukan keadaanku. Kuanggukkan kepalaku lalu kulambaikan tanganku yang bebas, memberikan tanda agar mereka segera pergi. Aku benar-benar ingin sendiri sekarang. Beberapa saat kemudian, lapangan kembali sunyi. Aku bisa merasakan angin berhembus menyentuh tubuhku, namun sama sekali tidak bisa menghilangkan beban pikiranku.

 

Beberapa saat kemudian..

Kuhembuskan nafasku sesaat setelah aku memarkirkan mobil di garasi rumahku. Kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan jam 10 lewat. Aku menenangkan diriku sendiri sebelum akhirnya aku keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahku.

“Tae?” Tiffany langsung bangkit berdiri saat mendengarku membuka pintu. Ia sepertinya sudah lama menungguku duduk di ruang tamu. Kupandangi wajahnya yang tampak khawatir itu. “Tae? Kaukah itu? Kim Taeyeon?” Tiffany terus memastikan akulah yang datang. Kuhampiri Tiffany dan langsung kupeluk dirinya. “Tae? Apa yang terjadi? Kau sama sekali tidak mengangkat telpon dariku?” Tanya Tiffany sambil membelai rambut dibelakang kepalaku. Kupererat pelukanku seraya kucium pundaknya lembut. Apa yang harus kulakukan sekarang? Bagaimana aku bisa memberitahunya bahwa Siwon hyung lah yang telah mencelakainya? Tiffany kemudian melepaskan pelukanku. “Taeyeon, katakan padaku apa yang terjadi?” Kedua tangannya menyentuh kedua pipiku. “Kau tidak mengangkat telponku, kau bahkan tidak menepati janjimu sendiri untuk makan malam bersama kami. Pasti terjadi sesuatu, benar kan? Katakan, Tae,” Katanya kemudian dengan penuh kesabaran, kedua ibu jarinya membelai lembut pipiku sembari menunggu jawaban dariku. Kugelengkan kepalaku lalu kuraih kedua telapak tangannya yang sedang menyentuh pipiku itu.

“Baby. Bagaimana kalau kita pindah ke inggris? Aku akan menerima tawaran bermain disana,” Kataku kemudian. Tiffany tampak terkejut mendengar keputusan tiba-tibaku ini.

“Wae? Kenapa tiba-tiba? Bukankah kau sudah memutuskan untuk menolaknya dan memperpanjang kontrakmu disini?” Tanya Tiffany masih dengan wajah terkejutnya. Aku tidak tau harus menjawab apa sekarang. Baby, ternyata Siwon hyung yang sudah menabrakmu dan aku tidak mau melihat wajahnya apalagi bermain dengannya. Profesional sekali, huh? Aku tidak mungkin mengatakan alasan itu pada Tiffany. Lagipula jika mengatakannya sama saja aku memberitahunya bahwa Siwon hyung yang sudah menabraknya. Dan aku tidak bisa membayangkan reaksinya. Walaupun Tiffany sudah pernah mengatakan akan melupakan masalah ini, tapi kurasa akan berbeda cerita jika ia tau orang itu adalah Siwon hyung, orang yang dikenalnya dan ternyata sama sekali tidak bisa bertanggung jawab terhadap apa yang sudah diperbuatnya. Ah hyung, kau benar-benar membuatku emosi kali ini! “Tae?” Tiffany membelai tanganku, membuatku tersadar dari lamunanku.

“Fany. Baby,” Kembali kudekap tubuh Tiffany. “Aku hanya ingin bermain disana,” Jawabku berbohong. Lagi-lagi Tiffany melepas pelukanku.

“Katakan, Tae. Apa yang terjadi sebenarnya?” Tiffany terus mendesakku. Kupandang matanya yang berusaha menatap ke arahku itu. Melihat matanya yang indah malah membuatku suasana hatiku semakin buruk. Bagaimana bisa Siwon hyung melakukan itu pada istriku?! Wajah Siwon hyung kembali terlintas dikepalaku, membuatku hampir mencapai tahap membencinya. Itu sangat buruk, aku tidak pernah membenci orang sebelumnya. “Kim Taeyeon? Jawab aku,” Tiffany sudah mulai tidak sabar menungguku menjelaskan semuanya. Kucium bibirnya untuk meredam keingin-tauannya.

“Tidak ada yang terjadi, baby. Aku hanya ingin suasana baru,” Jawabku asal.

“Kau aneh sekali, Tae. Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku,” Tiffany terus mencurigaiku.

“Tidak ada yang aneh, baby,” Kugendong tubuhnya, bridal-style, membuatnya sedikit terkejut. “Aku hanya merindukanmu,” Kataku kemudian lalu kucium keningnya. Tiffany tersenyum dan mengalungkan kedua tangannya pada leherku.

“Apa yang kau inginkan, Tae?” Tanya Tiffany menggodaku, seolah sudah melupakan semua kecurigaannya tadi.

“Aku tidak tau, biar kupikirkan sebentar,” Aku mulai melangkahkan kakiku. “Apakah Sungie sudah tidur?” Tanyaku. Tiffany menganggukkan kepalanya.

“Dikamarnya,” Jawab Tiffany setengah berbisik, lalu mencium bibirku lembut.

“Kau nakal, baby,” Kupandang wajahnya, membuatku semakin menginginkannya malam ini. “Kenapa kau cantik sekali? Apa yang harus kulakukan sekarang?” Tanyaku, setengah menggodanya.

“Lakukan apapun yang ingin kau lakukan,” Bisiknya, membuatku semakin tidak bisa menahan diri. Segera ‘kulumat’ bibirnya tanpa permisi dan kupercepat langkahku menuju kamar, kamar kami berdua. Hanya berdua.

 

Beberapa hari kemudian..

“Kau yakin?” Donghee hyung sedikit shock setelah kuberitahu perubahan keputusanku untuk menerima tawaran bermain di inggris. Kuanggukkan kepalaku penuh keyakinan. Donghee hyung menghembuskan nafasnya. “Yah Taeng, aku baru saja memberitahu club kalau kau akan memperpanjang kontrakmu, dan sekarang kau tiba-tiba berubah pikiran. Benar-benar sulit dipercaya,” Donghee hyung menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Maaf hyung. Aku juga terpaksa mengambil keputusan ini,” Kataku pelan. Donghee hyung memandang wajahku dan terdiam sejenak.

“Ada masalah apa, Taeng?” Tanya Donghee hyung yang pasti tau aku sedang menyimpan sesuatu. Kupandang wajahnya, ragu apakah aku harus menceritakan semua padanya. Namun aku selalu bisa mempercayai Donghee hyung.

“Hyung,” Akhirnya kuceritakan semuanya pada Donghee hyung, mengapa aku mengambil keputusan ini. Donghee hyung tampak mendengarkan ceritaku dengan seksama dan tenang. Dia bahkan sama sekali tidak terkejut saat kuberitahu bahwa Siwon hyung lah yang sudah menyebabkan kecelakaan itu terjadi. “Begitulah hyung kenapa aku memutuskan untuk pergi dari sini. Mungkin terdengar tidak profesional, tapi aku tidak punya pilihan lain. Ini untuk kebaikan club, hyung. Aku tidak bisa bermain dalam kondisi seperti ini,” Kataku mengakhiri ceritaku.

“Hmm. Aku mengerti posisimu sekarang. Tapi kau yakin ini semua untuk kebaikan club? Bukan untuk kebaikanmu sendiri?” Tanya Donghee hyung, membuatku terdiam. Apa yang dikatakan Donghee hyung ada benarnya. Aku melakukan ini bukan karena club, ini karena diriku sendiri, akulah yang tidak mau bermain jika ada Siwon hyung. Lalu apa yang harus kulakukan? Meminta Siwon hyung keluar dari club? Ck, kapten macam apa aku ini. “Taeng, kalau kau benar-benar memikirkan kebaikan club, kau pasti akan menyingkirkan egomu itu. Club membutuhkanmu dan kau tau itu. Tapi aku mengerti keadaanmu sekarang. Itu hakmu untuk memilih pergi dari club. Personal conflict, itu sering terjadi,” Donghee hyung tersenyum padaku. Aku hanya bisa terdiam memikirkan kata-kata Donghee hyung. Aku tidak ingin meninggalkan club, tapi Siwon hyung?! Ah, memikirkan namanya saja sudah membuatku muak.

“Aku tetap akan pergi, hyung,” Kataku kemudian.

“Baiklah kalau memang itu keputusanmu. Lalu bagaimana dengan Tiffany? Kau sudah membicarakan ini dengannya?” Tanya Donghee hyung.

“Dia pasti akan setuju, kau tidak perlu khawatir,” Jawabku. Donghee hyung tertawa mendengar jawabanku.

“Jadi begini ya kalau kau sudah benar-benar marah dengan seseorang? Ini pertama kalinya aku melihatmu seperti ini,” Donghee hyung masih menahan tawanya.

“Apa maksudmu, hyung?” Tanyaku tidak mengerti apa yang sedang ditertawakannya.

“Yah Taeng. Kau selalu mendiskusikan segala hal dengan istrimu, kau bahkan selalu mengikuti semua keputusannya. Tapi sekarang? Tampaknya kau sama sekali tidak membicarakan hal ini dengannya, benar?” Tebak Donghee hyung. Dan semua kata-katanya adalah benar.

“Aku sudah mengatakan ini padanya, aku bilang ingin mencari suasana baru,” Kataku membela diri. Dan memang benar aku sudah pernah mengatakan ini pada Tiffany beberapa hari yang lalu.

“Dan dia percaya dengan alasanmu?” Tanya Donghee hyung lebih lanjut. Kuangkat kedua pundakku. Aku memang tidak tau apakah Tiffany percaya atau tidak, karena kenyataannya adalah kami tidak pernah membicarakan hal ini lagi, lebih tepatnya akulah yang menghindari pembicaraan ini.

“Kurasa dia akan baik-baik saja dengan ini, hyung,” Kataku untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku sudah mengambil keputusan yang tepat.

“Benar, dia pasti akan baik-baik saja,” Donghee hyung mengangguk-anggukkan kepalanya. “Tapi tunggu sampai dia tau alasan yang sebenarnya,” Lanjut Donghee hyung, kata-katanya membuatku benar-benar terdiam kali ini. Aku sama sekali tidak tau apa yang akan terjadi jika Tiffany mengetahui semuanya dan aku sudah berbohong padanya.

 

Beberapa hari kemudian..

-Author POV-

“Taeyeon, kau harus lebih bisa bekerja sama dengan Siwon. Beberapa peluang hilang tadi karena kau terlalu memaksakan shooting, padahal Siwon sudah berdiri bebas. Konsentrasi konsentrasi!” Pelatih Cho memberikan pengarahan di ruang ganti setelah babak pertama pertandingan melawan Dreamtea FC berakhir dengan score 0-1. SM FC tertinggal 1 goal sementara. Taeyeon hanya tertunduk sepanjang mendengarkan pengarahan dari pelatih Cho. “Dan kita ubah skema menjadi 4-1-3-2. Jinki kau jadi gelandang bertahan, jaga pemain nomor 11. Jangan biarkan dia masuk pertahanan sebelum kau,” Pelatih Cho menunjuk Jinki dan bermain dengan tactical board, memberitahu apa yang harus dilakukan oleh para pemain. “Perlu diingat, mereka sangat baik saat serangan balik, kalian harus mewaspadai itu,” Pelatih Cho terus memberikan pengarahan dan diperhatikan dengan seksama oleh para pemain yang sedikit tertekan karena mereka tertinggal oleh Dreamtea FC, penghuni klasemen paling bawah.

“Ayo, fighting!” Taeyeon menepuk tangannya, memberikan semangat pada rekan-rekannya sesaat setelah mereka diminta untuk keluar, melanjutkan pertandingan babak kedua. Taeyeon menepuk punggung teman-temannya satu persatu untuk memberikan semangat secara personal, namun dengan sengaja ia melewati Siwon, dan langsung menepuk punggung Changmin yang ada didepannya. Beruntung tidak ada yang mengetahui hal ini, termasuk Siwon yang masih fokus pada pertandingan babak selanjutnya.

Pertandingan babak kedua pun dimulai. 25 menit pertama berjalan sedikit datar, dimana Dreamtea FC menerapkan permainan full-defense untuk meredam para pemain SM FC memasuki wilayah pertahanan mereka. Terhitung sudah 4 kali Taeyeon mendapatkan peluang menembus pertahanan lawan, namun permainan individu nya membuat peluang-peluang itu menjadi sia-sia. Ia masih saja enggan untuk bekerja sama dengan Siwon. Hingga akhirnya pada menit ke 72, individualisme Taeyeon membuat pelatih Cho geram. Taeyeon yang berhasil mencuri bola dari bek lawan berlari menuju kotak pinalty diikuti Siwon yang melihat peluang itu. Sontak kiper lawan pun mengantisipasi arah dimana Taeyeon datang membawa bola dari sisi kanan, sama sekali tidak menyadari Siwon yang juga datang tanpa pengawalan dari sisi kiri. Skema gol yang bisa terjadi adalah; Taeyeon mengoper bola ke Siwon yang sudah berdiri bebas lalu meneruskan shooting ke arah gawang lawan dimana sang kiper sudah mati langkah karena menghadang Taeyeon terlebih dahulu. Tapi yang dilakukan Taeyeon adalah sebaliknya, ia sama sekali tidak mengoper bole ke Siwon dan langsung menendang bola ke arah gawang yang langsung bisa ditepis oleh kiper lawan dan hanya menghasilkan tendangan sudut untuk SM FC.

“Pergantian pemain. Nomor 18 menggantikan nomor 9. Kim Jonghyun masuk. Kim Taeyeon keluar,” Oficial pun mengumumkan pergantian pemain untuk SM FC. Pelatih Cho tampak sudah tidak bisa mentolerir permainan individu Taeyeon yang terjadi hampir sepanjang menit berjalannya pertandingan. Taeyeon berjalan keluar lapangan tanpa senyum yang biasa diperlihatkannya. Ia langsung duduk untuk menyaksikan jalannya pertandingan di waktu yang tersisa. Senyuman masih tidak tampak diwajahnya, bahkan ia sama sekali menolak untuk berbicara dengan orang-orang disekitarnya. Ia hanya duduk sambil melipat tangannya dan bersandar malas dikursi, matanya terarah ke lapangan namun seolah pikirannya entah kemana. Hingga akhirnya pada menit ke 81, Taeyeon tersadar karena teriakan para supporter yang merayakan gol yang dicetak oleh Siwon hasil kerjasamanya dengan Jonghyun. Taeyeon ikut berdiri dan bertepuk tangan, masih dengan ekspresi datarnya. Kedudukan imbang 1-1 ini pun bertahan hingga pertandingan berakhir.

 

– To Be Continued –

 

Ps: Wah, akhirnya gw publish juga chapter ini *amazed sendiri* hahaha. Knapa gw lama updatenya? Karena gw lagi stuck sama jalan ceritanya(stuck di chapter 8 sekarang) dan terus terang gw kemaren-kemaren males banget nulis+ngetik huehehehe. Tapi akhirnya sense of writing gw kembali setelah gw nonton full shownya Romantic Fantasy :’) Telat yes gw baru nonton, tapi nggak papalah dari pada nggak sama sekali hahaha dan gw baru sadar disitu cuma Taeyeon yang nggak perform individually/group formed, mungkin dia ngasi kesempatan member lainnya buat lebih shine 😉 Dan buat solo performance, mnurut gw Seohyun was JJANG!Pas banget lah dia nyanyi Speak Now nya si swift 😀 Tapi overall favorite gw tetep Lost in Love. TaeNy for the win ❤ Trus trus satu lagi, free talking nya SNSD nggak pernah failed bikin gw ketawa 😀 SNSD Jjang :’)

Ok, sekian dulu speech gw, bisa nggak kelar-kelar soalnya kalo ngomongin those amazing girls hehehehe. So, enjoy this chapter dan jangan lupa comment 🙂 🙂