Title: Soccer Love
Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang
Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists
Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)
Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀
Keesokan harinya..
“Taetae!” Panggil Tiffany saat melihat Taeyeon sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
“Fany? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Taeyeon setengah terkejut melihat Tiffany datang ke lapangan tempat dirinya baru saja selesai berlatih.
“Yah Tae, kau amnesia? Bukankahkah sudah kubilang kemarin kalau aku akan datang menemui hari ini?!” Jawab Tiffany yang kemudian memasang wajah cemberutnya, membuat Taeyeon menahan tawanya.
“Ah iya iya aku ingat. Bagaimana kau tau tempat latihanku?”
“Bukan hal yang sulit untuk mencari tau, Tae,” Kata Tiffany acuh. Ia kemudian melihat jam ditangannya. “Nah, ayo kita pergi sekarang!” Tiffany langsung menarik tangan Taeyeon tanpa melihat Taeyeon yang sedang mengikat tali sepatunya.
“Hais tunggu sebentar, Fany-ah!” Taeyeon langsung menyelesaikan mengikat sepatunya. “Lagipula kita akan pergi kemana? Kenapa terburu-buru sekali?”
“Ke rumahku. Kau sudah berjanji akan membantuku, kan?” Tiffany kembali mengingatkan janji Taeyeon.
“Yeah, aku ingat itu.”
“Kajja!” Tiffany kembali menarik tangan Taeyeon.
Beberapa saat kemudian..
“Emm. Tiffany,” Panggil Taeyeon ragu-ragu saat keduanya tengah menaiki sebuah bus menuju rumah Tiffany. “Fany-ah,” Panggil Taeyeon sekali lagi saat mendapati Tiffany yang sedang memandang ke luar jendela sama sekali tidak menoleh ke arahnya.
“Ah ya?” Tiffany akhirnya menanggapi Taeyeon.
“Sebenarnya apa yang harus kulakukan?” Tanya Taeyeon kemudian. “Emm. Dirumahmu,” Sambung Taeyeon dengan suara pelan. Wajahnya sedikit memerah saat memikirkan ia akan pergi ke rumah Tiffany.
“Yaah, ada apa dengan wajahmu?” Tiffany menahan tawanya saat melihat perubahan warna di wajah Taeyeon. Tiffany kemudian menyentuh dahi Taeyeon, membuat wajah Taeyeon semakin merah. “Kau aneh sekali, Tae,” Kata Tiffany diiringi tawanya.
“Kau belum menjawab pertanyaanku,” Balas Taeyeon yang menghindari tatapan Tiffany, berusaha menahan rasa malunya.
“Well, aku ingin kau kerumahku untuk bertemu dengan adikku. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, dan dia sangat mengidolakanmu, dan dia sangat ingin bertemu denganmu, dan yah aku hanya ingin memberinya kejutan. Sederhana kan?” Jawab Tiffany sambil tersenyum bangga dengan rencananya.
“Kau..,”
“Aku tau, aku memang unnie yang baik,” Potong Tiffany dengan percaya diri yang tinggi. Taeyeon hanya bisa terbengong beberapa saat melihat yeoja ‘aneh’ yang ada disampingnya itu.
“Ngomong-ngomong, apa adikmu itu bernama Miyoung?” Tanya Taeyeon penasaran, membuat Tiffany kaget mendengarnya.
“Yah! Bagaimana kau tau nama itu?!” Tiffany balik bertanya dengan nada suara yang sedikit panik. Ia benar-benar kaget Taeyeon mengetahui namanya.
“Aku mendengar Mr. Hwang menyebut namanya beberapa hari yang lalu,” Jawab Taeyeon polos. “Beliau juga bilang kalo putrinya sangat mengidolakanku, aku yakin putrinya yang dimaksud itu bukanlah dirimu, jadi kemungkinan Miyoung adalah adikmu, benarkan? Atau kau masih punya saudari yang lain?”
“Issh! Adikku bernama Seohyun, dan aku tidak punya saudara yang lain. Kakakku sudah pergi 3 tahun yang lalu,”
“Wah, apa itu berarti,” Taeyeon membelalakan matanya memandang Tiffany. “Miyoung itu kau?” Tanya Taeyeon sambil menahan tawanya.
“Yah Kim Taeyeon! Tidak baik menertawakan orang seperti itu!” Kata Tiffany dengan wajah kesal tergambar jelas di wajahnya.
“Mian mian,” Taeyeon langsung menghentikan tawanya. Keheningan melanda keduanya untuk beberapa saat. “Hmm. Tiffany,” Taeyeon akhirnya memecah keheningan tersebut.
“Hmm?” Tiffany merespon dengan tidak bersemangat.
“Kau tadi bilang kakakmu sudah pergi, apa maksudmu dia..,”
“Ya, dia meninggal 3 tahun yang lalu. Karena kecelakaan mobil,” Terang Tiffany sebelum Taeyeon sempat bertanya lebih lanjut. “Kau tau, aku ada disana bersamanya saat itu. Aku melihatnya. Aku melihat semuanya. Tubuhnya berlumuran darah. Dia benar-benar tidak berdaya dan aku hanya bisa menangis melihatnya seperti itu,” Tiffany mulai berkaca-kaca.
“Fany-ah,” Taeyeon merasa bersalah sudah membuat Tiffany mengenang masa lalunya. Tiffany hanya menggelengkan kepalanya.
“Kau tau apa yang dikatakannya saat itu? ‘Miyoung-ah, jangan pernah menangis lagi. Kau tidak boleh takut, oppa ada disini, oppa akan selalu melindungimu. Kau harus kuat, arraso?’ Dia bahkan masih bisa tersenyum saat mengatakan itu padaku. Aku tidak pernah tau kalau itu adalah kata-kata terakhirnya,” Tiffany akhirnya tidak kuasa menahan air matanya.
“Tiffany,” Taeyeon langsung memeluk Tiffany yang sedang memperlihatkan sisi rapuh dari dirinya itu. Tiffany hanya bisa menangis didalam pelukan Taeyeon, mengeluarkan semua perasaan yang selalu dipendamnya selama bertahun-tahun itu. Tiffany tidak pernah menangisi kematian kakaknya, bahkan dihadapan keluarga dan teman-teman dekatnya sekalipun. Kata-kata terakhir oppanya itu selalu tertanam jelas diotaknya, bahwa ia harus kuat dan tidak boleh lagi menangis. Namun sekarang seolah semuanya tidak berarti lagi. Didalam pelukan Taeyeon ia merasa bisa mengeluarkan semuanya, membagi kesedihannya, memperlihatnya sisi lemah dari dirinya. Entah mengapa ia merasa nyaman bersama dengan orang yang bahkan baru saja dikenalnya itu.
“Maafkan aku, Tae,” Tiffany tiba-tiba melepas pelukan Taeyeon setelah beberapa saat menyadari ia baru saja menangis dipelukan taeyeon. “Aku tidak seharusnya seperti ini,” Kata Tiffany sambil menghapus air matanya.
“Maafkan aku. Sudah membuatmu menangis,” Balas Taeyeon pelan.
“Kurasa Donghae oppa tidak akan memaafkanmu jika dia tau kau sudah membuatku menangis, Tae,” Tiffany tertawa kecil, berusaha mengembalikan kembali mood nya.
“Heh?” Taeyeon memandang Tiffany dengan ekspresi kaget. Tiffany menganggukkan kepalanya.
“Oppa tidak pernah membiarkanku dan Seohyunie menangis. Dia bahkan pernah memarahi teman Hyunnie yang membuatnya menangis pada waktu TK. Kurasa dia akan mendatangimu nanti malam, Tae,” Bisik Tiffany membuat Taeyeon menahan nafasnya. Tiffany tersenyum lebar melihat ekspresi wajah Taeyeon. “Yah! Apa kau takut?!” Tanya Tiffany yang kali ini tidak bisa menahan tawanya.
“Tidak!”
“Kau takut, Tae!”
“Tidak! Hais, dengarkan aku. Aku tidak akan membuatku menangis lagi, arraso?!” Kata Taeyeon memandang kedalam mata Tiffany.
“Tae,” Tiffany tiba-tiba kehilangan kata-katanya.
“Aku berjanji, Fany-ah. Aku berjanji padamu dan Donghae hyung, aku tidak akan membiarkanmu menangis lagi,” Kata Taeyeon dengan nada serius. Tiffany masih terdiam memandang Taeyeon. “Hais, kau harus percaya padaku, Tiffany. Bukankah kita sudah berteman sekarang?” Taeyeon tersenyum pada Tiffany sambil menunjukkan jari kelingkingnya. Tiffany menganggukan kepalanya dan membalas senyuman Taeyeon.
“Yeah, kita memang berteman, Kim Taeyeon,” Tiffany mengaitkan jari kelingkingnya pada kelingking Taeyeon. Mereka tersenyum memandang satu sama lain. “Tapi, Tae,” Tiffany mendekatkan kepalanya pada telinga Taeyeon.
“Eh?”
“Tetap saja nanti malam kau harus bersiap-siap bertemu oppa,” Bisik Tiffany masih berusaha menakuti Taeyeon.
“Yah!” Teriak Taeyeon yang langsung menjauhkan kepala Tiffany.
“Kau takut, Tae!” Tiffany tertawa puas melihat reaksi Taeyeon.
“Aku tidak takut!”
“Kau takut!”
“Tidak!”
“Takut takut takut!”
“Tidak tidak tidak!”
“Takut!”
“Tidak!”
Mereka terus beradu argumentasi sepanjang sisa perjalanan ke rumah Tiffany.
*Flashback – End*
Taeyeon bersandar pada tembok, memikirkan semua yang telah dilakukannya pada Tiffany. Tak lama kemudian ia mengambil dompet disakunya dan menarik sebuah foto didalamnya. “Mianhe,” Taeyeon berbicara pada foto tersebut, foto Tiffany sedang tersenyum memperlihatkan eye-smile nya dan disamping Tiffany terdapat Hyunsung sedang mencium pipi ummanya itu. “Tersenyum seperti itu, Fany-ah,” Gumam Taeyeon. Setetes air mata tiba-tiba jatuh dari matanya membayangkan Tiffany menangis karena pertengkarannya dengannya tadi. “Aku melanggarnya lagi, huh? Janjiku sendiri,” Taeyeon masih berbicara pada foto yang sedang dipegangnya. Kemudian ia kembali memejamkan matanya untuk beberapa saat. “Tiffany mianhe. Kuharap kau memaafkanku,” Taeyeon langsung bangkit berdiri dan segera meninggalkan rumah Yuri untuk kembali ke rumahnya. Ia bertekad untuk meminta maaf dan mendengarkan semua penjelasan dari Tiffany.
Sementara itu di rumah Taeyeon, Tiffany, dan Hyunsung..
“Unnie, lebih baik kau istirahat dulu. Kau terlihat sangat capek,” Jiyeon berusaha membujuk Tiffany untuk yang kesekian kalinya. Namun ia selalu mendapatkan jawaban yang sama.
“Aku sedang menunggu Taeyeon,” Jawab Tiffany hampir tanpa ekspresi.
“Unnie,” Jiyeon, seolah tidak tega melihat kondisi Tiffany saat ini, langsung memeluk Tiffany.
“Istirahatlah, Jiyeonnie. Aku baik-baik saja. Aku tau Tae pasti akan kembali, aku akan terus menunggunya,” Kata Tiffany kemudian.
“Unnie.”
“Percayalah padaku. Kau lebih baik tidur sekarang. Dan terima kasih sudah menemaniku dan Sungie malam ini,” Tiffany mencoba tersenyum pada Jiyeon.
“Baiklah unnie. Aku akan memeriksa Sungie terlebih dahulu. Jika kau butuh sesuatu langsung bangunkan aku, ok?” Jiyeon masih terlihat khawatir. Tiffany menganggukan kepalanya. “Istirahatlah secepatnya, unnie,” Tambah Jiyeon yang kemudian pergi meninggalkan Tiffany seorang diri di ruang tamu. Sudah beberapa jam semenjak Taeyeon mengusirnya dan ia sama sekali tidak beranjak dari sofa di ruang tamu keluarganya, menunggu Taeyeon pulang ke rumah mereka. Dan tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan di pintu rumahnya.
“Tae!” Gumam Tiffany senang. Senyuman akhirnya terlukis di wajahnya. Ia sangat yakin Taeyeon yang sedang berada didepan pintu, dan tanpa pikir panjang Tiffany langsung membuka pintu dan memeluk namja yang sedang berdiri dihadapannya itu. “Tae,” Tiffany tersenyum dan mempererat pelukannya. Namun sedetik kemudian senyumannya langsung menghilang, digantikan oleh wajah panik dan ketakutan. Tangannya menyusuri wajah namja tersebut. “K-kau, bukan Tae!” Tiffany melangkah mundur dengan langkah ketakutan. Ia baru menyadari, Taeyeon tidak pernah mengetuk pintu rumah mereka jika ia pulang. Taeyeon selalu membawa kunci rumah mereka.
“Tiff,” Suara namja itu semakin membuat Tiffany kalut.
“Pergi! Pergi! Pergi!” Tiffany mulai histeris. Namun namja itu malah semakin mendekati dirinya, membuat Tiffany semakin merasa tidak aman. Rasa trauma kembali menghinggapi dirinya. Air mata ketakutan mulai keluar dari matanya.
“Tiffany,” Namja itu mencoba meraih tangan Tiffany, namun Tiffany langsung menampiknya.
“Jangan! Jangan sentuh!” Tiffany terus berjalan mundur menghindari namja tersebut, tubuhnya bergetar karena ketakutan. “Jangan dekati aku!” Tiffany terus menjaga jarak hingga akhirnya ia terjatuh karena menabrak meja. “Pergi pergi pergi,” Tiffany terus memohon. Namun tiba-tiba namja tersebut memeluk tubuhnya, membuat Tiffany semakin berteriak histeris.
“Tiff. Tiffany. Hey, ini aku Siwon,” Kata Siwon dengan lembut.
“O-oppa,” Tiffany akhirnya mulai tenang setelah mengetahui orang itu adalah Siwon. “Oppa,” Tiffany langsung memeluk Siwon dan menangis dalam pelukan Siwon, melepas semua ketakutan yang baru saja dirasakannya. Siwon mempererat pelukannya, menepuk-nepuk punggung Tiffany, mencoba menenangkannya. “Aku takut, oppa,” Tiffany terus menangis membayangkan hal buruk itu kembali menimpa dirinya.
“Ssst, jangan takut, Tiffany. Ini aku disini,” Siwon terus melakukan yang bisa dilakukannya untuk membuat Tiffany benar-benar tenang. Mereka terus berpelukan seperti itu saat Taeyeon tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu rumahnya yang sudah terbuka itu. Taeyeon berdiri kaku melihat pemandangan didepannya.
“Pabo,” Taeyeon berkata pada dirinya sendiri. Ia tersenyum lemah, mengasihani dirinya sendiri.
– To Be Continued –
*Bonus Scene*
“Mwo?! Jangan bilang kau juga suka dengannya, Seohyunnie?” Yoona memandang lekat wajah sahabatnya itu.
“Tentu saja. Semua orang menyukainya, oppa. Kau harus melihat bagaimana jika dia bermain dilapangan, benar-benar berkharisma,” Kata Seohyun sambil membayangkan idola barunya itu.
“Aku sudah sering melihatnya bermain, jadi berhenti memujinya, Hyunnie!” Yoona memperlihatkan wajah kesalnya yang justru terlihat imut dimata Seohyun.
“Aigooo, apa kau cemburu, oppa?” Goda Seohyun yang tersenyum lebar dihadapan Yoona.
“Sangat. Bukankah sudah kubilang kau hanya boleh memuji permainanku. Apa kau lupa untuk siapa aku bermain bola?” Yoona mendekatkan wajahnya pada wajah Seohyun, balik menggoda sahabatnya. Ia pun menahan tawanya saat melihat wajah Seohyun yang menjadi merah padam akibat wajahnya yang hanya berjarak satu sentimeter dari wajah Yoona.
“O-oppa,”
“Nah, Tapi kau benar, Hyunnie,” Yoona langsung menarik kembali wajahnya dari hadapan Seohyun sebelum sahabatnya itu sempat berbicara. Ia tersenyum penuh kemenangan melihat Seohyun yang masih menahan rasa malu setelah ia dengan sukses menggodanya. “Harus kuakui, Taeyeon hyung memang memiliki skill yang sangat bagus,”
“Dan wajah yang sangat imut!” Sambar Seohyun yang tiba-tiba kembali ‘normal’ setelah mendengar nama Taeyeon. Yoona memandang Seohyun tidak percaya. “Tidakkah kau merasa dia memiliki baby-face, oppa?” Seohyun kali ini memperlihatkan senyum kemenangannya.
“Isshhhh, Hyunnie-ah!” Yoona memandang tajam wajah Seohyun yang balik memandangnya dengan senyum lebar diwajahnya.
Beberapa hari kemudian..
“Happy birthday, Hyunnie!” Yoona memperlihatkan senyumnya saat Seohyun membuka pintu rumahnya untuk Yoona yang langsung memberikan satu buket bunga yang ada ditangannya.
“Wah, terima kasih, oppa,” Respon Seohyun dengan wajah berseri-seri.
“Dan ini untukmu,” Yoona memberikan sebuah kotak yang langsung dibuka oleh Seohyun.
“Ah oppa, ini,” Seohyun mengambil selembar kanvas berukuran sedang dari dalam kotak tersebut.
“Yeah, aku melukisnya sendiri. Aku ingin kau ingat jika suatu saat nanti aku pasti akan mewujudkan impianku menjadi pesepakbola yang hebat dan membuatmu bangga,” Yoona memandang lukisan yang sedang dipegang Seohyun itu. Lukisan itu menggambarkan sosok dirinya dan seohyun sedang tersenyum bahagia dimana tangan kiri dan tangan kanan Seohyun sedang mengangkat sebuah piala.
“Oppa, ini hebat sekali,” Seohyun langsung memeluk Yoona. “Terima kasih, oppa,” Kata Seohyun dengan mata berkaca-kaca. Yoona membalas pelukan Seohyun, namun dengan segera ia melepaskannya.
“Dan ada satu lukisan lagi untukmu. Aku tau kau sangat mengidolakannya saat ini, jadi yeah,” Yoona mengambil satu lembar lagi kanvas yang berukuran lebih kecil dari dalam kotak dengan tidak bersemangat, lalu memberikannya pada Seohyun.
“Kim Taeyeon?” Seohyun memperhatikan lukisan yang ada ditangannya. Dan beberapa detik kemudian ia tertawa melihatnya. “Ada apa denganmu, oppa? Kenapa kau membuatnya untukku?”
“Agar kau berhenti membicarakannya! Issh, lagipula kau bilang sangat ingin bertemu dengannya, maafkan aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu saat ini. Aku belum bisa bertemu dengannya,” Kata Yoona dengan nada menyesal.
“Tidak masalah, oppa. Lagipula aku lebih suka bertemu denganmu daripada dengannya,” Kata Seohyun tulus.
“Benarkah?” Tanya Yoona dengan mata berbinar-binar. Dan tepat saat itu juga Tiffany datang.
“Seohyunnie!” Panggil Tiffany dengan semangat.
“Unnie,” Seohyun segera memeluk kakak perempuannya itu.
“Happy birthday!” Tiffany tersenyum lebar pada Seohyun. “Dan tebak siapa yang kubawa untukmu?”
“Kim Taeyeon?!” Seohyun membelalakkan matanya saat melihat Taeyeon berjalan masuk kedalam rumahnya. Taeyeon tersenyum melihat Seohyun.
“Seohyun?” Tanya Taeyeon pada Tiffany, memastikan ia tidak salah orang. Tiffany menganggukkan kepalanya. “Oh. Happy birthday, Seohyun,” Taeyeon memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Seohyun yang hanya bisa mematung melihat Taeyeon berdiri hanya beberapa centimeter dari hadapannya, sama sekali tidak bisa berkata-kata.
“Hm. Terimakasih hyung,” Yoona menggantikan Seohyun mengucapkan terima kasih.
“Dan kau? Yoona?” Tanya Taeyeon memastikan.
“Kau masih ingat denganku, hyung!”
“Tentu saja,”
“Kalian saling kenal?” Tanya Tiffany penasaran.
“Kami bermain di club yang sama, noona. Hyung bermain untuk team U-21, sedangkan aku masih bermain untuk U-18,” Jelas Yoona.
“Oh arraso,” Tiffany menganggukan kepalanya. “Kalau begitu lebih baik kita masuk sekarang, kurasa makan malam sudah siap,” Kata Tiffany yang langsung menarik tangan Taeyeon menuju ruang makan.
“Yah, Hyunnie! Ayo masuk!” Yoona menarik tangan Seohyun dengan sedikit kesal karena sahabatnya itu sama sekali tidak berkedip saat memandang Taeyeon.
Beberapa jam kemudian..
“Terima kasih, oppa, sudah mau datang ke rumahku. Sampai jumpa lagi,” Seohyun mengucapkan selamat tinggal pada Taeyeon dengan malu-malu.
“Sampai jumpa lagi, Seohyun,” Pamit Taeyeon kemudian.
“Hyunnie, aku akan segera kembali,” Kata Tiffany yang kemudian berjalan keluar rumah bersama Taeyeon.
“Aku pulang sekarang,” Pamit Yoona datar.
“Oppa, kenapa terburu-buru? Rumahmu hanya berjarak 1 meter dari sini, tinggallah sebentar lagi,” Pinta Seohyun.
“1 menit,” Kata Yoona tanpa melihat ke arah Seohyun.
“Kau marah padaku, oppa?”
“Tidak.”
“Heeiii, kau marah padaku kan?” Kata Seohyun sambil menarik-narik kemeja Yoona.
“Isssh. Kau baru sadar, huh? Itu akibatnya kalau kau tidak mempedulikanku dan terlalu sibuk memperhatikan Taeyeon hyung sepanjang makan malam tadi. Sudah kubilang kau tidak boleh melihat pria lain selain aku! Dan ini, untuk apa kau membawa-bawa lukisannya?! Haiss, kau benar-benar,” Yoona tidak bisa berkata-kata lagi saat matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Seohyun.
“Apa kau sudah selesai berbicara, oppa? Wah, kau benar-benar cemburuan, oppa,” Seohyun menahan tawanya melihat kelakuan Yoona. “Dan lukisan ini? Aku akan memberikannya pada Tiffany unnie, oppa. Aku tidak bisa menyimpan ‘wajah’ orang lain lagi, semua tempat sudah penuh dengan wajahmu, oppa,” Jelas Seohyun, membuat Yoona menyunggingkan senyumnya.
“Benarkah?”
“Oppa, kau tidak percaya padaku? Aku hanya mengagumi Taeyeon oppa, kau tau itu.”
“Yeah aku tau Hyunnie. Kau berjanji padaku untuk menungguku, kan? Kuharap kau tidak melupakan itu, Hyunnie. Aku akan berusaha menembus tim utama, dan jika saat itu datang kau harus langsung menerimaku, ok?”
“Saat itu pasti akan datang, oppa. Aku akan terus menunggumu,” Seohyun tersenyum pada Yoona yang langsung membalas senyumannya.
“Aku percaya padamu, Hyunnie,” Balas Yoona sambil membelai rambut Seohyun.
3 tahun kemudian..
“Apa?! Noona, kau berbohong kan?!” Yoona menyentuh kedua pundak Tiffany dan melihat kedalam matanya. Tidak ada kebohongan sama sekali. Tiffany menggelengkan kepalanya.
“Dia sudah pergi semalam, Yoong. Untuk apa aku berbohong padamu?” Tiffany menaikan alisnya melihat Yoona yang sekarang berdiri mematung dihadapannya. “Yoong?” Tiffany melambaikan kedua tangannya didepan wajah Yoona. “Kau baik-baik saja kan?”
“Noona. Terima kasih,” Kata Yoona dengan tatapan kosong.
“Oh iya, dia menitipkan ini untukmu, sebentar,” Tiffany mengambil sebuah surat dari kantong belakang celananya. Yoona menerima surat tersebut dan tanpa berkata-kata ia pun berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Tiffany yang sedikit shock dengan reaksi Yoona setelah mengetahui Seohyun pergi meninggalkannya. Tiffany memiringkan kepalanya mencoba berpikir. “Apa mereka berpacaran?” Ia memiringkan kepalanya ke arah lainnya. “Ah kurasa tidak,” Ia masih mencoba mencari jawaban atas pertanyaan sendiri. “Tapi kenapa dia seperti itu?” Tiffany terlihat semakin penasaran. “Issh, lebih baik kutanya langsung pada Hyunnie,” Katanya kemudian sambil menutup pintu dan masuk ke dalam rumahnya.
Kepergian Seohyun membuat Yoona tidak lagi bersemangat melakukan semua kegiatannya. Didalam suratnya, Seohyun hanya meminta Yoona untuk terus mengejar impiannya. Namun kenyataannya adalah sebaliknya. Yoona seolah membuang begitu saja usaha yang sedang dilakukannya. Ia sering sekali tidak datang latihan dan jikapun datang, ia hampir tidak mau melakukan apapun dan bermain buruk, membuatnya tidak pernah lagi dipanggil oleh tim U-21 yang sekarang sedang diperkuatnya.
“Yah, Yoong, kudengar ada trial untuk bermain di club di Jerman. Kau tertarik?” Tanya Taeyeon saat keduanya bertemu didepan rumah Seohyun. Taeyeon baru saja mengantarkan Tiffany pulang ke rumahnya saat ia tidak sengaja melihat Yoona berjalan tanpa semangat menuju rumahnya yang berada tidak jauh dari rumah Tiffany dan Seohyun.
“Jerman?” Yoona terdengar sedikit tertarik saat mendengar nama negara itu, negara dimana Seohyun berada sekarang untuk melanjutkan pendidikannya. Taeyeon tersenyum melihat respon dari Yoona.
“Yeah. Club akan mengirimkan beberapa pemain kita untuk mengikuti trial disana. Kupikir kau tau tentang ini?” Tanya Taeyeon walaupun ia sebenarnya sudah tau keadaan Yoona saat ini. Yoona menggelengkan kepalanya. “Ah, tentu saja. Kudengar kau jarang sekali datang latihan akhir-akhir ini. Mungkin karena itulah kau tidak tau tentang trial ini,” Taeyeon masih tersenyum penuh arti pada Yoona.
“Aku hanya merasa sedikit tidak mood untuk bermain, hyung,” Yoona berusaha membalas senyuman Taeyeon, walaupun tampak dipaksakan. “Tapi, kau tidak berbohong kan, hyung? Trial di Jeman?” Tanya Yoona memastikan. Ia terlihat bersemangat sekarang.
“Ish, untuk apa aku berbohong. Jadi apa kau ingin mencobanya?” Tanya Taeyeon penasaran. Yoona menganggukkan kepalanya dengan mantap. “Berusahalah kalau begitu! Kau masih memiliki waktu beberapa bulan untuk membuktikan kepada pelatih dan club bahwa kau layak untuk dikirim kesana, ok? Mulailah berlatih rutin lagi,” Taeyeon memberikan saran pada Yoona yang hanya menganggukan kepalanya. Wajahnya terlihat sedikit lebih cerah, harapan untuk bertemu dengan Seohyun kembali muncul didirinya.
“Aku akan berusaha, hyung!”
“Bagus, memang seperti itulah seharusnya,” Taeyeon menepuk nepuk pundak Yoona. “Baiklah kalau begitu, aku pergi sekarang,” Kata Taeyeon lalu masuk kedalam mobilnya lalu menyalakan mesin mobilnya. Ia kemudian membuka kaca mobil dan menatap Yoona. “Yah Yoong, jangan buang waktumu seperti ini lagi, ok? Buktikan padanya kalau kau bisa mencapai semua yang ingin kau capai dan jika kau tidak mau menunggunya, kejarlah dia. Sederhana, kan?” Taeyeon kembali tersenyum. “Sampai jumpa,” Katanya kemudian sambil melambaikan tangannya lalu pergi meninggalkan Yoona yang masih berdiri sibuk dengan pikirannya.
“Bagaimana hyung itu bisa tau semuanya?” Tanya Yoona pada dirinya sendiri. “Ah! Tiffany noona!Issh,” Yoona menggelengkan kepalanya lalu kembali berjalan menuju rumahnya.
Epilogue of YoonHyun..
Yoona akhirnya kembali berlatih dengan keras dan berhasil mengikuti trial di Jerman. Disana akhirnya ia bertemu lagi dengan Seohyun yang mengatakan padanya bahwa ia tidak akan kembali ke Korea dalam waktu dekat. Seohyun akan membantu perusahaan appa nya yang akan melakukan ekspansi bisnisnya di Jerman. Hal itu mematahkan semangat Yoona untuk kedua kalinya, namun ia tidak membiarkan dirinya berlarut-larut dalam kekecewakan. Yonna teringat kata-kata Taeyeon padanya, “Jika kau tidak mau menunggunya, kejarlah dia”. Oleh karena itu ia akhirnya memutuskan untuk bermain untuk sebuah club di liga Jerman saat tawaran untuk bermain disana datang kepadanya setahun kemudian.
Yoona bermain dan menetap disana selama 3 tahun sesuai kontrak yang sudah disepakati sebelumnya. Hubungannya dengan Seohyun semakin membaik dan sesuai janji mereka, Seohyun akan menerima Yoona saat akhirnya Yoona berhasil menjadi pemain profesional. Mereka akhirnya bersama dan tidak ada masalah selama masa periode tersebut. Dan tepat saat kontraknya hampir berakhir, Yoona dan Seohyun memutuskan untuk menikah dan kembali ke Korea, karena Yoona memutuskan untuk kembali dan menandatangani kontrak untuk bermain di club lamanya, SMFC. Namun tepat saat itu juga, Seohyun memutuskan untuk meneruskan kuliahnya mengambil program pasca sarjana selama 1.5 tahun. Dan itulah yang terjadi hingga saat ini, Yoona berada di Korea dan Seohyun masih berada di Jerman. Yoona tidak memperbolehkan Seohyun kembali ke Korea dan menyuruhnya fokus pada sekolahnya, ia lah yang selalu mengunjungi Seohyun jika ada waktu luang. Sampai saat ini, tinggal menunggu hitungan minggu hingga akhirnya Seohyun dan Yoona akan kembali berkumpul bersama.
*Bonus Scene – END*
Ps: Holaaaa 🙂 Sebelumnya terima kasih yang mendalam buat yang udah komen dan ngasi saran di chapter sebelumnya. Oleh karena itulah gw memutuskan buat nge-split flashbacknya, jadi mungkin flashback taeny bakal masih ada di beberapa chapter kedepan, tapi nggak bakal full flashback kok.
Nah sesuai yang gw bilang sebelumnya, gw masukin bonus scene yang terinspirasi dari love story salah satu pemain sepak bola asal uruguay 😀 Nah sayangnya kisahnya itu nggak cocok buat yulsic(kebanyakan minta yulsic), jadilah gw bikin buat yoonhyun hehehe Ntar kalo ada ide lagi gw bikin deh line story buat yulsic sama soosun, yang jelas cerita mereka harus relate sama taeny hehehe. Trus kenapa ada epilogue yoonhyun nya? Itu karena gw udah males bikin dialogue haha nggak papa lah ya yang penting gw jelasin akhir kisah mereka ;p
So, how’s this chapter overall? Comment please and see you guys very very very soon 😉 Thank you and Love ya! *big hug*
Tags: genderbender, sm, taeny