Long Time No Write

12 Mar

Wow.. When was the last time I visit my own blog? haha. Life has been so hard to me, well ok, I exaggerate it lol. It’s actually the classic reason I get, what else? work. It has been and  still is consuming my time up. I’m not gonna say I will continue my stories here ;p I’m just bored and suddenly remember this blog. I’m not even sure I will find someone read my rubbish talk kkkkk. I just wanna say, I’m still a big fan of SNSD and ultimate shipper of TaeNy. I still read many TaeNy’s stories out there. Actually, there’s many plot of TaeNy inside my mind, but I don’t have time to write it out. The thing is, I don’t have courage to start it which I’m afraid not able to finish it @.@ For now, I will just support SNSD despite of what already happened to them (there’s too many, way toooooo many). I will stop right here. I’ll see you when I see you. 지금은, 앞으로도, 영원히 소녀시대 !

The Kims’ Blog : Meet The Family

24 Aug

Title: The Kims’ Blog

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: Kim Soohyun, Roy Kim, Suho, Irene, Seohyun

Genre: Romance, Family, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Taeny16

1 Agustus 2016,
Halo, selamat datang di The kims’ Blog! Namaku Tiffany Hwang, tadinya, dan ini kisah kami bersama 5 malaikat Kim yang selalu membuatku tersenyum setiap hari. Oh, jangan lupakan juga Kim-appa yang selalu ada untukku dan malaikat-malaikatku. Hmm, aku memutuskan untuk membuat blog ini untuk membagi perasaan yang kumiliki bersama keluarga kecilku (apakah aku bisa menyebut ini kecil? Tak apalah, toh aku selalu menyebut ‘keluarga kecil kita’ pada Taeyeon dari awal. Siapa yang tau sesuatu yang kecil itu akan menjadi besar pada akhirnya. Tidak, aku tidak mau mengatakan kata akhir disini, tapi aku juga tidak mau membuat lebih besar lagi. Huft, kurasa kalian tau maksudku kan). Apakah aku harus memperkenalkan keluarga kecilku pada kalian? (oke aku menyebutkannya lagi, deal with it, kita anggap keluargaku kecil dari sekarang). Darimana aku harus memulai? Baiklah, bagaimana dengan namja paling luar biasa yang pernah kukenal?

d429444dab51584ae262f7a6b5b78598
Yup, itulah namja yang kumaksudkan, Kim Taeyeon a.k.a Kim-appa kami. Dia suami luar biasa yang tidak pernah kuduga akan menjadi milikku. Hmm, jika melihat kebelakang, ya, kalian harus melihat jauh kebelakang (kami sudah menikah berapa tahun? Yup, 16 tahun) karena kisah kami dimulai jauh sebelum kami menikah. Dari awal hubungan kami tidak seperti pasangan lainnya, bahkan pada kenyataannya kami menikah pun karena ‘kecelakaan’. Yes, kecelakaan itu persis seperti yang kalian pikirkan 🙂 jadi sudah terbayang kah kenapa itu menjadi tidak terduga bagiku? Apa yang membuatku berpikir seperti itu dari awal? Karena Taeyeon lebih muda dariku, hanya 2 tahun, namun tidak pernah terlintas dipikiranku akhirnya aku akan menikah dengan ‘dongsaeng’ seperti dirinya. Oh, jika aku mengingat lagi hal-hal itu hanya bisa membuat diriku tersenyum seperti orang bodoh. Aku hanya tidak pernah tau takdir akan berperan seperti apa dalam hidup kita. Dan dalam hidupku, Kim Taeyeon lah yang akhirnya mengambil peran itu. Dia adalah jodohku. Dan aku tidak akan menceritakan kisahku dengannya saat ini, kurasa kita masih punya banyak waktu untuk itu 😉 namun satu hal yang pasti adalah aku sangat mencintai namjaku, Kim-appa kami.

SooHyun xoxo

Kim Soohyun, malaikat pertama kami. Aku selalu menyebutnya, cupid kami 🙂 kenapa? Karena Soohyun kami lah yang ‘memaksa’ ku menikah dengan Taeyeon. Karena kehadirannya lah yang membuat keluarga kecil kami hidup sekarang. Aku akan selalu bersyukur memiliki Soohyun (dan adik-adiknya tentu saja). Soohyun adalah hadiah pertamaku dengan Taeyeon, dan aku bangga bagaimana dia tumbuh hingga saat ini. Sebagai kakak paling sulung, kedewasaannya tampak dari waktu ke waktu. Ia selalu bertindak sesuai porsinya. Dia tidak cerewet, namun bukan tipe pendiam. Dan dia sangat menyayangi adik-adiknya, aku tau itu walaupun dia tidak selalu menunjukkannya. Soohyun selalu memikirkan saudara nya sebelum dirinya sendiri. Soohyun selalu menjadi “kaki tangan” ku jika berhubungan dengan mengawasi anak-anak. Dia selalu tau apa yang harus dilakukan. Namun aku hanya berharap dia lebih bisa terbuka padaku. (Saat ini usianya sudah menginjak 16 tahun, oh God, aku memiliki anak remaja sekarang. Dia harus lebih terbuka padaku, biar bagaimanapun sebentar lagi dia akan mengenal banyak gadis, dan mulai tau berkencan. Oh tidak, jangan-jangan dia sebenarnya sudah mempunyai pacar? Bukannya aku akan melarangnya, tapi aku tidak ingin dia menjadi Kim Taeyeon kedua jika itu sudah menyangkut para gadis dan pergaulan remaja. Benarkan? Sorry seobang, tapi kau benar-benar pengecut saat itu, saranghae *kiss*). Soohyun bukan anak yang pendiam, namun dia adalah anakku yang paling tertutup, aku bisa merasakannya, namun aku tidak akan memaksanya. Karena seperti yang sudah kukatakan, dia tau apa yang dilakukannya. Umma selalu menyayangimu, Soohyun-ah :*

SangWoo xoxo
Lanjut ke malaikatku yang kedua. Kim Sangwoo. Bisa dibilang Sangwoo adalah anak kami yang kami harapkan. Yang kami harapkan disini maksudnya adalah yang benar-benar aku dan Taeyeon rencanakan. Kami memiliki Soohyun dalam keadaan yang bisa dibilang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Satu tahun lebih aku dan Taeyeon baru akhirnya bisa melewati masa sulit kami setelah menikah. Dan saat pada akhirnya hubungan kami menjadi lebih baik, aku dan suamiku merencanakan untuk memiliki anak kedua kami. Dan boom, hadirlah Sangwoo dalam kehidupan kami bertiga. Aku tidak bisa melupakan perasaanku saat menimangnya untuk kali pertama. Biar bagaimanapun, keadaannya sama sekali berbeda saat aku pertama kali memiliki Soohyun dan saat memiliki Sangwoo (aku tidak mau membandingkannya, keduanya adalah anugrah terindah dalam hidupku, dan yang terpenting adalah saat ini aku bahagia dan bangga memiliki keduanya).

Aku dan Taeyeon merasa hidup kami sangatlah lengkap saat itu. Soohyun dan Sangwoo lah yang melengkapi kami, bahkan hingga saat ini. Sangwoo benar-benar anak yang pendiam, dia lebih suka membaca buku atau bermain instrument musik (dia belajar gitar dan piano) saat saudara-saudara nya bermain bersama. Namun walaupun pendiam, Sangwoo bukan anak yang tertutup. Dia suka mengekspresikan perasaannya dengan caranya sendiri. Dan yang pasti aku tau pasti adalah perasaannya yang sensitive. Dia lebih suka pelukan dan tulisan daripada ucapan (Dia sering membuat puisi untukku, dan hari ini adalah ulang tahunku, aku menunggu puisi nya yang selalu diberikan saat ulang tahunku). Teruslah menjadi harapan kami, Sangwoo-ngie :*

JoonMyun xoxo
Malaikatku berikutnya, Kim Joonmyun. Apakah aku harus mengatakan bahwa Joonmyun adalah ‘kecelakaan’ kami yang kedua? Tapi kali ini bukan kecelakaan seperti itu yang kumaksudkan. Seperti yang kalian tau, Joonmyun saat ini berumur 12 tahun dan kakaknya, Sangwoo, berumur 13 tahun. Yup, mereka berdua hanya berjarak 1 tahun 2 bulan. Kami tidak pernah merencanakan untuk memiliki Joonmyun secepat itu setelah kami baru saja memiliki Sangwoo. Aku tidak akan pernah melupakan malam itu (aku tidak akan menyalahkan diriku disini, anggap saja ini semua salah Taeyeon dan hormon nya itu, ughh). Ini terdengar gila bagiku, Sangwoo baru berumur 5 bulan saat aku dan Taeyeon secara tidak sengaja malah membuat Joonmyun menjadi nyata dalam hidup kami. Aku tidak menyadari itu sampai akhirnya 2 bulan kemudian dokter dan berbagai testpac mengkonfirmasi hal itu.

Aku benar-benar tidak bisa berpikir saat itu, aku bahkan menangis sepanjang perjalanan pulang menuju apartment kami. Jangan salah, ini bukan karena aku tidak menginginkan Joonmyun (aku akan menampar diriku sendiri jika pikiran itu bahkan terbesit dalam otakku! Aku mungkin malah akan menyesal jika aku tidak memiliki Joonmyun. Kehadirannya selalu melengkapi kami). Aku menangis karena saat itu aku merasa sangat tidak siap untuk memiliki anak ketiga kami. Tidak perlu kalian bayangkan, namun apa yang bisa kuperbuat saat itu aku baru berumur 26 tahun, dengan 2 balita (Sangwoo baru berumur 7 bulan dan Soohyun baru saja menginjak 4 tahun) dan seorang suami yang membuatku merasa memiliki 3 balita di rumah.

Namun justru ‘balita’ inilah yang akhirnya menguatkan ku. Aku tidak akan pernah melupakan kata-katanya saat itu. “Kau tidak menginginkannya?” Katanya saat kami tiba didepan apartment kami. Dia kemudian memandang wajahku. “Kau ingin membuangnya, Fany?” Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar saat itu, ingin rasanya aku menampar wajah Taeyeon agar dia sadar dengan apa yang baru saja dikatakannya. Namun kemudian dia menyentuh wajahku dan mengusap air mataku, lalu mendaratkan ciuman singkat dibibirku. “Lalu apa yang kau takutkan, hmm? Apa kau kembali tidak mau lagi memandangku sebagai namja-mu?” Taeyeon tersenyum padaku, senyuman yang selalu bisa kupercaya. “Aku akan selalu berada di sisi mu, Fany. Aku akan membuat keluarga kecil kita bahagia sampai kapan pun. Ingat itu,” Dan aku percaya padanya. Kupeluk dirinya dengan erat, mengisyaratkan dirinya betapa aku mencintai suamiku. “Saranghae, noona,” bisik Taeyeon pada akhirnya. Oh betapa aku sangat menyukainya saat dia memanggilku noona (kenapa aku merasa kembali seperti remaja sekarang, aku sebaiknya tidak berlama-lama mengingat moment itu).

Dan pada akhirnya hadirlah Joonmyun dalam kehidupan kami 7 bulan kemudian. Kepribadian Joonmyun sangat berbanding terbalik dengan Sangwoo. Joonmyun benar-benar tumbuh menjadi anak yang periang dan selalu ceria. Dia selalu mempunyai cerita untuk dibagikan padaku dan aku selalu antusis mendengar hal-hal baru yang selalu diceritakan padaku (aku tidak sabar apa yang akan diceritakan padaku hari ini apalagi hari ini adalah hari pertamanya masuk SMP, kurasa aku harus mempersiapkan waktuku, dia pasti akan bercerita banyak!). Teruslah menjadi cahaya kami, Kim Joonmyun :*

BaeSeo xoxo
Dan terakhir, inilah malaikat kembar kami. Kim Baehyun dan Kim Seohyun. Lihatlah betapa menakjubkannya mereka. Kurasa hidupku sudah sangat lengkap dengan kehadiran mereka. Aku ingin mengatakan jika kedua malaikat ku ini juga bukanlah yang kami harapkan pada awalnya (lebih tepatnya hanya aku). Setelah memiliki Soohyun, Sangwoo, dan Joonmyun, kurasa hidupku sudah terasa lengkap. Memiliki 3 orang anak sudah cukup bagiku. Namun ternyata tidak bagi Taeyeon (aku seharusnya mengetahui motif nya dari awal!). Setahun setelah Joonmyun lahir akhirnya Taeyeon mengungkapkan keinginannya (kurasa ini harus disebut obsesi nya) untuk memiliki anak perempuan! Dan tentu saja aku menolaknya. Aku mengatakan jika 3 sudah lebih dari cukup bagiku. Namun aku mengenal suamiku, dan benar saja dia terus memohon padaku selama setahun penuh. Dan selama setahun itu pula aku selalu menggodanya, aku selalu meminum pil KB ku didepan dirinya saat kami hendak melakukan ‘hal itu’. Taeyeon selalu menampakkan wajah marah nya setelah itu (tapi bisa kupastikan itu hanya sementara, toh dia selalu menikmati hal setelahnya ;p). Hingga pada suatu hari kata-katanya membuatku terbengong (percaya padaku ini sama sekali bukan hal yang romantis) namun membuatku luluh pada akhirnya.

“Fany-ah, aku iri padamu,” segera kualihkan pandanganku dari tv, dan kutatap wajahnya bingung. “Ketiga anak kita selalu mengatakan betapa cantiknya dirimu,” aku semakin bingung dengan arah pembicaraannya. “Tapi mereka tidak pernah sekalipun mengatakan betapa tampannya diriku,” Namja ini kadang-kadang memang aneh. “Kurasa jika kita memiliki anak perempuan, dia akan mengatakan itu tiap hari padaku. Jadi aku tidak akan pernah merasa iri lagi padamu,” Taeyeon tersenyum lebar padaku. Oh God, seharusnya aku tau dari awal kemana pembicaraan absurd ini berujung. Aku hanya bisa bengong mendengar, namun akhirnya kulepaskan juga tawaku melihat usaha aneh nya itu. Kau benar-benar menginginkannya, Kim Taeyeon, dan aku tidak kuasa melihat wajah memohonnya kali ini. Aku ingat bagaimana dia memelukku saat akhirnya aku mengiyakan keinginannya. Namun aku ingin menunggu hingga Joonmyun berumur 3 tahun (aku tidak ingin jarak umur yg terlalu pendek terjadi lagi) dan aku membuatnya berjanji jika yang keempat adalah yang terakhir, apapun gender nya nanti (Taeyeon sangat yakin jika malaikat keempat kami adalah perempuan). Taeyeon menerima syaratku dan dengan sabar menunggu waktu itu datang (aku ingat bagaimana dia merencanakan honeymoon kami tepat satu hari setelah ulang tahun Joonmyun).

Kurasa nasib baik memang menimpa kami, karena setahun kemudian akhirnya kami mendapatkan anak perempuan, dan tidak hanya satu, tapi dua sekaligus! Kalian tidak akan bisa membayangkan bagaimana bahagia nya Taeyeon saat mengetahui hal itu. Dia berulang kali mengatakan jika dia adalah appa paling beruntung di dunia. Bagaimana dengan aku? Oh, aku tidak bisa melupakan perasaan itu, kurasa aku sudah melakukan hal baik di masa lalu sehingga aku mendapatkan kehormatan untuk membesarkan sepasang kembar paling menggemaskan di dunia. Baehyun dan Seohyun langsung menjadi primadona di keluarga kecil kami. Bahkan ketiga oppa mereka sangat antusias menyambut adik kembar nya. Hingga saat ini kedua malaikat kami benar-benar akhirnya mengunci kebahagiaan kami. Mereka akan selalu menjadi kekuatan bagiku dan Taeyeon, juga akan selalu menjadi adik-adik kecil bagi Soohyun, Sangwoo, dan Joonmyun. Kalian akan selalu menjadi penyemangat kami, dear Baehyunnie dan Seohyunnie sayang :*
Yeah, kurasa cukup untuk hari ini. Ini adalah tulisan awal untuk blog kami. Aku harap kami bisa membagi kisah kami lainnya di lain waktu. Aku tidak yakin Taeyeon akan menuliskan sesuatu disini, tapi dia berjanji akan membacanya dan siapa tau dia akan berbagi kisah? Kuharap saja begitu. Kami sudah sepakat untuk membuat blog ini bersama, dan dia berjanji akan menuliskan sesuatu juga. Jadi Kim-appa jika kau membaca ini, tepati lah janjimu. Ok honey, saranghae :*
*oopps aku harus pergi sekarang, aku mendengar malaikat-malaikat ku sudah pulang dari sekolah nya. Jadi sampai ketemu lagi di lain kesempatan. Annyeong.

-The End-

Ps: Haiiii. Sorry buat selipan one shot nya. Jadi ceritanya gw lagi suka stalking instagram orang random, bener-bener random aja gitu. Dan gw nemu beberapa akun yang akhirnya menginspirasi buat bikin one shot ini hehehe. Salah satu akun beneran punya 5 anak, salah satu akun beneran punya blog yang nge-share family life nya, salah satu beneran ada age different. Intinya gw gabungin aja sama khayalan taeny gw, dan jadilah fanfic paling random yang pernah ada ;p Sebenernya tadinya pengen gw bikin girlxgirl, tapi kayanya bakal susah nge-blend ide nya, jadilah gender bender (lagiiiii) hehehehe Dan buat nama Kim’s children nya sengaja cari yang emang marga nya Kim, kecuali si Irene ama Seohyun ya. Jadi jangan pernah mikir kalo gw suka sama ekso, not in a million way! Tapi Suho kayanya polite sih anaknya, jadi gw akhirnya meminjamlah karakter dia ;p Trus kalo si Irene, banyak yang bilang dia mirip taeyeon (??) gw nggak ngikutin red velvet, jadi gw nggak tau Irene yang mana, entah itu gambarnya bener Irene apa nggak, gw asal ambil aja dari google hahhaha Oh iya, yang paling penting gw ganti nama Irene jadi Baehyun, setau gw nama dia samaan sama Seohyun kan cuma beda marga doang, jadilah gw samain juga kaya si Seobaby. Dan please itu Baehyun, TANPA HURUF ‘K’ AFTER ‘BAE’. Note that.

Soooo, see you next time. Hope you enjoyed reading this one. Cheers! 🙂

Soccer Love (Chapter 14)

6 Aug

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Taeny42

“Mianhe, Fany-ah. Ini semua salahku,” Kata Taeyeon dengan nada penuh penyesalan. Tiffany hanya membeku di dalam pelukan Taeyeon, tidak ingin mempecayai semuanya. “Fany, baby. Are you ok?” Tanya Taeyeon saat menyadari Tiffany terus terdiam. Ia pun melepaskan pelukannya dan tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat melihat ekspresi wajah istrinya yang tampak sedang menahan air matanya yang hampir jatuh. “Fany..,” Kata-katanya pun terpotong saat Tiba-tiba Tiffany dengan dingin merebahkan kembali tubuhnya di tempat tidur rumah sakit dan menyembunyikan wajahnya dari pandangan Taeyeon. “Baby….,”

“Sakit. Tae,” Hanya itu kata yang keluar dari mulut Tiffany, karena yang selanjutnya terdengar hanyalah isakan tangis yang tertahan.

“Fany-ah,” Taeyeon hanya bisa memeluk istrinya dari belakang, dia pun tidak tau harus berkata apa lagi. Taeyeon terus memeluk Tiffany hingga yeoja yang sangat dicintainya itu tertidur.

Keesokan harinya..

“Sungie, habiskan dulu makananmu, ok?” Taeyeon terus membujuk anak semata wayangnya itu untuk menghabiskan sarapannya. Hyunsung menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutup rapat mulutnya. “Sungie-ah,”

“Umma, aku ingin bertemu umma,” Hyunsung tetap pada pendiriannya.

“Kita akan menemuinya nanti, jika makanan Sungie sudah habis,” Jawab Taeyeon tegas. Hyunsung hanya terdiam mendengar nada suara Taeyeon. Ia menatap piring yang ada dihadapannya dan langsung menghabiskan makanannya. Taeyeon menghela nafasnya panjang, menyaksikan dirinya sendiri yang kadang kewalahan menghadapi Hyunsung jika tidak ada Tiffany disampingnya.

Tidak lama kemudian Hyunsung menarik baju Taeyeon, yang tampak sedang melamun, dan menyodorkan piring yang sudah kosong kepada appa nya. “Appa, sudah habis,” Lapor Hyunsung sambil tersenyum lebar.

“Anak pintar,” Jawab Taeyeon membalas senyum anaknya. “Ayo kita menemui umma,” Mereka pun beranjak meninggalkan kafetaria rumah sakit dan berjalan menuju kamar Tiffany.

“Ummaaaa!” Hyunsung langsung berlari menemui Tiffany sesampainya ia dan appanya di kamar tempat Tiffany di rawat. Tiffany yang tampak sedang mengobrol dengan Sunny dan Jessica, langsung tersenyum mendengar suara anaknya itu. Yuri yang berada didekat para yeoja segera membantu Hyunsung naik ke tempat tidur Tiffany.

“Sungie-ah,” Tiffany langsung mendekap Hyunsung dengan penuh kasih sayang.

“Aku merindukan umma,” Hyunsung membalas pelukan Tiffany dengan manja.

“Benarkah?” Jawab Tiffany berpura-pura terkejut.

“Neeeee,” Hyunsung menganggukan kepalanya penuh keyakinan. Tiffany hanya bisa tersenyum dan kemudian mencium kening anak kesayangannya itu.

“Umma juga merindukan Sungie,” Tiffany meraba wajah anaknya dengan hati – hati. Hyunsung langsung tersenyum lebar, ia pun berdiri dan kemudian melingkarkan tangan mungilnya di leher Tiffany, memeluk ummanya erat.

“Saranghae ummaaaa,” Celetuk Hyunsung yang kemudian menghujani wajah Tiffany dengan ciuman kecilnya. Semua orang yang berada di ruangan itu hanya bisa tersenyum melihat interakasi antara anak dan umma yang sangat disayanginya, tidak terkecuali sang appa sendiri yang daritadi berdiri di ujung ruangan melihat pemandangan 2 orang yang sangat dicintainya di dunia ini. Tampak mata Taeyeon yang berkaca-kaca menyaksikan keduanya, ia tidak ingin mempercayai bahwa dirinya hampir saja merusak kebahagiaan mereka, merusak kebahagiaan keluarga nya sendiri. Ia tidak tau monster apa yang merasuki dirinya, sehingga ia tega menyakiti Tiffany, wanita yang sangat dicintainya, satu-satunya wanita yang selalu ada di hatinya.

“Ohhh iya, bukannya Sungie harusnya ada di sekolah?” Tanya Tiffany pada Hyunsung.

“Dia bersikeras ingin menemuimu, Fany,” Taeyeon reflek langsung menjawab pertanyaan Tiffany. “Jiyoung memberitahuku, Sungie terus mencarimu bahkan saat baru bangun tidur,” Lanjut Taeyeon sambil berjalan ke arah Tiffany. “Aku juga merindukanmu, Fany-ah,” Kata Taeyeon pelan. Tiffany hanya terdiam menanggapi pernyataan rindu Taeyeon. “Fany-ah,” Taeyeon menghela nafas panjang. “Bagaimana keadaanmu? Ada yang terasa sakit?” Taeyeon terus berusaha mendengar tanggapan Tiffany, namun usahanya seolah sia- sia. Tiffany tidak ingin berbicara dengan Taeyeon. Ia tampak asik membisikkan sesuatu pada Hyunsung, membuat bocah kecil itu tertawa mendengar lelucon dari ummanya yang terlihat jelas menghindari percakapan dengan Taeyeon. Sunny, Jessica, dan Yuri pun langsung bertukar pandangan melihat adegan didepan mereka. Ketiganya pun akhirnya kompak melemparkan tatapan pada Taeyeon yanh hanya menggelengkan kepalanya lemah, dan membalas tatapan mereka dengan tatapan pasrah, mengisyaratkan dia sendiri tidak tau harus berbuat apa.

“Ah! Sungie-ah, ayo kita makan es krim!” Sunny yang menangkap ekspresi Taeyeon, langsung mencari cara membawa Hyunsung keluar untuk memberikan orang tua nya waktu berbicara berdua.

“Andweee, Sungie ingin bersama umma,” Tidak biasanya Hyunsung menolak ajakan Sunny untuk makan es krim bersama.

“Sungie-ah, setelah makan es krim kita akan membeli mainan,” Jessica ikut membujuk Hyunsung. Sang bocah kembali menggelengkan kepalanya.

“Paman tau, bagaimana kalau kita membeli bola baru?” Yuri pun langsung menambahkan daftar sogokan untuk Hyunsung yang tampak langsung tertarik mendengar kata bola. “Hmm, setelah itu kita melihat teman-teman paman dan appa latihan, ok?” Yuri semakin meyakinkan Hyunsung. Taeyeon pun langsung melemparkan pandangan tidak percaya pada Yuri, mereka berdua tau hari itu sama sekali tidak ada latihan untuk team mereka. Yuri hanya bisa tersenyum lebar menanggapi kebodohannya sendiri.

“Ok paman Yuri!” Tanpa ragu Hyunsung langsung berdiri dan bersiap pergi meninggalkan Taeyeon dan Tiffany. “Bolehkan, appa?” Hyunsung teringat pada Taeyeon dan meminta ijin pada appanya. Taeyeon menganggukan kepalanya memberi ijin. “Yeeeayyy, annyeong umma, sampai ketemu nanti,” Hyunsung mengecup singkat pipi Tiffany lalu beranjak pergi bersama Yuri.

“Bye, Tiff, Taeng. Sampai ketemu nanti,” Sunny memandang taeyeon lalu mengedipkan sebelah matanya. Keheningan melanda ruangan itu beberapa saat setelah Yuri, Jessica, Sunny, dan Hyunsung pergi meninggalkan Taeyeon dan Tiffany.

“Hmm, Fany. Bicaralah sesuatu,” Taeyeon mencoba memecah keheningan diantara mereka. “Saranghae,” Tambah Taeyeon lalu mengecup singkat bibir Tiffany yang langsung menggelengkan kepalanya.

“Aku tau Tae, aku tidak pernah meragukan kata-kata mu. Tapi..,” Tiffany berhenti sejenak. Taeyeon memandang ke dalam mata istrinya, mengantisipasi perkataan Tiffany selanjutnya. “Tapi, perlakuanmu berkata sebaliknya, Tae. Aku tidak tau lagi mana yang harus kupercaya. Taeyeon tampak menahan nafasnya sepintas, tertampar dengan pengakuan langsung Tiffany terhadap dirinya.

“Fany-ah..,”

-Tiffany POV-

“Fany-ah..,” Kudengar Taeyeon akhirnya memanggil namaku. Aku seperti mati rasa saat ini. Aku benar-benar tidak tau apa yang sedang kulakukan, apa yang baru saja kukatakan pada Taeyeon. Apakah aku sudah ketelaluan, apakah aku menyakitinya dengan kata-kataku? Jujur saja, aku sudah tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi Taeyeon. Aku tidak tau apa kesalahanku sehingga aku harus merasakan ini semua.

“Apa kau tau rasanya, Tae?” Sekali lagi aku membuatnya terdiam. Mungkin memang benar aku terdengar kasar saat ini, aku terlalu menantang suamiku sendiri dengan kata-kataku. Tapi aku harus mengatakan ini, biar bagaimanapun aku tidak mau ini terjadi lagi. Aku mencintainya, sangat mencintainya, itu harga mati dalam hidupku. Namun kehilangan janinku, calon bayiku, calon anak kita, itu sudah cukup untuk saat ini. Jika ini adalah hasil dari ujian cintaku pada Taeyeon, aku tidak mau lagi menjalaninya. Aku bisa menerima semua rasa marah Taeyeon, aku berhak menerimanya, akulah yang harus menanggungnya. Jika Taeyeon ingin meluapkan semua emosinya padaku, hatiku selalu siap menampungnya. Aku tidak akan pernah membencinya untuk hal ini. Yang paling pasti adalah aku tidak pernah punya alasan untuk membencinya. Tapi, jika semua ini berujung pada kehilangan, kurasa aku belum mampu untuk menerimanya. Kehilangan sesuatu yang belum ada sudah membuat hatiku hancur. Bagaimana jika nantinya aku harus kehilangan.. dirinya. Tidak terasa air mata keluar dari mataku. Membayangkan Taeyeon meninggalkanku..

“Yah, Fany, kenapa kau menangis,” Taeyeon langsung mendekap tubuhku. “Mianhe Fany, mianhe. Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu,”

“Taeyeon,” Kulepaskan pelukannya. “Apa yang kau inginkan sekarang, Tae,” Kuberanikan diriku untuk mengeluarkan kata-kata tajam kepadanya, walaupun aku tidak pernah siap dengan jawaban terburuk yang mungkin kudapatkan. Namun aku harus tega. Aku tau dia sedang merasa insecure saat ini, aku harus mengehntikan perasaan itu didalam dirinya. Aku tidak ingin dia melakukan sesuatu yang akan menyakitiku, Sungie, atau bahkan dirinya sendiri.

“Apa maksudmu, Fany?” Tanggap Taeyeon.

“Kau tau Tae. Aku merasa semuanya sudah cukup. Kau tidak bisa terus-terusan melampiaskan rasa frustasi mu seperti itu,”

“Aku minta maaf, Fany. Aku menyesali semuanya yang telah kulakukan padaku,” Kugeleng-gelengkan kepalaku menanggapi perkataannya. Bukan itu maksudku Taeyeon-ah. Aku tidak ingin mendengar permintaan maafnya, tidak ada yang perlu dimaafkan.

“Mendengarmu meminta maaf membuatku merasa menjadi istri yang buruk, Taeyeon,”

“Kau istri paling hebat, Fany-ah,”

“Kau boleh melampiaskan semua padaku, Tae. Namun apa yang harus kulakukan, jika suatu saat kau melampiaskan semua amarahmu pada Hyunsung? Kehilangan janin kita sudah cukup, Taeyeon. Aku tidak ingin ini semua terulang pada anak kita,” Aku menyakiti Taeyeon. Aku tau itu. Mianhe.

“Apa kau benar-benar berpikir seperti itu? Aku tidak akan pernah menyakiti Hyunsung, Fany!” Bantah Taeyeon dengan nada yang mulai terdengar tinggi.

“Kau menyakitiku. Kau bisa menyakiti siapapun Taeyeon. Aku tidak akan membiarkan kau menyakiti anak kita,”

“God! Aku menyesali semuanya Fany-ah. Aku minta maaf sudah menyakitimu. Dan kau tau aku TIDAK AKAN pernah menyakiti anak kita!” Kudengar Taeyeon menghela nafasnya sejenak. “Lagipula, aku tidak tau apa-apa mengenai itu, aku tidak tau kau sedang hamil. Aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Akan kulakukan apapun untuk mengembalikannya, tapi kau tau itu hal yang tidak akan mungkin bisa kulakukan saat ini! Aku mencintaimu, Fany-ah. Apa yang harus kulakukan sekarang untuk membuktikannya padamu,” Gumam Taeyeon. Aku mendengar nada pasrah dalam suaranya. Aku percaya padamu, Taeyeon. Aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu. Kudengar Taeyeon menghela nafasnya panjang. “Baiklah Fany. Kurasa kau membutuhkan waktumu sendiri sekarang. Aku tidak tau apa yang sedang kau pikirkan. Jika kau ingin aku pergi.. Aku akan pergi,” Kurasakan keheningan sejenak, dan tak lama kemudian kudengar suara langkah kaki Taeyeon. Dia tidak benar-benar meninggalkanku, kan? Dan kudengar suara pintu yang dibuka. Dia memilih pergi saat ini.

“Pabo, Taetae,” Suaraku terdengar lirih. Aku tidak bisa membendung air mataku lagi. Aku tidak menyangka dia akan sedangkal ini menanggapi kata-kata ku. Sudah kubilang aku tidak siap jika dia meninggalkanku. Tangisku semakin pecah mengingat kembali kebodohannya. Kuraba meja disamping tempat tidurku untuk mencari hp ku. Segera ku lakukan emergency call yang sudah disetting terhubung langsung ke nomor Taeyeon. Hanya butuh satu nada dering untuk Taeyeon mengangkat telponku. “Taetae..,”

-To be continued-

Ps: Maaf pendek. Semoga bisa refresh storyline dulu ya at least hehe. Enjoy this chapter! Next chapter’s coming soon. Tergantung sih, soccer love worth it apa nggak buat dilanjutin, kita lihat reaksi pemirsa duluuuu. cheers people ❤

Comeback (Or Not)

28 Jul

Hehehehehehe..

Masih ada yang inget kah? I feel like writing right now. Trakir buka ini wp 2 taun yang lalu, waaaahh udah lama juga ya ;p So to the point aja ya. I have a lot of free time right now. 2 taun belakangan gw super sibuk, bener-bener sibuk *biasa wanita karir hahahaha* tapi sekarang udah nggak, pengen istirahat dan ternyata bengong doang itu nggak enak ya. Eh, tiba-tiba sekitar 1jam yang lalu gw keinget punya wp ini dong, gw sok-sok an visit wp sendiri, ternyata ngegantung ya cerita yang terakhir ckckckckck. Gw sempet kepikiran buat lanjutin, tapi masalahnya adalah gw lupa jalan ceritanya, gw cuma inget rencana ending nya doang huehehehe. Jadi, gw galau dong mau lanjutin apa nggak. Makanya gw harus tau respon masyarakat, kali-kali mendongkrang mood nulis gw. Atau bikin cerita baru kali ya, inspirasi cerita sih banyak, tapi gitu deh abstrak semua. Walopun gw brenti nulis selama 2 taun, tapi gw nggak brenti baca. Too many good stories out there. Huufftttt. Semoga dilema gw ini segera terjawab.

Annyeong. see you soon. hopefully.

Soccer Love (Chapter 13)

22 Aug

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

“Yah, sejak kapan Tiffany pernah tidak memaafkanmu?! Dia tidak pernah bisa marah terlalu lama padamu, kau tau itu. Hais!”

 

*Flashback – 7 tahun yang lalu*

Sebulan sudah berlalu sejak ‘perang dingin’ terjadi antara Taeyeon dan Tiffany. Taeyeon selalu menghindari Tiffany untuk menyembunyikan rasa cemburu yang menghinggapi dirinya. Sementara Tiffany juga tidak ingin membuang-buang waktunya hanya untuk terus berusaha membuat Taeyeon membuka mulutnya kenapa ia menghindari dan marah kepada dirinya. Tiffany selalu secara sengaja datang pada waktu latihan tiba, hanya untuk mengobrol dan bercanda dengan Siwon, dan secara tidak langsung menunjukkan pada Taeyeon bahwa dirinya juga bisa ‘bersenang-senang’ walau tanpa Taeyeon disampingnya. Hal ini lah yang membuat Taeyeon semakin cemburu dan dingin terhadap Tiffany, dan secara tidak langsung kepada Siwon juga.

“Yah, kukira kau sudah tidak ingin melihat Tiffany lagi?!” Goda Siwon saat ia tidak sengaja melihat foto Tiffany di dompet Taeyeon.

“Issh!” Taeyeon segera menutup dompetnya, menghalangi Siwon untuk menggodanya lebih lanjut.

“Kau tau seberapa marahnya dia kepadamu?” Tanya Siwon sambil memakai sepatunya. Taeyeon berusaha tidak menanggapi Siwon, karena biar bagaimanapun ia masih kesal dengan Siwon. Taeyeon merasa Siwonlah penyebab hubungan persahabatannya dengan Tiffany menjadi renggang seperti saat ini. “Yah, Taeyeon. Dia sangat marah kepadamu, tidakkah kau sebaiknya minta maaf padanya?” Kata Siwon sedikit berteriak karena Taeyeon berjalan untuk membuka lokernya, menjauhi dirinya, lebih tepatnya menghindari pembicaraan denganya.

“Bukan urusanmu, hyung,” Respon Taeyeon datar. Ia segera mengambil jerseynya, kemudian meletakkan handphone di lokernya saat tiba-tiba hp nya bergetar dan mendapati nama Tiffany di layarnya. Taeyeon memutar bola matanya, merasa semakin terintimidasi dengan panggilan telpon dari Tiffany saat ia sedang satu ruangan dengan Siwon yang jelas-jelas sedang membahas Tiffany dan dirinya.

“Taeyeon, lebih baik kita cepat ke lapangan, kau tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini kan? Kau harus.. Eh, Tiffany?” Kata-kata Siwon terpotong saat mendapati hp nya berbunyi dan panggilan tersebut tidak lain dari Tiffany. Taeyeon dengan reflek membalikkan badannya ke arah Siwon saat mendengar nama Tiffany. “Halo Tiffany,” Siwon menatap Taeyeon dan segera menunjuk pintu keluar memberi tanda pada Taeyeon untuk segera menuju lapangan. “Ah, Tiffany, maaf aku harus segera ke lapangan. Aku akan menelponmu lagi nanti, ok?” Siwon segera mematikan sambungan telponnya dan buru-buru meletakkannya di lokernya. Taeyeon kembali terdiam saat ia merasakan hp nya kembali bergetar dan kembali memunculkan nama Tiffany. “Ayo Taeyeon! Ini kesempatanmu untuk menembus tim utama!” Kata Siwon sambil menutup pintu lokernya dan bersiap keluar menuju lapangan.

“Kau pergilah duluan, hyung. Aku akan segera menyusul,” Kata Taeyeon yang perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak saat mengingat Tiffany.

“Ok, jangan sampai terlambat!” Pesan Siwon yang langsung pergi dengan sedikit tergesa-gesa. Setelah sedikit berdebat dengan dirinya sendiri akhirnya Taeyeon memutuskan untuk menelpon balik Tiffany.

“Tae….,” Tidak butuh waktu lama untuk Taeyeon mendengar suara Tiffany.

“Fany-ah, kau baik-baik saja?!” Tanya Taeyeon. Kepanikan segera melanda dirinya saat ia mendengar nada bergetar dalam suara Tiffany.

“Tae… Aku takut,” Kali ini isakan kecil mulai terdengar.

“Yah, Fany. Kau dirumah kan? Katakan padaku apa yang terjadi,” Tanpa pikir panjang Taeyeon segera mengambil jaketnya dan berlari keluar stadion.

“Cepatlah kemari, aku takut, Tae. Tae..,” Tiba-tiba saja Tiffany melepaskan sambungan telponnya yang membuat Taeyeon semakin panik.

“Fany?! Tiffany?! YAH!” Taeyeon menjadi frustasi sendiri. Ia segera memberhentikan taxi yang lewat dan meminta sopirnya untuk mengantarnya ke rumah Tiffany dengan cepat. Sepanjang perjalanan Taeyeon terus mencoba menghubungi Tiffany namun tampaknya Tiffany mematikan hp nya. Perasaan Taeyeon menjadi semakin tidak menentu, ia terus berdoa meminta agar tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Tiffany. Membutuhkan waktu 20 menit untuk akhirnya Taeyeon tiba di rumah Tiffany.  Ia terkejut saat mendapati rumah Tiffany tebuka lebar, dan yang membuatnya lebih terkejut lagi saat melihat kondisi dalam rumah Tiffany yang berantakan. Pikiran untuk hal terburuk pun langsung berputar di kepala Taeyeon. “Tiffany!” Taeyeon langsung berteriak memanggil nama Tiffany. Namun sama sekali tidak ada jawaban. Taeyeon terus meneriakkan nama Tiffany sambil memeriksa setiap ruangan yang ada di rumah itu. Hingga akhirnya ia mendapati salah satu ruangan yg terkunci, dan tanpa pikir panjang ia mendobraknya dengan paksa. “Fany!” Teriak Taeyeon sesaat setelah ia mendapati Tiffany sedang menangis sambil memeluk kedua lututnya di pojok ruangan.

“T-tae,” Tiffany mendongakkan kepalanya, memperlihatkan matanya yang merah dan sedikit membengkak akibat menagis, membuat Taeyeon langsung berlari memeluk dirinya. “Aku takut, Tae,” Kata Tiffany disela isakkan tangisnya.

“Sssttt. Aku disini, ok? Semuanya baik-baik saja,” Taeyeon berusaha menenangkan Tiffany, walaupun dia sendiri tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

 

Dua minggu berlalu semenjak kejadian tersebut, dan dua minggu penuh pula Tiffany tidak mau keluar rumah dan bertemu dengan orang-orang, well, kecuali Taeyeon tentu saja. Hingga pada akhirnya Tiffany mau menceritakan, hanya kepada Taeyeon, kejadian yang sudah menimpanya, yang membutnya trauma. Tiffany menceritakan semuanya kepada Taeyeon walaupun terlihat jelas ada nada frustasi dalam suara Tiffany saat ia harus mengingat semua kejadian tersebut. Bagaimana saat itu datang dua orang perampok yang memaksa masuk ke rumahnya, saat ia sendirian berada di rumahnya. Dan bagian yang membuatnya histeris adalah saat salah satu perampok tersebut berusaha untuk menyentuhnya dan ia harus sekuat tenaga berusaha melepaskan diri dan berhasil bersembunyi di salah satu ruangan di rumahnya. Tiffany kembali menangis bila mengingat saat-saat kelamnya tersebut.

“Semuanya sudah berakhir, Fany-ah. Jangan menangis lagi, aku disini sekarang. Aku tidak akan meninggalkanmu, ok?” Kata Taeyeon sambil memeluk erat Tiffany yang berusaha manahan isakan tangisnya. “Sssttt, Maafkan aku, ok? Semua ini salahku. Aku tidak seharusnya meninggalkanmu. Mengabaikanmu,” Lanjut Taeyeon dengan penuh penyesalan. Tiffany hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar permintaan maaf dari Taeyeon. “Mianhe. Mianhe. Mianhe,” Kata Taeyoen tulus.

“It’s ok, Tae,” Jawab Tiffany pelan. “Hanya.. Jangan.. Tinggalkan aku.. Aku takut.. Tae,” Sambung Tiffany dengan terbata-bata. Taeyeon membelai lembut kepala Tiffany lalu menganggukkan kepalanya pelan, mengerti rasa trauma yang sekarang diderita ‘sahabat’ nya itu.

“Apa ini berarti kau mau memaafkan aku? Fany-ah?” Tanya Taeyeon berhati-hati.

“Tidak ada alasan untukku untuk tidak memaafkanmu, Tae. Tidak ada yang perlu dimaafkan jika itu menyangkut dirimu,” Jawab Tiffany setengah berbisik, membuat senyuman Taeyeon mengembang di wajahnya.

“Aku tidak akan meninggalkanmu, Fany-ah,” Taeyeon melepaskan pelukannya dan mendaratkan kecupan di kening Tiffany. Kemudian Taeyeon membelai pipi Tiffany menggunakan kedua ibu jarinya dan membuat keduanya memandang satu sama lain. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Taeyeon untuk kemudian menempelkan bibirnya di bibir Tiffany.

*Flashback – End*

 

“Apa yang kau pikirkan, pabo?! Kau mau ikut masuk atau terus berdiam disini?” Sunny sudah berdiri didepan pintu ruangan Tiffany.

“Aku akan menyusulmu sebentar lagi. Aku akan masuk tentu saja!” Balas Taeyeon yang tampak sudah sedikit menemukan kembali mood nya.

“Baiklah,” Sunny pun masuk ke ruangan Tiffany dan meninggalkan Taeyeon yang sedang berusaha menyemangati dirinya sendiri.

“Ini semua salahku. Kau terlalu egois, Kim Taeyeon. Aku tidak akan memaafkanmu jika sampai aku kehilangan Tiffany!” Taeyeon berbicara pelan pada dirinya sendiri. Ia pun menganggukkan kepalanya dan bangkit berdiri hendak menemui Tiffany.

“Taeyeon,” Tiba-tiba terdengar suara memanggil Taeyeon yang langsung menolehkan kepalanya dan mendapati Siwon sudah berdiri dibelakangnya.

“Kau!” Taeyeon tampak berusaha mengontrol emosinya saat melihat wajah Siwon. “Apa yang kau inginkan?” Tanya Taeyeon dingin.

“Aku hanya ingin menjelaskan sesuatu, Taeng. Aku tau kau tidak akan memaafkanku atas apa yang sudah kuperbuat terhadap Tiffany. Tapi aku hanya ingin kau tidak salah paham atas apa yang yang kau lihat tadi, ok? Dengarkan aku sebentar saja,” Pinta Siwon. Taeyeon terdiam sejenak.

“Katakan,” Taeyeon akhirnya mau mendengarkan penjelasan Siwon yang langsung menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana dia hanya khawatir dan merasa bersalah sehingga ia memutuskan untuk meminta maaf langsung dan datang ke rumah Taeyeon. Namun sesuatu yang tidak diduganya terjadi, ia menceritakan bagaimana Tiffany ketakutan saat ia datang ke rumah mereka dan ia memeluknya hanya untuk menenangkannya.

“Mwo?!” Taeyeon benar-benar terkejut mendengar penjelasan Siwon. Ia menghela nafasnya panjang. “Dia pasti benar-benar ketakutan,” Taeyeon kembali diliputi perasaan bersalah, kali ini berkali lipat.

“Aku hanya ingin mengatakan itu, Taeng. Kau harus percaya padaku kali ini. Tidak adil baginya jika kau menuduhnya berselingkuh atau sebagainya padahal pada kenyataannya dia tidak pernah memandang orang lain selain dirimu,” Siwon tersenyum lemah pada Taeyeon.

“Aku tau itu,” Jawab Taeyeon dingin. Biar bagaimanapun ia masih marah terhadap semua yang telah dilakukan Siwon.

“Baiklah jika kau mengerti. Aku akan pergi sekarang. Dan satu lagi. Kuharap kita bisa menyelesaikan semua masalah ini, jadi datanglah minggu depan. Club akan menjelaskan semuanya, kau akan mengerti mengapa Tiffany menyembunyikan semuanya darimu. Dia tidak bersalah, kau harus tau itu. Tidak sepantasnya dia menanggung semua ini,” Siwon hanya tersenyum simpul sekilas lalu pergi meninggalkan Taeyeon.

“Issh! Kau terlalu memperhatikan Tiffany, hyung! Apa kau tidak tau kalau dia sudah punya suami?!” Gumam Taeyeon dengan nada sarkastik. Ia pun membuka pintu ruangan Tiffany dan dengan berhati-hati berjalan mendekati Tiffany yang tampak masih tertidur itu. “Hey guys,” Taeyeon mencoba tersenyum pada Yuri, jessica, Sunny, dan Sooyoung yang sedang duduk berjejeran di sofa.

“Nah kapten, karena kau sudah sadar dan kembali hidup, jadi lebih baik kami pergi sekarang,” Kata Sooyoung yang langsung menerima pukulan pelan dilengannya dari Sunny.

“Yah, jaga omonganmu!” Sunny memandang tajam Sooyoung.

“Mian,” Balas Sooyoung yang langsung tersenyum imut pada Sunny.

“Issh!” Sunny menutup wajah Sooyoung dengan telapak tangannya.

“Jangan perhatikan mereka, Taeng,” Yuri memecah perhatian Taeyeon yang melihat keakraban Sooyoung dan Sunny, yang mengingatkan hubungannya dengan Tiffany saat ini. “Tiffany masih belum sadar dari tadi, jadi lebih baik kami pergi dulu sekarang, ok?” Yuri bangkit berdiri dan menarik Jessica untuk ikut berdiri.

“Kami akan datang lagi lain waktu, sampaikan salamku untuk Tiffany jika dia bangun nanti,” Jessica tersenyum pada Taeyeon lalu satu persatu dari mereka pun berpamitan dan meninggalkan Taeyeon sendirian diruangan itu bersama Tiffany. Taeyeon memandang wajah Tiffany untuk beberapa saat, tampak jelas ekspresi penyesalan diwajahnya.

“Mianhe, Fany-ah,” Katanya kemudian sambil merapikan selimut Tiffany dan memastikan Tiffany tetap nyaman dan hangat. “Saranghae,” Taeyeon mengecup kening Tiffany selama beberapa detik. Lalu ia pun memutuskan untuk beristirahat di sofa disamping tempat tidur Tiffany, menunggu istrinya itu bangun dari tidurnya.

 

Keesokan harinya..

Tiffany membuka matanya dan menyadari ia sedang tidak berada di kamarnya. Kepanikan mulai menyelimuti dirinya, ia merasa tidak aman dan hanya satu orang yang ada dipikirannya untuk berada disampingnya. “Tae?” Tiffany mulai memanggil nama Taeyeon, berharap suaminya itu ada disana bersamanya. “Taetae?” Kali ini Tiffany mencari Taeyeon dengan suara lebih keras, membuat Taeyeon ikut terbangun dari tidurnya.

“Fany,” Taeyeon membuka matanya dan langsung menghampiri Tiffany saat menyadari istrinya akhirnya bangun juga. “Aku disini, baby,” Taeyeon meraih tangan Tiffany, yang hendak meraba wajah Taeyeon, lalu meletakkannya diwajahnya. Senyuman lambat laun terlukis diwajah Tiffany.

“Tae, mianhe. Jeongmal mianhe. Jangan tinggalkan aku, aku tidak ingin berpisah denganmu,” Tiffany menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat kata-kata terakhir yang diucapkan Taeyeon padanya.

“Fany-ah,” Taeyeon segera menarik Tiffany dalam pelukannya. “My baby,” Lanjutnya seraya mengecup ujung kepala istrinya dan mempererat pelukannya. Taeyeon tidak bisa berkata-kata lagi karena ia merasa permintaan maaf nya tidak akan pernah bisa menutupi semua perasaan bersalahnya. Ia sudah terlalu menyakiti perasaan Tiffany. Keheningan pun terjadi untuk beberapa saat.

“Tae,” Tiffany pun akhirnya berusaha memecah keheningan saat ia merasa Taeyeon sama sekali tidak menanggapi dirinya.

“Mianhe,” Bisik Taeyeon tulus yang sama sekali tidak melepas Tiffany dalam pelukannya. Tiffany tidak butuh penjelasan untuk memahami maksud kata ‘mianhe’ dari suaminya itu, ia sudah cukup mengerti perasaan bersalah yang sedang menyelimuti Taeyeon dan ia tidak mau namja yang sangat dicintainya itu merasa lebih bersalah lagi. Tiffany hanya bisa membalas pelukan Taeyeon, memastikan suaminya bahwa ia sudah pasti memaafkannya. Senyuman penuh kelegaan bisa terlihat di wajah Tiffany.

“Tae,”

“Fany,” Panggil Taeyeon dan Tiffany dalam waktu bersamaan. “Hmm, yes baby?” Taeyeon dengan gentle mempersilakan Tiffany untuk berbicara terlebih dahulu.

“Tae, aku mempunyai kabar gembira untukmu,” Senyuman kembali merekah di wajah Tiffany. “Untuk kita,” Ralatnya kemudian. Taeyeon melepas pelukannya untuk memandang istrinya yang sedang tersenyum bahagia itu.

“Kau cantik sekali, baby,” Kata Taeyeon yang tiba-tiba terhipnotis oleh wajah yang ada dihadapannya itu. Taeyeon pun membelai wajah Tiffany yang sebenarnya masih terlihat pucat itu, ibu jarinya menyapu pipi hingga berhenti di bibir istrinya.

“Tae, kau mendengarku kan?” Tanya Tiffany yang merasa Taeyeon tidak menanggapi kabar yang akan disampaikannya itu.

“Teruskan, baby,” Jawab Taeyeon. Jarinya mulai mengusap bibir Tiffany lembut.

“Hmm. Tae..,” Kata-katanya langsung terhenti saat Taeyeon tanpa peringatan mendaratkan bibirnya ke bibir istrinya dan melumatnya tanpa ampun. Untuk beberapa saat Tiffany merespon ciuman suaminya itu hingga ia merasa perlu mengambil nafas dan melepas ciumannya yang juga langsung mengembalikan pikirannya yang sempat ‘terganggu’ oleh ciuman Taeyeon. “Tae, aku hamil,” Kata Tiffany sambil berusaha mengatur kembali nafasnya. Taeyeon seolah langsung membeku mendengar pengakuan istrinya itu, karena hal itulah yang sebenarnya ingin diungkapkannya sebelumnya. “Taeeee, tidakkah kau senang?” Tanya Tiffany saat menyadari Taeyeon sama sekali tidak menampakkan reaksinya dan segera meraba wajah suaminya itu untuk memastikan ia baik-baik saja. “Aku juga baru mengetahuinya 2 hari yang lalu, Tae. Maafkan aku. Aku ingin segera memberitahumu setelah pertandingan berakhir, tapi ternyata semuanya tidak sesuai rencanaku, kau tau setelah semua yang terjadi…,”

“Fany-ah, mianhe,” Taeyeon kembali memeluk erat dan memotong kata-kata Tiffany.

“It’s ok, Taetae,” Tiffany membelai lembut kepala Taeyeon untuk menenangkannya. “Kita bisa melupakan masalah kemarin, ok?” Tiffany tidak ingin Taeyeon terlalu berlarut dengan perasaan bersalahnya akibat pertengkaran hebat mereka kemarin. Taeyeon menggelengkan kepalanya lemah.

“Baby, maafkan aku. Tapi. Kau sudah kehilangan,” Taeyeon terdiam sejenak. “Janin.. Calon anak.. Kita,” Lanjut Taeyeon dengan terbata-bata. Tiffany tampak terdiam mencerna kata-kata Taeyeon.

“Maksudmu..?” Tiffany tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

“Mianhe, Fany-ah. Ini semua salahku,” Kata Taeyeon dengan nada penuh penyesalan. Tiffany hanya membeku di dalam pelukan Taeyeon, tidak ingin mempecayai semuanya. “Fany, baby. Are you ok?” Tanya Taeyeon saat menyadari Tiffany terus terdiam. Ia pun melepaskan pelukannya dan tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat melihat ekspresi wajah istrinya yang tampak sedang menahan air matanya yang hampir jatuh. “Fany..,” Kata-katanya pun terpotong saat Tiba-tiba Tiffany dengan dingin merebahkan kembali tubuhnya di tempat tidur rumah sakit dan menyembunyikan wajahnya dari pandangan Taeyeon. “Baby….,”

 

– To Be Continued –

 

Ps: Hahahaha kentang yah? Sorry sorry sorry :p Jangan protes chapter ini kependekan, karena sebelum di protes gw juga mau mengakui kalo emang pendek (setelah gw baca ulang), tapi yasudahlah mau diapain lagi hehe. Bagi yang udah lupa ceritanya kaya apaan, bisa dibaca lagi dari awal *pe-er sih emang* ya maklumlah setelah berbulan-bulan nggak update gw juga sempet lupa sama jalan ceritanya hahaha tapi gw ga pake acara baca ulang, jadi kalo ada yang rada nggak nyambung yah harap dimaklumin yaaaa hehehehe. O ya, chp ini gw dedikasikan buat 2 orang yang kemarin minta gw buat update di twitter hahaha *penting ini*

Hmmmm.. Yah, intinya I’m so glad to be back! Tapi masih nggak tau kapan bisa update lagi, yang pasti gw nggak bakal menelantarakan ff ini, karena gw sendiri juga nggak suka baca cerita yang nggak ada terusannya. Suka emosi sendiri nggak sih sama cerita yang nggak ada endingnya? Iya kan? Iya ajalah. Dan guys guys guyssssss, the best part of this year adalaaahhh GG TOUR di Jakarta! Yeaaayyyyyy yeaaaaahhhhhhhhh. FINALLY! Pokoknya gw nggak bisa describe rasa seneng gw! 😀 Buat kalian yang rencana nonton, sampai ketemu tanggal 14 September di MEIS yah! Woohooooo 😀 😀 Ah, pokoknya I love you guys! And see you guys soon! *hug hug hug*

Soccer Love (Chapter 12)

22 May

Title: Soccer Love

Main Cast: Kim Taeyeon, Tiffany Hwang

Sub Cast: The rest of SNSD members, SM artists

Genre: Drama, Romance, Sport, Gender Bender (Skip this if you don’t like this kind of genre. Always support our SNSD ^_^)

Attention: This FF is purely created by my own imagination, jadi maaf kalo tiba-tiba ada yang aneh+ga jelas+ga masuk akal dan banyak typo hehehehe Keep calm and LOVE SNSD 😀

Gambar

 

 

“Pabo,” Taeyeon berkata pada dirinya sendiri. Ia tersenyum lemah, mengasihani dirinya sendiri.

 

*Flashback – 7 tahun yang lalu*

“Oppa!” Tiffany memukul lengan Siwon.

“Mian mian,” Siwon berpura-pura kesakitan. “Aku akan membantumu, tenang saja,” Kata Siwon kembali memperlihatkan senyumnya.

“Thank you, oppa,” Tiffany pun memeluk Siwon, pelukan antar teman. Siwon membalas pelukan Tiffany selama beberapa saat dan sama sekali tidak menyadari kehadiran Taeyeon yang, sayangnya, harus dan sudah terlanjur melihat pemandangan yang sangat tidak ingin dilihatnya. Teman satu team nya berpelukan dengan sahabat yang diam-diam disukainya. 2 tahun berlalu sejak ia dan Tiffany berkenalan, setiap hari mereka menjadi semakin dekat dan hingga akhirnya mereka menjadi sahabat yang hampir selalu terlihat bersama. Tiffany selalu mendukung semua yang dilakukan Taeyeon, termasuk saat Taeyeon berusaha menembus tempat di tim senior club. Hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan posisi di tim senior 6 bulan yang lalu, dan itu jugalah masa di mana Taeyeon pertama kali memperkenalkan Tiffany pada rekan-rekan satu tim nya, termasuk Siwon.

“Ternyata mereka saling menyukai,” gumam Taeyeon yang langsung berpaling meninggalkan Tiffany dan Siwon bahkan tanpa menghampiri dan menyapa Tiffany sama sekali. “Fany, apakah hyung orangnya? Itulah kenapa kau sering datang ke tempat latihan kami? Untuk melihat Siwon hyung, huh?” Taeyeon mempercepat langkahnya menjadi setengah berlari, berusaha melupakan apa yang baru saja disaksikannya.

 

Beberapa jam kemudian..

“Yah Tae, kenapa baru mengangkat telponku? Kau dimana sekarang? Kenapa kau meninggalkanku? Kau tau berapa lama aku menunggumu tadi?!” Tiffany langsung melepaskan semua ‘kejengkelannya’ saat Taeyeon akhirnya mau mengangkat telpon darinya. Ia masih sebal karena merasa dikhianati oleh Taeyeon yang meninggalkan dirinya saat mereka sudah berjanji untuk pergi bersama setelah Taeyeon selesai berlatih.

“Mian,” Hanya itu kata yang terucap dari mulut Taeyeon.

“Tae? Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?” Tiffany mendadak menjadi khawatir saat mendengar nada suara Taeyeon dan cara menjawabnya yang tidak seperti biasanya.

“Aku baik-baik saja, Tiffany,” Jawab Taeyeon singkat.

“Kau tidak sedang baik-baik saja Mr. Kim, aku mengenalmu,” Tiffany masih bersikeras dan yakin bahwa sahabatnya itu sedang berbohong padanya.

“Sudah kubilang aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir,” Taeyeon masih berusaha menanggapi sikap keras kepala Tiffany.

“Katakan padaku, Tae. Atau aku akan pergi ke rumahmu sekarang juga, aku tau kau ada di rumah sekarang,”

“Cukup Tiffany! Tidak terjadi apa-apa padaku, ok! Jadi berhenti bersikap berlebihan seperti itu padaku. Kau tidak perlu lagi membuang-buang waktumu hanya untuk mengkhawatirkanku. Simpan tenagamu itu untuk orang lain,” Kata Taeyeon dingin.

“Tae..,”

“Aku capek sekali, Tiffany. Kita bicara lagi lain waktu. Bye,” Taeyeon langsung menutup sambungan telponnya. “Itupun jika masih ada waktu untukku, Tiffany,” gumam Taeyeon sambil memandang layar hp nya yang menampilkan foto dirinya dan Tiffany. Ia pun menghela nafasnya panjang, berharap apa yang baru saja dikatakannya adalah yang terbaik. Setengah telah berlalu saat Taeyeon mendengar suara klakson mobil yang khas didepan rumahnya. Ia pun segera berlari keluar rumahnya untuk memastikan, dan seperti yang sudah diduganya, Tiffany sudah berdiri didepan mobilnya sambil tersenyum melambaikan tangannya ke arah Taeyeon. Tanpa menunggu waktu lama untuk Tiffany masuk ke rumah Taeyeon bahkan sebelum Taeyeon mempersilakannya, itu sudah menjadi kebiasaan Tiffany dan Taeyeon biasanya tidak akan mempermasalahkan hal itu.

“Taeeeee,” Tiffany memperlihatkan wajah marahnya yang terlihat lucu dimata Taeyeon. “Kau kasar sekali tadi di telepon!” Tiffany masih memasang wajah cemberutnya.

“Untuk apa kau datang kesini? Bukankah sudah kutekankan kalau aku baik-baik saja?” Taeyeon berusaha sedingin mungkin menghadapi Tiffany. Kenyataan ia melihat gadis dihadapannya baru saja berpelukan dengan namja lain benar-benar membuatnya patah hati.

“Ck. Karena inilah aku datang kesini, Tae! Ada apa denganmu, hah? Kau bersikap tidak seperti biasanya, apa kau sakit?” Tiffany reflek langsung menyentuh kening Taeyeon untuk memastikan Taeyeon tidak demam, namun dengan sigap Taeyeon menampik tangan Tiffany.

“Aku baik-baik saja, lebih baik kau pulang, Tiffany,”

“YAH! Kim Taeyeon. Ada apa denganmu? Apa kau sedang marah padaku? Aku sedang bersikap baik padamu, kenapa kau membalasku seperti itu?!” Tiffany akhirnya tidak bisa lagi menghadapi sikap dingin Taeyeon. Tiffany memandang Taeyeon yang tampak menghindari tatapan mata Tiffany. “Baiklah kalau itu maumu,” Tiffany memandang sekilas wajah Taeyeon, lalu segera berpaling dan beranjak pergi dari hadapan Taeyeon. Sesampainya didepan luar rumah, Tiffany menghentikkan langkahnya dan berbalik memandang Taeyeon. “Yah, aku membencimu Kim Taeyeon!” Teriak Tiffany kemudian. Taeyeon tampak terkejut mendengar teriakan Tiffany.

“Ya ya, bencilah aku sesukamu!” Balas Taeyeon.

“TAE!” Tiffany berbalik terkejut mendengar Taeyeon masih sempat membalasnya. Taeyeon menatap Tiffany dengan wajah dinginnya lalu masuk kedalam rumahnya dan membanting pintunya keras. Tiffany benar-benar speechless melihat tingkah laku Taeyeon. Sedangkan Taeyeon hanya bisa terdiam mengingat apa yang baru saja dilakukannya terhadap Tiffany.

“Dia pasti benar-benar membenciku sekarang,” gumam Taeyeon diiringi hembusan nafas panjangnya.

*Flashback – End*

 

Taeyeon terus berdiri, memandang kosong ke arah orang yang tengah membuat hatinya sakit saat ini. Dan setelah beberapa saat, Siwon merasakan sesuatu yang membuatnya kemudian membalikkan badannya. Betapa terkejutnya dia saat melihat Taeyeon sedang berdiri memandang dirinya sedang memeluk Tiffany.

“Taeyeon,” Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Siwon. Pandangan Taeyeon masih terpaku pada Tiffany, kepedihan tampak jelas terpancar dari matanya.

“Tae?” Tiffany reflek langsung melepaskan diri dari pelukan Siwon saat mendengar nama Taeyeon, orang yang sangat diinginkannya untuk berada disampingnya saat ini. Tiffany masih belum berhenti menangis akibat ketakutan yang baru saja dialaminya, dan kini tangisannya semakin pecah saat akhirnya ia tau Taeyeon kembali ke rumah mereka. Dengan susah payah Tiffany bangkit berdiri dan berjalan ke arah Taeyeon. Namun Taeyeon sama sekali tidak beranjak dari tempatnya, bahkan saat Tiffany harus terjatuh karena menabrak benda-benda di sekelilingnya. Ia sama sekali tidak tergerak untuk datang kepada Tiffany dan hanya terus memandang Tiffany berjalan ke arahnya. Kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan seperti bercampur di dalam diri Taeyeon. “Taetae,” Tiffany akhirnya berada dihadapan Taeyeon dan langsung memeluk erat tubuh Taeyeon, menangis sejadi-jadinya sambil mendekap tubuh suaminya itu.

“Jangan menangis,” Kata Taeyeon dengan nada dingin. Tiffany menggelengkan kepalanya.

“Tae, aku takut. Jangan tinggalkan aku,” Kata Tiffany disela tangisannya. Entah mengapa kata-kata Tiffany membuat perasaan Taeyeon terintimidasi, apalagi bayangan istrinya itu berpelukan dengan Siwon didepan matanya sendiri masih berputar di benaknya.

“YAH! Sudah kubilang BERHENTI MENANGIS!” Taeyeon akhirnya berteriak pada Tiffany mengeluarkan emosinya. Tiffany merasa shock mendengar Taeyeon berteriak padanya. Lambat laun ia melepaskan pelukannya pada Taeyeon.

“Tae, mianhe,” Kata Tiffany dengan suara bergetar. Taeyeon menutup matanya sejenak, mencoba mengontrol kembali semua emosinya.

“Dengar Tiffany. Aku tidak peduli lagi. Lakukan apapun yang kau inginkan. Berbohonglah padaku sebanyak yang kau inginkan. Atau kau bisa kembali pada hyung jika itu yang kau inginkan,” Taeyeon melihat sepintas ke arah Siwon yang berdiri tidak jauh di belakang Tiffany. “Dan. Kita bisa berpisah jika memang itu yang kau inginkan,”

“Tae,” Tiffany tidak bisa membendung air mata yang semakin banyak keluar dari matanya, mendengar kata-kata yang baru saja diucapkan Taeyeon.

“Selamat tinggal, Fany,” Taeyeon mencium kening Tiffany dan kemudian ia pun berjalan keluar menuju mobilnya.

“Tae!” Tiffany berusaha memanggil Taeyeon saat ia merasa suaminya itu pergi menjauh darinya. Ia pun segera melangkahkan kakinya untuk mengejar Taeyeon, namun baru beberapa melangkah tiba-tiba *bruk* Tiffany terjatuh tidak sadarkan diri. Siwon langsung berlari untuk menolong Tiffany. Kepanikan langsung melanda Siwon saat akan mengangkat Tiffany.

“KIM TAEYEON!” Siwon memanggil Taeyeon yang sedang membuka pintu mobilnya dengan sekeras-kerasnya. Siwon tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat darah mulai mengalir di kaki Tiffany.

 

Beberapa jam kemudian, di rumah sakit..

“Mr. Kim?” Panggil dokter Kang sesaat setelah ia keluar dari ruang ICU rumah sakit.

“Ah ya, dokter Kang,” Taeyeon langsung bangkit berdiri sembari menghapus sisa air mata yang keluar dari matanya. “Bagaimana keadaannya?” Tanya Taeyeon lemah.

“Hmm. Lebih baik kita berbicara di ruangan saya. Mari,” dokter Kang berjalan terlebih dahulu lalu Taeyeon dengan patuh mengikuti dibelakangnya. “Begini, Mr. Kim,” dokter Kang memulai pembicaraan sesampainya mereka diruangannya.

“Katakan dok,” Kata Taeyeon dengan nada pasrah.

“Mrs. Kim mengalami stress dan itu yang membuatnya pingsan,” Jelas dokter Kang kemudian. Taeyeon menghela nafasnya sedikit lega karena tidak terjadi sesuatu yang lebih serius pada Tiffany.

“Saya mengerti dok,” Taeyeon mencoba tersenyum. “Tapi dokter,” Ia tiba-tiba teringat sesuatu. “Tadi saya melihat darah, apakah..,”

“Nah itulah poin yang saya ingin katakan, Mr. Kim,” dokter Kang langsung memotong kata-kata Taeyeon. “Stress itu jugalah yang mempengaruhi kandungannya.”

“Mwo?!” Taeyeon memandang dokter Kang tidak percaya. “Apa maksud anda? Kandungan? Apa ini berarti istri saya sedang hamil?”

“Oh. Anda belum mengetahuinya, Mr. Kim?” Tanya dokter Kang. Taeyeon menggelengkan kepalanya. Dokter Kang menghela nafasnya panjang. “Begini Mr. Kim. Saya baru mengetahui istri anda sedang mengandung,” dokter Kang melihat kembali file yang ada dihadapannya. “5 minggu,” Ia kemudian menatap Taeyeon. “Dan itu adalah usia yang sangat riskan untuk masa-masa kehamilan,” dokter Kang masih menatap Taeyeon yang tampak masih terkejut bercampur bingung. “Dan dengan sangat menyesal saya harus menyampaikan ini, Mr. Kim. Kami tidak berhasil menyelamatkan janin tersebut. Stress yang dialami istri anda adalah penyebab terbesar terjadinya keguguran,” Jelas dokter Kang lebih lanjut. Taeyeon tampak dua kali lebih terkejut kali ini, ia sama sekali tidak bisa berkata-kata untuk merespon dokter Kang. “Sekali lagi saya turut menyesal, Mr. Kim. Anda bisa menemui istri anda sebentar lagi, kami sedang memindahkannya ke ruang perawatan,” Kata dokter Kang saat menyadari Taeyeon sama sekali tidak bereaksi. Taeyeon hanya menganggukan kepalanya pelan.

“Terima kasih, dokter,” Kata Taeyeon tanpa ekspresi yang kemudian langsung beranjak dari kursinya dan berjalan keluar ruangan dengan tatapan kosong di matanya.

 

Beberapa saat kemudian..

Taeyeon duduk termenung dikursi didepan ruang perawatan Tiffany. Pikirannya benar-benar kacau saat ini.

“Taeng! Apa yang terjadi?” Yuri tiba-tiba saja sudah berdiri dihadapan Taeyeon.

“Bagaimana keadaan Tiffany? Kenapa kau duduk diluar?” Sambung Jessica yang menggandeng tangan Yuri. Taeyeon hanya menggelengkan kepalanya. Yuri kemudian duduk disamping Taeyeon.

“Sica, kau masuklah dulu kedalam,” Pinta Yuri. Jessica memandang Yuri dan Taeyeon bergantian, kemudian menuruti perkataan Yuri dan langsung berjalan memasuki ruangan Tiffany. “Yah Taeng, lihatlah dirimu,” Yuri berusaha memulai pembicaraan dengan Taeyeon. “Kau berantakan sekali, kau tau. Kau bisa merusak image mu sendiri,” Yuri masih berusaha mencairkan suasana. Namun tampaknya Taeyeon sama sekali tidak mendengarkan Yuri.

“Aku orang yang jahat, kan, Yul,” Taeyeon akhirnya mengeluarkan suaranya. Tatapannya kosong. Yuri memandang prihatin sahabat sekaligus rekan setimnya itu.

“Taeng, semua orang pasti berbuat kesalahan. Dan menyadari kesalahan adalah bagian dari proses dari memperbaiki kesalahan itu sendiri. Kau boleh merasa bersalah tapi jangan sampai kau larut dalam perasaan itu karena itu tidak akan memperbaiki keadaan sama sekali,” Yuri memandang Taeyeon lalu menepuk pundaknya. “Kau tau apa yang harus kau lakukan, kapten,” Katanya kemudian meninggalkan Taeyeon dan menyusul Jessica. Taeyeon masih termenung saat ia menyadari Sooyoung dan Sunny sudah berada dihadapannya.

“Taeng,” Sunny duduk disebelah Taeyeon dan langsung memeluk saudara kembarnya itu.

“Sunny-ah,” Taeyeon tampak bisa sedikit rileks sekarang. Sunny menepuk-nepuk punggung Taeyeon dan memberi tanda pada Sooyoung untuk meninggalkan mereka berdua. Sooyoung pun mengangguk dan berjalan masuk kedalam ruangan Tiffany.

“Ada apa denganmu, Taeng? Kenapa kau seperti ini?” Tanya Sunny dengan hati-hati. Taeyeon melepaskan pelukan Sunny dan menundukkan kepalanya. “Sooyoungie dan Jungwoon oppa sudah menceritakan semuanya padaku semua yang terjadi setelah pertandingan tadi. Kau marah?kecewa?Apa yang kau rasakan?kau berhak untuk merasakan itu semua,” Sunny berusaha menatap wajah Taeyeon yang masih menundukkan kepalanya itu. “Tapi apa kau mendengarkan penjelasan dari Tiffany? Kau memberikan kesempatan padanya untuk berbicara?” Tanya Sunny seolah bisa membaca semua yang terjadi pada Taeyeon dan Tiffany. “Taengoo?” Sunny masih menunggu respon dari Taeyeon yang masih terdiam itu, dan mendapatkan gelengan kepala dari Taeyeon beberapa saat kemudian. “Dan sekarang kurasa kau sudah mengerti kenapa semuanya menjadi seperti ini,” Sunny tersenyum masih berusaha menatap wajah Taeyeon. “Berikan kesempatan berbicara untuknya, Taeng. Biarkan dia menjelaskan semuanya, dia berhak untuk itu. Dengarkan apa yang dikatakannya, dan setelah itu baru hakmu untuk melakukan apapun yang kau inginkan,” Kata Sunny dengan nada bijaksana. Taeyeon akhirnya memandang Sunny.

“Apa yang harus kulakukan sekarang, Sunny,” Tanya Taeyeon dengan wajah penuh tekanan. Sunny hanya tersenyum memandang saudara sekaligus sahabatnya itu.

“Biar kutebak. Kau yang menyebabkan dia seperti ini sekarang? Apa yang kau lakukan? Berteriak padanya? Menyakiti hatinya? Egois, huh?” Sunny menggeleng-gelengkan kepalanya. Taeyeon tidak berani memandang Sunny dan hanya memandang kebawah, ia sadar semua yang dikatakan Sunny adalah benar adanya. “Dan sekarang kau menyesal. Tipikalmu, Taeng. Dan kau masih bertanya padaku apa yang harus kau lakukan?!” Sunny memukul pelan kepala Taeyeon.

“Aku takut,” Kata Taeyeon pelan.

“Hais, kau takut untuk meminta maaf pada istrimu sendiri?”

“Bukan seperti itu. Aku takut jika dia tidak mau memaafkanku. Aku sudah menyakitinya. Terlalu dalam,” Jawab Taeyeon dengan nada sangat pelan. Sunny tertawa kecil mendengar kata-kata Taeyeon.

“Yah, sejak kapan Tiffany pernah tidak memaafkanmu?! Dia tidak pernah bisa marah terlalu lama padamu, kau tau itu. Hais!”

 

– To Be Continued –

 

 

Ps: Yes yes yes, I’m back haha Akhirnya bisa juga update 1 chapter. Life’s too busy lately :p Semoga nggak mengecewakan yah chapter ini, maklum lah gw udah hampir lupa sama storyboard yang gw bikin dulu hehehehe. Plus itu gw lagi pengen banget bikin cerita Taeyeon sodaraan kembar sama antara Jessica atau Sunny, dan karena gw nggak mungkin bikin cerita baru akhirnya disini aja gw bikin Sunny jadi sodara kembarnya Tae (karena kalo Jess udah nggak mungkin) cool cool hahaha.

Okelah, sekian dulu dari gw. Sampe ketemu lagi di waktu yang tidak ditentukan. Dengan ini saya menyatakan kembali hiatus. Annyeeeeeooooonnnggggggg. 😉

 

Soccer Love Update?

16 May

Gambar

Ahahahahaha itu dia teaser nya ;p Gw bener-bener blom bisa update ya guys, tapi pasti gw update kok ntar. Yet, I feel bad tiap kali buka email dapet notifikasi blog ini T.T But, I promise to see you guys soon 🙂

Hiatus Alert

17 Apr

Annyeong 🙂

 

Lama tidak membuka blog gw ini dan menyadari hampir sebulan gw nggak update apapun, maka gw dengan berat hati harus mengakui kalau gw sedang dalam masa hiatus melanjutkan ff soccer love 😦 Kenapa? Itu karena……………gw harus bekerja keras mengumpulkan uang demi nonton konser SNSD hahaha. Boong boong ;p Eh tapi bener deng, karena gw (dengan terpaksa) udah mulai kerja, full time job, jadi gw sulit ada waktu buat nglanjutin nulis cerita ini, sekalinya ada libur eehh otak, pikiran, sama tenaga gw yang nggak mau kerja sama hehehehehe. Tapi gw berusaha nglanjutin kok, tapi dikit-dikit kan lama-lama jadi bukit tuh, jadi sabar-sabar yaaa *kayak ditungguin aja hahahaha* Beneran sih daripada gw update sering tapi cuma satu paragraf, nyesek nggak tuh? ;p

 

Okelah segitu dulu pengumuman (nggak penting) dari gw. Dan buat yang lagi UAN, good luck yeeeee, gw bahkan baru tau kalo ini lagi masa-masa UAN hahahaha Hwaiting! Ujian nasional gampang kok yang penting belajar haha *digebukin warga* Baiklah, see you guys soon! 😀